The Spirit

The spirit will comes after your will. I see, I hear, I write, I celebrate all moment with words...

waiting is inspiring

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

I love sharing positive mind and feeling

my life teach me to believe my inner strength

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, December 23, 2014

4 Pintu 4 Jiwa



Aku berjalan dalam labirin rasa
Ada empat pintu yang terbuka
Semua menengadahkan tangannya
Dengan tatap mata berbinar
dan senyuman lebar
Sungguh ku hampir masuk ke pintu itu
namun aku ragu
**

Pintu pertama begitu dingin
Tiada terang
Pintu hitam
jiwa kelam
hanya gelap menyambut mata
Ku ingin pergi
namun ku berhenti
Siapa tahu gelapmu misteri yang kubuka
dengan petualangan rasa
rasa tanya yang kuingin tahu jawabnya

**
Pintu kedua kutemui samar
Antara hitam dan putih
pintu abu-abu
Namun begitu dinamis
dalam dua  jiwa yang tak memihak
Namun aku butuh sikap
tidak digantung di awan biru

**
Pintu ketiga kubersua merah
Hangat , menggelora penuh kejutan
Jiwamu yang hangat dan dinamis seperti roda
Aku senang bisa tertawa,  melompat dan berlari
dan tak terhentikan
Namun aku lelah tiada tertahan
**

Pintu kelima kutemukan hijau
jiwa yang damai
dan aku hanyaut dalam teduh, diam dan kedamaian
aku terlarut dalam mimpi
menemukanku dalam pelukan kesyahduhan
Kukira ini pintu terakhir yang ada
Paripurna

**
pada 4 pintu yang kulalui
ada 4 jiwa yang kucoba kenali
namun berkhir di pintu manakah kuberada
Jika aku tak bisa kembali kesatu pintu yang
kuanggap sempurna
Apakah semua pintu sudah tertutup
Lalu kemana jiwaku berlabuh
menyempurnakan hitam, abu, merah dan hijau
4 pintu 4  jiwa
Kutemukan diriku menemukan makna
**

Senayan, 2014

Monday, December 22, 2014

Mantra Jiwa dalam Baris Aksara




Saat pusaran hidup begitu cepat, Adakalanya kita perlu menikmati jeda dalam hidup. Melihat sejenak kebelakang untuk menikmati kesyukuran karena sudah melewati pintu-pintu yang terkunci hingga akhirnya terbuka. Kemudian menarik nafas dan menghirup sebanyak-banyaknya serta mengeluarkannya kembali, lalu melanjutkan episode hidup dimasa depan. Kadang saya berbisik pelan dan berbicara pada diri sendiri “ terimakasih ya Robb, Engkau mejadikanku saksi indahnya kesabaran.

Saat menginjak usia 23 tahun Bapak saya wafat. Rasanya tak percaya, otot saya tak sanggup berdiri, saya mendengar telepon Ibu dengan nada suara bergetar namun sangat tegar. Saya bergegas turun dari lantai 3 kampus. Pikiran saya hanya bagaiamana caranya bisa pulang ditengah ujian semester. Bapak sosok yang istimewa sebagai sahabat dan guru besar dalam segala hal, yang mengenalkanku pada kebijaksanaan, semangat hidup dan filosofis kehidupan.

Jum’at , 12 februari 2004, Bapak berpulang.
Rasanya masih terkenang. Lembar-lembar ingatan saat bersama Bapak mengajarkan agar “ bara” semangat belajarku tak pernah padam. Terkesan kebetulan dengan pekerjaan Bapak yang mulai karir dari bawah sebagai humas di Departemen penerangan dengan motto” api nan tak Kunjung padam”. Tulisan itu tertera di TV hitam putih yang menjadi kotak penghibur kami sekeluarga saat berkumpul bersama. Kesederhanaan dan kehangatan selalu terasa kental dalam  mengenang kebersaamaan dengan Bapak
**
Ananda...hari ini menentukan hari esok, Man Jadda wa jada”. 

Tulisan bertali yang terlihat klasik itu tertulis di lembar kertas yang kelihatan mulai kusut karena sering kubawa . Kadang kuletakkan di tengah-tengah buku yang kubaca. Tulisan yang kujadikan matra tersebut terawat dan masih bisa di baca.

Akhirnya api kecil yang selalu kurawat baranya menjadi semangat menjadi pelita penerang jalan. Alhamdulillah saya  merampungkan kuliah doble degree di Fak. Ekonomi USU dan Fak. Bahasa dan Seni Univ. Negeri Medan dan merampungkan S2 Hubungan Internasional di Univ. Paramadina dan akan merampungkan S2 Sosiologi di UI.

Hari- hari kujalani dengan berkontribusi dari lembaga pendidikan setelah 5 tahun menjadi dosen menuju lembaga negara menuju tahun keempat membuatku bersyukur bahwa jalan kesabaran selalu menguatkan. Semoga Bapak tersenyum di syurgaNya, karena duta kecilnya telah meneruskan amanah menancapkan panah menuju cita-cita sejati berkontribusi untuk negeri dan menjaga api kecil menjadi bara semangat yang tak pernah padam dan pergi.

Ini Dia Anak Muda Indonesia yang punya Genetic Spirit



Berada dipusaran anak-anak muda penuh semangat sellau menyenangkan, inilah yang saya rasakan ketika ada dalam “ Entrepreneur Discussion” yang diadakan SINDO pada tanggal 20 desember kemarin.

Kesempatan pertama dibawakan oleh Billy Boen, seorang yang sudah menduduki posisi CEO sebelum usianya 30 tahun

Kemudian pembicara kedua tak kalah menariknya, dia adalah owner’s Men’s republic yang ternyata memulai bisnis sejak usia 15 tahun hingga akhirnya punya bisnis online sendiri

Dan yang paling terakhir, the last but Not The least adalah mas Hendy Sentiono, Pemilik Kebab baba Rafi yang memulai bisnis saat masih kuliah dan akhirnya bisnisnya berkembang hingga mancanegara. Prestasi lainnya adalah Juara 1 pada kompetisi Wira Usaha Muda Mandiri untuk yang perdana dan pertama kalinya.

Nah mereka mengawali semuanya dari semangat yang luar biasa. Ada yang alumni US, ada yang masih kuliah da nada yang putus kuliah namun akhirnya bisa menciptakan bisnisnya dan membuka lapangan kerja. Salam virus Genetic Spirit Indonesia

Surat Imam



Surat Imam
Oleh : Edrida Pulungan


Seorang perempuan tanpa sengaja membaca lembaran tengah agenda kerja berwarna hitam. Meskipun sudah cukup tua dia masih mampu membaca dengan kacamatanya yang agak melorot kebawah.Sesekali matanya menyipit melihat tulisan tangan klasik bertali mirip tulisan tangan suaminya.
Matanya masih tajam membaca beberapa aksara yang terlihat rapat itu. Ada senyuman tipis namun terlihat jelas dibibirnya. Perempuan berkepala lima itu membaca tulisan anaknya.

“Salam dengan Senyuman”
Assalamu alaikum wr.wb.
Ini hanya sepucuk surat. Entah untuk siapa surat ini kutujukan. Tapi tak masalah siapapun yang membaca surat ini. Jika dia lelaki akan kujadikan saudara, Jika dia perempuan baca dan ambil hikmahnya saja ya :)
Perkenalkan Namaku Imam. Ada nama panjangnya tapi cukup panggil diriku singkat aja. Aku yakin semua wanita yang masih sendiri pasti ingin menemukan imamnya sebagai pendamping hidupnya. Tentu aku paling dicari bukan? Tapi untuk apa sih aku ge er dengan nama pemberian orangtuaku ini. Jika aku toh juga masih sendiri. Meski aku lelaki ndeso yang terlahir di desa selatan jogja, Tapi aku cukup bahagia dan eksis di ibukota. Mungkin karena aku terlahir sebagai lelaki sederhana yang gak neko-neko dan selalu optimis.
Perawakanku biasa, tinggi dengan kulit hitam manis. Jauh dari tampang pria metropolis. Tapi gini-gini aku aktivis dan ketua organisasi ektrakurikuler di kampus. Aku sudah menyelesaikan s2 di kampus paling top di Indonesia dan aku masih saja dengan idealismeku. Tapi jangan tanyakan kenapa sampai sekarang aku masih sendiri. Bukannya diriku tak percaya dengan cinta dan romansanya. Namun siapa yang mau dengan seorang aktifis yang masih realistis dengan hidup. Aku memang dianggap berilmu dan wise diantara teman-temanku, namun soal cinta selalu miris. Aku cuma mau perempuan yang sederhana, mencintai ilmu dan taat beragama. Agar sama-sama mengamalkan ilmu agar semua berkah.
Tapi untuk poin ketiga jangan anggap aku sok religius. Tapi aku ingin meneruskan jejak abah membina pesantren kecil-kecilan di kampung. Ibukota sudah banyak orang cerdas dan pintar. Aku ingin menepi bersama dia perempuan yang kupilih dan memilihku tentunya.
Cinta itu tidak ribet dan sederhana bukan? setidaknya aku juga berniat membangun keluarga kecilku kelak dengan ilmu, bukan terjun bebas dan menjabarkan banyak ayat agar perempuan yang kupinang kelak yakin rezeki Allah akan melimpah dan mau saja kunikahi. Padahal kadang ini hanya gombal yang dengan retorika agar perempuan itu mau (maaf untuk kaum adam yang pakai modus ini ya). Toh niat baik akan menemukan jalannya, begitu juga sebaliknya bukan?
Jika perjalanan waktu membawaku pada pertemuan dengan seorang perempuan yang akan kumuliakan itu, maka tentu aku dan ibu akan jadi orang yang paling bahagia. Karena dari dulu dia tidak pernah melihatku bersama seorang perempuan. Sampai ibu khwatir apakah aku lelaki normal:) . Tapi satu hal saja yang aku ingin sampaikan dalam suratku ini. hoi , diriku sudah siap jadi imam, apakah ada yang siap jadi makmumku?

Surat ini ternyata dibaca oleh Ibunya Imam sambil tersenyum sumringah. Surat ini ada dalam buku harian puteranya dengan mushaf kecil di sampingnya.
Ibunya membatin. “Anakku Ibu doakan kelak engkau mendapatkan makmum yang baik dan  kelak pertemuan kalian  akan terwujud karena cintaNya”

Ibu Imam berjalan menuju ruang depan. Dia memandangi photo Imam saat wisuda. Disampingnya ada photo waktu imam kecil dengan 4 saudaranya dan duduk manis disamping suaminya.
Dia teringat masa indah bersama keluarga besarnya. Imam adalah anak pertama. Suaminya yang bertugas sebagai pegawai negeri sering keluar kota. Bahkan jelang usia kandungannya sudah delapan bulan. Namun untunglah suamninya selalu setia menelponnya dan menayakan khabarnya, sehingga dia merasa kuat mengandung calon bayinya.

Imam lahir pada hari minggu jelang shubuh hari. Semua keluarga besar begitu bahagia menyambut kehadirannya. Apalagi dia cucu pertama. Begitupun suaminya sempat mengazankan Imam buah hati mereka. Namun hingga Imam punya empat adik keempat, dia tersadar bahwa sakit suamninya membuatnya harus memikirkan ekonomi keluarga. Perempuan kepala lima itu mencari pekerjaan untuk menutupi biaya sakit suaminya dengan menjahit . Untungnya dia punya keterampilan menjahit yang dia peroleh otodidak. Mesin jahit bekas Ibunya masih bisa dimanfaatkannya untuk menerima pesanan beberapa tetangga dan langganannya mulut ke mulut. Begitulah keluarga mereka bertahan.

Sedangkan Imam sebagai anak lelaki satu-satunya juga cukup tahu diri dengan kondisi keluarganya. Dia terharu dan bahagia karena Imam anak yang bisa diandalkan dan ikut meringankan bebannya sebagai tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai pengajar privat disela-sela kuliahnya. Dan membantu biaya sekolah adik-adiknya. Hingga suaminya wafat karena sakit diabetes dan mereka tetap bertahan dengan kondisi yang sulit.

Namun Tuhan tidak pernah tidur. Imam sosok tangguh mendapatkan pekerjaan bergengsi di perusahaan minyak dan telah menyelesaikan S2 nya di Belanda hingga kembali ke tanah air. Sungguh di akagum pada puteranya itu. Meskipun selalu ada yang mengganjal dalam hatinya. Hingga sekarang puteranya itu masih sendiri dan belum menemukan pendamping. Dia kadang heran apakah Imam tidak memikirkan masa depannya.

Sudah seminggu dia menemani puteranya di Jakarta. Imam puternya rindu dengan masakannya. Akhirnya perempuan berusia kepala lima itu mengunjungi puteranya karena Imam memang anak yang patuh diantara anak-anaknya. Namun bukankah cinta seorang perempuan yang akhirnya menjadi istri dan ibu kelak selalu bermuara dan menjadi mata air kehidupan untuk anak-anak dan suaminya?

ting tong..ting tong
Suara bel berbunyimemecah keheningan rumah berlantai dua itu.
Seorang ibu keluar dengan terburu-buru menyambut seorang di depan. Ternyata Imam puteranya. Dia tersenyum dan memeluk puternya. lelaki itu dengan takzim mencium telapak tangan ibunya dan memeluknya.

” Bu saya sengaja pulang kerumah buat makan siang lho,masak apa bu”
” biasa makanan kesukaanmu ,sambal ikan ms goreng dengan sayur bening”
“wah ibu chef hebat sedunia ya, terimakasih bu”
” ibu mah chef hebat abahmu mam, makanya kamu harus ketemu chef perempuan yang lain dong”?
” oh ya siapa bu”
” ya, istrimu kelak dong, sang  makmum”
” huk,,huk, ah ibu bis aja” Imam hampir tersedak namun tetap tersenyum.
“ apa lagi toh yang kamu cari Imam, kamu sudah selesai S2 dan membantu adik-adikmu sekolah hingga sarjana. Alhamdulillah juga kamu sudah punya rumah. Menikahlah nak”
“ benar nih bu, nanti gimana kalau ibu merasa sendirian? Gimana kalau menantu Ibu kelak tidak peduli sama Ibu. Ibu nanti merasa sendirian?
“ Imam, jangan berpikir sejauh itu, bagaimanapun setiap manusia punya perjalanan hidup yangberbeda. Kamu juga harus memikirkan masa depanmu. Doakanlah Ibu nak. Ibu sangat bahagia. jika engkau bahagia”
“ Ibu yakin, semua adik-adik tinggal di luar kota dan Ibupun sendiri di rumah”
“ Ibu tidak sendiri bukan, kan ibu bisa menguinjungi kalian juga satu persatu. Lagian Ibu juga senang tinggal di rumah peninggalan Bapak kalian. Toh disana banyak kenangan manis yang tak bisa Ibu lupakan. Saat kalian masih kecil hingga semua merantau. Tetap semua kenangan bahagia begitu indah di rumah itu.

Imam merasa haru mendengar penjelasan Ibunya. Matanya berkaca-kaca. Tak sanggup rasanya dia mengatakan pda Ibunya bahwa sejujurnya dia juga sudah ingin menikah. Namun dia benar-benar ingin tahu perasaan Ibunya yang paling dalam. Dia takut Ibunya merasa tersinggung dan ditinggalkan jika Imam menikah kelak. Namun ternyata Ibunya seorang perempuan berhati mulia. Wanita yang membuatnya merasa bangga dan bahagia memiliki ibu yang pengertian.

Imam menghambur kepelukan ibunya. Dengan suara yang terisak
“ terimakasih atas doa dan restu Ibu. Jangan khawatir bu. Imam akan segera menikah dan menemukan perempuan yang penuh kasih sayang dan mencintai keluarganya dalam suyka dan duka seperti Ibu”
“ ya nak, kamu pasti menemukan perempuan yang baik untuk istrimu, karena engkau adalah anak yang memuliakan ibu dan sayang apda adik-adikmu. Almarhum Ayahmu pasti bangga padamu nak”
“ ya dong bu, karena ketampanannya menurun pada saya bukan?”Imam mencoba berkelakar menghangatkan suasana yang penuh haru”
“ ya pasti itu, makanya tidak ada yang bisa menggantikan cinta ayahmu nak, dan tiada yang setampan beliau”
Perempuan itu setengah tersenyum dan menahan tawanya. Dia tahu Imam paling bisa menghibur hatinya. Imam berhasil jadi imam baginya dan anak-anaknya yang lain, saat suamiya wafat.
Perempuan itu hanya memainkan sebelah matanya. Begitulah Ibu selalu ada dalam duka dan bahagia.

Bendungan Hilir, Limboto 121