The Spirit

The spirit will comes after your will. I see, I hear, I write, I celebrate all moment with words...

waiting is inspiring

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

I love sharing positive mind and feeling

my life teach me to believe my inner strength

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, December 27, 2016

Pesta Padi

 

 

 Ilustrasi Puisi : Edrida Pulungan, 26 Desember 2016

 Aku sang dewi sri

Datang padamu jika engkau sudi

Titipkan harapanmu pada tanah bajak berlumpur

Semai batang batang padi hijau

Akan menguning bagai permadani

 Permailah ia setelah hadirku

 

Rayakan hamparan kuning pada pesta rakyat

dalam sambut bertaut pelukan hangat

di bawah terik mentari

Selepas pelangi

Kita menari

Menyanyi

 

Sambut mimpi bocah-bocah anak petani

Nyanyikan lagu padi merdeka

Dalam aroma dupa

Siapkan lesung dan alu

Kirimi aku seikat padi dan seikut rindu

Bogor, 26 Desember 2016

Antologi Puisi Penyair Serumpun Indonesia-Singapura



Sesuai dengan undangan menulis dari penulis Novel produktif dan terkenal  Anie Din di Facebook seperti ini, lugas, tegas dan meriah.
Dan buku saya ini akan di launching di Perpustakaan nasional Singapura di Jalan Victoria pada tanggal 11 Maret 2016. Semoga dapat sponsor dan bisa membanggakan kantor tempat saya bekerja


Aslmkmwrwb dan salam sejahtera semua teman FB
Anie Din akan mencipta sejarah
Dengan mengadakan sidang PBB, insya-Allah
di Singapura pada 11 March 2017
Sesiapa yang sokong, sila nyatakan nama di kotak komen.
Terima kasih.


Hanya 30 perserta dari luar Singapura sahaja yang diberi peluang.
Warga FB yang ingin ikut acara yang disebut di bawah
Dimaklumkan bahawa
Makan minum semasa acara disediakan seadanya
TETAPI
tiada penginapan disediakan.
Sesiapa yang mahu menginap di resort harus membayar $100.00 (i juta Rupiah) seorang untuk dua malam atau sewa sendiri hotel kegemaran.
(Singapore kota kelima termahal di dunia - harap maklum.
Di Indonesia kamar 300 ribu = $180.00 = 6 kali lipat.)

Acara ini bukan dibuat oleh badan atau komunitas
Perlu diingatkan perseorangan tidak boleh mohon dana
Memungut yuran juga dilarang pemerintah
Acara ini dibuat oleh Anie Din
Semata-mata untuk berkumpul demi silaturrahmi
Dalam kelompok penulis/penyair yang boleh seiya sekata
Yang sedia memelihara kebaikan pertemanan dalam berkarya.
Sesiapa sahaja boleh ikut serta dengan syarat
Ada buku baru yang hendak dilancarkan.
Alumni Tanah Merah mesti hantar karya untuk buku

'MENGHIMBAU KENANGAN @ TANAH MERAH
Dan yang bukan alumni
Sila kirim 5 puisi bebas tema dan biodata ringkas untuk buku
BEBAS MELATA yang ke9
Ke emal
dbonda@gmail.com
Sebelum 5 Januari 2017
Yang mahu ikut mesti bawa minimun 12 buku untuk ditukar dengan peserta lain. Tiada siaa yang datang dengan tangan kosong.
Pulang berisi.
Harap maklum.
Terima kasih.
(Pengumuman akan dikemaskini setiap masa)
19/12/16, TPY
RAMAH-MESRA PENYAIR SERUMPUN
DI NEGARA BERBILANG KAUM II
PELANCARAN (PELUNCURAN) BERSAMA
BUKU PUISI, CERPEN, NOVEL dsb
Singapura
11 March 2017
9.00 pagi - 12.30 tengah hari
Di Perpustakaan Negara Singapura
Victoria Street
Bengkel Penulisan
&
Memperkenalkan segala gendang
sambil berdendang
3.00 - 6.00 petang
Di pantai Tanah Merah
Changi Coast Walk
Zikir, puisi, pantun, gurindam
Sambil BBQ
7.30 hingga mengantuk
Banglow 21 &22 Safra Resort
Changi Coast Walk

DENDANG DI RANTAU II
Dari pagi hingga petang
12 March 2017
Tampines Primaty School Street 12
Santai Malam Bersama
Di Banglow 21 & 22
Safra Resort
(Ini baru lakaran awal. Namun sudah terasa suntuk.
Mohon bantuan teman dan anak-anak puisi)
dialu-alukan sumbangan wang untuk biaya cetak buku.
19/12/16, Toa Payoh
27/12/16, TPY




maka saya akan menghantarkan 5 puisi saya dengan judul sbb

1. Seribu Kunang Berpindah dari manhattan menuju kelopak matamu
2. Anak-anak Aleppo
3.Tasbih Bumi 
4.Lelaki Peminang Rembulan
5. Lamaran Tiba





Seribu Kunang Berpindah dari Manhattan
menuju Kelopak Matamu

Seribu kunang-kunang terbang
Berpindah dari Manhattan setelah senja
Kedalam kelopak jiwamu yang bening
Hidup bukan hanya satu keping
Kau jejakkan kaki di laut, gunung dan tebing
Berbahagialah jiwa itu

Jiwa yang bersanding seiring
Setelah kunang- kunang berpindah dari Manhattan
Terbang dan tertawan pada jiwa yang bening
Telahkah kau temukan sinar pada mahkota kunang-kunang
Setelah bintang tak bisa mengalahkan setianya
Buitenzorg, desember 2016

Anak-anak Aleppo

Suara angin begitu lirih mengetuk bilik kecil di rumahku
Aku berlari mencari Ibu
ingin tidur dalam pelukannya
 malam sudah larut jelang pagi

Namaku Syahreza berumur 7 tahun
Ada seberkas cahaya terang masuk melalui jendela rumah
Naik keatas rumahku
Dentuman keras
Rumah kami di bom dan suara tembakan dimana-mana
bau mesiu dimana-mana

Aku menagis
Ibu terkapar dalam sujudnya
Berdarah dikeningnya
Tak bisa kupeluk
Tangan keras milik pamanku
Merengkuhku membawaku berlari jauh
Akupun berlari tanpa tujuan
Menangis tanpa meronta
Mencari tebing ,batu yang curam
Aku ingin hidup seribu tahun lagi

Aku tak tahu apa-apa
Apa yang terjadi dengan negeriku ini
Aku adalah satu dari anak-anak Aleppo
yang ibunya di tembak mati bersama adik perempuannya

Tepat di subuh hari yang sendu
Aku mencari batu untuk nisan mereka
Namun dimanakah tanah dan batu beraroma syurga
atau dimana negeri damai tanpa nafsu kuasa


Desember. 19th. Singapura


Tasbih Bumi 

Bumi  bertasbih di tengah terik
Seberkas panas mendidih ditubuhnya
Tergaduhkan semua  makhluk
Meronta
Menghiba
Merana
Tak rela rumahnya bagaikan panci
Berisi air mendidih
Panas memeras
Terperas

Bumi bertasbih di tawaf pertama
Tak henti ia berputar
Hingga tawaf ketujuh
Bumi tersungkur dan jatuh

Ia lafazkan doa untuk keseribu kalinya
Mendinginlah-Mendinginlah
Tuhan. Tuhan.. Tuhan..
Kabulkan Pinta

Mentari tak mau tidur di peraduan
Ia jalankan tugas sepenuh hati
Namun begitu juga bumi
Rumah semua makhluk
Ataukah Bulan tempat berpindah

Hijau pepohonan sudah menghilang
Setelah pohon merangggas yang tersisa batang
Pohonpun tumbang nyawanya meregang
Daun-daun gugur dari ranting muda
Terpaksa

Hijau pupus menjadi kuning dan rebah ke tanah
Asap menguap pekatkan mata
Apkah tasbih harus terhenti

Masjid Sultan, Singapura

Lelaki Peminang Rembulan
   
Lelaki itu berjalan di labirin waktu.
Ia pemuda yang membawa sekeranjang rindu damai.
Matanya masih tajam menyusur jalan.
Tak sadar  ia langkahnya berujung di lorong gelap persimpangan.
Diatas rembulan  setia menemaninya
Mengirimkan cahayanya yang teduh pada lelaki bermata elang itu.
Cahayanya mengintip malu-malu
dibalik daun-daun kamboja yang berguguran.


Kamboja  ditiup angin dan kehilangan kuncupnya
yang menjadi mekar berbinar.
Pertanda baik,pikir lelaki itu.
Hingga mengharumlah ia di genggaman malam.
Menjadi saksi prosesi rasa yang berkelindan
Lelaki itu meminang rembulan di pekat malam.
Memintanya setia berjalan di lapis langit yang hening.
Hanya tujuh bintang yang menyaksikan mereka.
Air mata lelaki itu mengalir menganak sungai.
Seberkas sinar bermandikan rona merah keemasan
menembus bilik jiwanya yang lusuh.


Maka tidurlah ia dalam lena
membayangkan nelayan tiada menyapa lautan.
Mereka berkumpul  merayakan
pelukan malam
yang  tergesa-gesa pulang
sebelum azan shubuh mengirimkan titik ingatan

Ochard road,  Singapura 18 Desember  2016


Lamaran Tiba

Terdengar suara nan lirih
Senandung tetabuh rebana
Irama gendang membahana
Mendayu-dayu hati berbunga
Pasangan pengantin disambutlah ia
bersama tepung tawar
Disertai doa di hantar
Ucapan syukuran dan selamat datang

Selepas azan zhuhur tiba
Sang pengantin perempuan wajah tersipu malu
Merona  merah diwajahnya
Duduk anggun namun kaku dan tersipu

Di tangga Masjid Agung kota tanag deli
Dia menanti pengantin pria tiba
Karena malam dia akan menjemput serta
Dibawa bertemu ayahanda dan ibunda

Dari jauh terlihat mesra
Kerlingan mata kekasih hatinya
Membuat debar rada di jiwa

Lamaran telah tiba selepas idul adha
Pesta  bersahaja diiringi  bacaan sholawatan
Dan tepung tawar dalam penyambutan
Para penari tersenyum ceria
Akhirnya yang dinanti lama  hadir juga

Masjid  Baiturrahman, 25 Juli 2016


Monday, December 26, 2016

Seribu Kunang Manhattan Terbang Menuju Kelopak Jiwamu

Seribu kunang-kunang terbang
 Berpindah dari Manhattan setelah senja
 Kedalam kelopak jiwamu yang bening
 Hidup bukan hanya satu keping
 Kau jejakkan kaki di laut, gunung dan tebing

 Berbahagialah jiwa itu
 Jiwa yang bersanding seiring
 Setelah kunang- kunang berpindah dari Manhattan
 Terbang dan tertawan pada jiwa yang bening

 Telahkah kau temukan sinar pada mahkota kunang-kunang
 Setelah bintang tak bisa mengalahkan setianya

 Buitenzorg, desember 2016

Friday, December 23, 2016

Travelling ke Kota Medan

Selamat datang di Kota Medan. Sering disebut tanah deli. Tapi yang terbayang dengan sambutan khas saat ke Medan adalah. Horas. Ini Medan bung. Padahal Medan adalah kota yang sangat ragam budaya mulai dari suku melayu , jawa, batak , china dan lain sebagainya.

Saya berkesempatan berkunjung dan menikmati kota Medan di waktu sore hari. Salah satunya berkunjung ke istana Maimun. Banyak sekali pengunjung yang hadir. Masyarakat mulai senang berkunjung karena di dalam istana disediakan juga pakaian khas Melayu yang bisa disewa untuk berphoto. Saya sempat berphoto dengan seorang pengunjung laki-laki yang juga mengenakan pakaian teluk belanga.


Saya juga menyempatkan diri untuk beephoto di depan mariam Buntung. Seorang guide perempuan mengatakan." Coba kakak dengarkan ada suara dari dalam Meriam, kadang seperti angin, dan kadang seperti air. Saya menempelkan telinga saya ke sisi meriam buntung. wah yang terdengar memang seperti air. Suaranya lirih namun terdengar jelas



Thursday, December 22, 2016

Belajar jadi Host Kompasiana



Senang sekali pernah mendapat kepercayaan jadi Host Kompasiana. Saya juga sempat kenalan dengan  mbak Cindy yang sering jadi host di Kompasiana TV. Senang sekali kami bersua dalam peluncuran buku. Saya pakai batik parang  dengan warna coklat krem dan mbak Cindy pakai batik mega mendung dengan warna merah jambu kehijauan. Kami sempat ngobrol seputar dunia host, karir dan pendidikan. Ternyata mbak Cindy alumni Moestopo. wah banyak sekali melahirkan host



Wednesday, December 7, 2016

The Silence of December : Aceh Survive

The Silence of December : Aceh Survive


The day was come
Earth quake
Disaster or surrender
The voice from somewhere
under ground
it was hard day
unstoppable
the sky was shy
darkness
crashed
shake and fall
in the silence of glory
I hear the children was crying
calling her mom
will the tsunami come again
say halo or bye
Allah sent us your protection
I see
her mom smile with gloomy face
has passed away hug her with silence
the crack of roof through her head
and smile in her lips
Oh syuhada
the power of love
his daughter was safe
raise your future
my daughter
send me thousand of flower
send me thousand of smile
send me thousand of letter
sing me " bungoung jeumpa" from the heaven
Thousand pray for Aceh, Pidie in december
semoga segat selalu para keluarga yang ada di pidie dan sekitarnya

Review Buku Puisi Perempuan yang Di keningnya Kutanam Mawar dan Kamboja










Judul buku       : Perempuan Yang di Keningnya             
                         Kutanam Mawar dan Kamboja
Jenis buku        : Kumpulan puisi
Penulis              : Edrida Pulungan
Penerbit            : Peniti Media
Cetakan           : Pertama, September 2016
Tebal buku       : 104 Halaman
Harga               : Rp. 60.000
ISBN               : 978-602-73374-4-7
Pereview          : Aulia Adilla

Puisi tidak terlepas dari seorang penyair yang mencipta. Penyair yang mempunyai kedewasaan dan kematangan akan menghasilkan puisi atau syair –syair yang indah. Begitu pula dengan syair atau puisi yang dilahirkan dari Edrida Pulungan seorang pemenang Puisi Poetry Slam dan Puisi Jerman Goethe Institute tidak diragukan akan keindahan dan semangat yang ada dalam setiap puisi yang dihasilkannnya. 

Buku yang berjudul “Perempuan Yang di Keningnya Kutanam Mawar dan Kamboja” merupakan kumpulan puisi berjumlah 47 buah ditulis sendiri oleh Edrida Pulungan. Buku ini mengangkat dinamika perempuan yang tak mudah meraih perjuangan dalam mengarungi roda kehidupan serta jasa perempuan mencerdaskan anak bangsa. Seperti kutipan puisi yang berjudul “Perempuan –Perempuan Pesisir” ;

Engkau berdesakan
Berlari ketengah
Mencari-cari sosok dewa
Mengiba kepada sang toke kapal
Rentenir si raja rupiah
Akh kau jangan kalah Perempuanku
Kenapa menyerah
Tercekik dengan keluguanmu
Hutang membumbung
Suamimu linglung
Jiwamu merintih tersandung

Perempuan-perempuan pesisir
Ejalah lautan dengan aksara
Hitunglah senja dengan angka
Jangan buta raih ilmu sang bijaksana
Majulah dengan waktu
Jangan menyerah dan terpinggirkan
Bermartabat dalam perjuangan
Tinggalkan lelahmu
Tuntut ilmu tak usah malu
Peluk anak-anakmu
Mengeja aksara
Pendidikan bermutu
Menuju masa depan peradaban
Perempuan-perempuan pesisir
Engkau adalah saksi sejarah
Anak-anak bangsa
Yang kau sematkan impian dan cita-cita di dadanya
Perempuan-perempuan pesisir
Pewaris perjuangan dengan darah berdesir
( Pesisir Timur Indonesia, Takabonerate, 2013 )

Pada puisi tersebut menjelaskan kehidupan perempuan yang sedang dilanda kesulitan atau kepahitan pada kehidupan pribadinya namun ia tetap berjuang untuk mencerdaskan anak bangsa.
            Harapan pembaca dapat menikmati karya-karya Edrida Pulungan yang dibumbui dengan majas serta dikemas secara apik sehingga membuat para pembacanya terlarut dalam cerita yang disuguhkan.