The Spirit

The spirit will comes after your will. I see, I hear, I write, I celebrate all moment with words...

waiting is inspiring

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

I love sharing positive mind and feeling

my life teach me to believe my inner strength

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, December 3, 2019




Sekilas BWCF tahun 2019


Akhirnya inilah kali kedua saya lolos kurasi sebagai 100 peserta terpilih untuk Program Borobudurs Writer and Cultural Festival 2019. Saya senang sekali karena saya juga banyak undangan ke Bali, Banjarmasin dan Bengkulu, tapi berjodoh dengan Borobudur, Jogjakarta dan Magelang

Pengalaman yang tak pernah terlupa adalah saat mengikuti program yang semua keren dan OK, lalu menginap dalam satu kamar dengan 8 orang atau lebih. Serta harus bangun pagi biar bisa ikut yoga dan meditasi serta siap-siap naik ke bus.

Kami menginap di penginapan tingal sekitar 20 menit naik bus menuju borobudur. senangnya Kemarin ketemu teman baru yang sama-sama suka berfoto saat kami berangkat ke  gereja Ayam yang jalannya menanjak ke atas. Tapi dewi fortuna sedang berada di sekitarku , jadi saya bisa naik jeep keatas, untunglah demi menjaga kaki yang masih terkilir tanggal 10 November 2019, hingga berangkat tanggal 20 November, kaki masih dalam kondisi kurang fit, tapi tetap semanagat demi belajar lagi tentang dunia kepenulisan , sejarah, filosofi dan menambah teman

Saya akhirnya pesan tiket berangkat pagi di hari Kamis dan pulang di hari minggu demi mengejar pesta pernikahan teman, namun tak terwujud. Tapi inilah kecerian saya dan teman-teman




Sedetik yang berharga di tengah- tengah pemimpin dunia di Eropa





Sedetik yang istimewa....




    Gambar 1 : Saya turut Saya berdiri di depan Hall Grande Halle Vilatte, Paris menghadiri   Undangan Paris Peace Forum  11- 13 November 2019 terkait tema budaya, pendidikan dan perdamaian  dan terekam dalam official youtube Paris Peace forum pada menit  ke 1.18 doc. Edrida Pulungan

Saya mendapatkan undangan dari Paris Peace Forum setelah mengirimkan proposal melaui sastra dan budaya dan memmpromosikannya pada duta perdamaian pemuda dari 34 provinsi di seluruh Indonesia. Prosesnya mulai dari bulan Mei hingga saya menerima undangan bulan September dari Paris Peace Forum setelah melalui proses selama lima bulan. Undangan ini merupakan suatu penghargaan dan penghormatan bagi saya karena ide saya semangat saya seperti  tulisan saya dalam buku Wakil Presiden Jusuf Kalla yakni “Peacemaking ala Jusuf Kalla by poetry, Peacemaking and Humanity”. Essay saya terpilih dari 500 essay dari para perhimpunan Pelajar Indonesia yang berasal dari mahasiswa Indonesia dari beberapa provinsi dan berbagai negera seperti Wellington, Rusia, Jepang, dan sebagainya. Sehingga dalam forum saya bisa menuangkan ide dan membangun kerjasama serta lebih bergiat dalam membuat karya-karya tulisan serta mempresentasikan ide.  Hal ini juga dipicu adanya potensi konflik, ketegangan antar berbagai anak muda dan masyarakat gara-gara pilihan politik dan kondisi Jakarta yang sempat tegang membuat saya ingin berkontribusi mempromosikan perdamaian melalui sastra, budaya dan kemanusian sejak 2006 sudah membangun komunitas Lentera Pustaka Indonesia serta membuat gerakan sastra dan inisiatif #poetryforpeaceandsoul dan #travellingpoetry yakni [puisi untuk perdamaian dan motivasi jiwa serta Puisi Perjalanan, yakni mempromosikan kota-kota dan daerah di Indonesia melalui penulisan puisi tentang kota/daerah yang dikunjungi melaui karya puisi, sehingga bisa juga menjadi #citybranding suatu kota, yang berhasil adalah Banyuwangi, Pematang Siantar, Bengkulu, Maulaboh, Pekanbaru, Yogyakarta, Jakarta, Medan, Padang Sidimpuan dan kota lainnya

Saya juga menerbitkan buku puisi pesan damai bumi yang bermakna persatuan dan harmoni bagi pemuda, masyarakat dan bangsa. Saat menuju Paris saya juga membawa mascot boneka,” ikon perdamaian” yakni boneka boneka penari betawi sebagai alat memperkenalkan Indonesia melalui boneka bercorak budaya. Boneka Ikon perdamaian ini saya namai “Dame” sebagai doll ambassadors yang berbentuk kalung yang saya berikan sebagai souvenir kepada delegasi dari Livenia, Paris, Canada, Mali dan sahabat diaspora yang ada di Paris. Ada juga boneka Papua sebagai icon yang saya bawa memperkenalakan Indonesia dari Sabang sampai  mereka

Perjalanan memiliki beberapa tantangan bagi saya diantaranya adalah dukungan dana yang berupa uang saku, yang seharusnya saya gunakan untuk biaya penginapan, makan dan transportasi selama di Paris yang sudah disetujui dalam bentuk SK Biro Adminitrasi dan Keungan tertanggal 10 September 2019 oleh Asisten Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta oleh Bapak Reswan W Soewarjo akhirnya dibatalkan dengan adanya edaran tanggal 15 oktober 2019 oleh Sekda Provinsi DKI Jakarta, Bapak Saefullah, Namun itu tidak menyurutkan langkah saya karena mendapatkan undangan adalah suatu prestasi sekian lama bergiat di dunia sastra dan budaya, saya tetap ikhtiar untuk berangkat  dengan segala kerendahan hati membawa harum kota Jakarta sebagai sastrawan Jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya dengan dukungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Saya juga mengucapkan terimakasih karena sudah di fasilitasi tiket dan visa. Semoga ini menjadi awal dalam pengembangan pariwisata dan budaya DKI Jakarta karena bagaimanapun Jakarta adalah ibukota negara yang beragam etnis dan memiliki seratus lebih kantor perwakilan diplomatik (Kedutaan) negara sahabat sehingga sangat penting untuk memromosikan kota Jakarta sebagai kota berbudaya, hijau dan damai di forum internasional. Hal ini juga di dasari dengan adanya sister city antara Jakarta dan Paris yang sudah di gagas sejak  8 agustus 1995 yang ditandai dengan penda tanganan naskah memorandum antar Jakarta dan Paris tapi masih vacum. Adapun bidang  kerja sama kedua kota ini seperti penataan kota, lalu lintas dan angkutan umum, perlindungan lingkungan hidup, organisasi administrasi kota, pendidikan staf administrasi dan teknik serta pengembangan kebudayaan, pendidikan dan olahraga. Tapi status kerja sama Jakarta–Paris tidak aktif sehinga perlu untuk diaktifkan lagi.
Namun hasil perbincangan dengan Wakil Dubes Prancis H.E Charles Henri Brosseau ditengah-tengah kesibukannya mendampingi presiden congo, sempat berbincang dengan saya dan mengatakan sangat percaya sister city Jakarta dan Paris bisa ditingkatkan lagi dalam berbagai bidang seni budaya dan lain sebagainya. Beliau juga menyampaikan optimis bahwa  Bapak Gubernur DKI Jakarta mampu mewujudkannya  karena menurutnya Jakarta sebagai kota megapolitan mulai tertata dengan cantik dan mulai banyak ruang publik untuk komunitas serta masyarakat untuk berinteraksi dan berkreasi melaksanakan kegiatan kreatif dan positif sehingga kota semakin hidup dan warganya bahagia

Dalam forum ini turut hadir juga beberapa delegasi Indonesia lainnya yang diwakili oleh WWF Indonesia sebagai pemenang project perdamaian terkait konflik antara hewan yang ada di hutan dengan masyarakat karena hutan sudah dirambah jadi pemukiman sehingga butuh solusi dalam penanganannya karena Indonesia juga termasuk negara dengan rain forest. Dimana saya juga pernah diundang untuk menuliskan kegiatan WWF dalam melestarikan harimau Sumatera di hutan pancar dan menggiatkan karya sastra dan budaya dengan mempromosikan perdamaian seperti melaksanakan pembacaan puisi dalam kegiatan road peace di Jakarta, Medan, Ambon, Bengkulu, Banyuwangi, Aceh, Bali dan kota-kota lainnya dengan menuliskan puisi perdamaian. Saya juga menulis puisi tentang budaya mayarakat betawi dalam Antologi Puisi Penyair Nusantara dengan judul “Jakarta dan Betawi, Doeloe, Kini dan Nanti yang diterbitkan oleh Pusake Betawi Fakultas Bahasa dan seni  Universitas Negeri Jakarta  pada 9 mei 2019. Saya juga menjadi delegasi World Peace Forum 2019 yang dilaksanakan di Jakarta dan dilaksanakan oleh “ The Office Special Envoy of the president of The Republic Indonesia “ bertema jalan tengah dalam peradaban dunia pada 14-16 agustus 2019 kerjasama dengan Cheng Ho Multi Culture Education Trust

Aktivitas saya dalam menggiatkan sastra dan budaya dalam mempromosikan perdamaian melalui kegiatan “Road Peace” musikalisasi Puisi Perdamaian di berbagai daerah Indonesia serta menulis buku “Celebrating Peacemaking Odyssey Jusuf Kalla “ tahun 2017, dan menerbitkan buku Jejak Damai di Tanah Barus, Pesan Damai Bumi (Peace Message of the Thousand of Earth : Thousand Poetry for Peace to the World )yang juga menjadi koleksi Peace Library di Grand Halle Lavilatte yang saya serahkan kepada komite Perpustakaan Perdamaian pada tanggal 13 November 2019, saya beruntung karena mereka menyetujui buku saya untuk dijadikan koleksi perpustakaan perdamaian yang posisinya berada di tengah-tengah gedung Grand Halle La Vilatte yang berbentuk bulat seperti globe dunia. Penyerahan buku puisi karya saya “ The Messanger Of Peace : The Thousand Massage For Peace To The World “ yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia “ Pesan Damai Bumi, Seribu Puisi Perdamaian untuk Dunia” juga ada terjemahan bahasa Prancis, Inggris, Rusia dalam cover belakangnya. Beberapa tokoh dunia yang diberikan kesempatan memberikan buku dalam perpustakaan perdamaian adalah Kanselir Jerman, Angela Markel,Sekjen PBB, Antonio Guttares, dan Vladimir Putin, Presiden Rusia

Saya ikut dalam beberapa forum diskusi yang terkait dengan kebudayaan, perdamaian, kepemudaan dan serta pemberdayaan perempuan di berbagai negara. Beberapa prsentasi yang menarik tentang kebudayaan adalah dari UNESCO yang ingin memelihara budaya masayarakat Mosul. Saya jadi terpikir untuk membuat tulisan –tulisan tentang peninggalan Unesco di Indonesia yang terdiri dari 12, meskipun saya sudah menuliskan berbagai puisi terkait warisan budaya bangsa serta candi dan museum dalam buku antologi  puisi “ Di balik batu-batu candi “yang di launching pada hari museum nasional.

Saya juga memperkenalkan dan mempromsikan Jakarta sebagai kota yang memiliki destinasi budaya, aman dan damai untuk dikunjungi, saya juga serta memberikan fliyer dan tourism book Jakarta yang selalu saya bawa, dan juga memperkenalkan boneka penari ondel-ondel DKI yang memiliki baju warna-warni Jakarta kepada berbagai delegasi negara seperti Belgia, Kanada, Brazilia, Paris, Mali dan negara–negara lainnya.

Bahkan delegasi dari Prancis yang bergerak di bidang budaya, hiburan, pariwisata berminat untuk membuat cacara tentang budaya dan berniat akan mengadakan program kunjungan ke Jakarta bernama Mrs. Vivianne. Begitu juga seorang delegasi dari Uni Eropa yang akan mengunjungi Jakarta dalam program Erasmus Peace Project dan dalam obrolan kami mengatakan bahwa Jakarta adalah kota yang megapolitan yang  menarik untuk di kunjungi karena menurut percakapan saya dengan Marteen (Delegasi Belgia dari Diplomatic Magazine) dia sangat salut dengan keragaman Jakarta dimana menyaksikan masjid istiqlal dengan katedral berdampingan

Saya juga sempat berkunjung ke Kantor UNESCO dan bertemu dengan Wakil Dubes Republik Indonesia untuk  UNESCO Paris,  yakni Bapak  Surya Rosa Putra dan Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd selaku Executive Chairman Komisi Nasional Untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan menyampaikan bahwa Indonesia harus tetap bangga dengan budaya dan  mempromosikan bahasa Indonesia. Bapak Wakil Dubes juga menerima buku karya saya yang berjudul “ Jejak Damai Di Tanah Barus” sebagai karya tentang potret harmoni masyarakat di Tapanuli Tengah dimana masyarakat yang Beragama Islam dan Kristen hidup rukun bahkan sejahtera karena daerahnya memiliki kapur barus yang dibutuhkan oleh negra-negara eropa kala itu sebagai bahan pengawet dan kegunaan untuk alat komsetika lainnya

Untuk itu saya sangat terharu dan bangga akhirnya bisa membawa nama baik Jakarta khususnya dimana saya juga terpilih sebagai “ 50 kader bangsa mewakili 1 ( satu) dari 4 (empat) pemuda yang terpilih mewakili Provinsi DKI Jakarta”  bulan Pebruari tahun 2018 dan inilah program nyata saya yakni melestarikan budaya dan mempromsikan Jakarta di forum internasional. Semoga memiliki dampak positif untuk kelestarian budaya dan promosi pariwisata kota Jakarta kepada 140 delegasi yang hadir. Kehadiran saya sebagai delegasi juga terekam dalam video “ One Best Minute Paris Peace Forum” yang ditampilkan di layar selama 1 detik dihadapan 7000 delegasi dunia dan bisa diakses di
https://www.youtube.com/watch?v=aEWeuHixi5Y. Buku karya saya juga di pajang dan jadi koleksi Pustaka perdamaian (Peace Library) bersama tokoh negara lainnya yang juga diminta memberikan buku terbaik sebagai buku perwakilan negaranya di bangunan globe masterpiece peace library yang ada di tengah-tengah Hall

 


 


Gambar 2 : Saya mempromosikan Jakarta dengan memberikan tourism book dengan berbagai info Jakarta sebagai kota wisata dengan destinasi budaya dan kota yang tertib, hijau dan damai kepada delegasi dari Paris, Kanada,serta Amerika  di Paris Peace Forum tanggal 13 Nov 2019doc. Edrida Pulungan




Saya juga merasa beruntung karena undangan menuju Paris Peace Forum 2019 sebagai sastrawan sehingga saya membawa buku-buku puisi karya saya dan buku antologi puisi saya bertema kota Jakarta serta kota-kota yang ada di Indonesia, dan buku karya saya " the Peace Message of The Earth. Thousand Poetry for the World" akhirnya menjadi koleksi dari " Peace Globe " yang berisi buku-buku yang diserahkan oleh tokoh-tokoh berbagai negara serta kepala negara dari berbagai negara yang menghadiri Paris Peace Forum


Thursday, October 3, 2019

Puisi Rumah kita Karya Edrida Pulungan


Rumah kita

Gambar ilustrasi puisi "rumah kita" doc. hutapea

Di beranda rumah kita kicau burung terdengar bagai orkestra pagi
Membangunkan mata-mata yang terpejam saat malam
Di hutan-hutan sungai-sungai mengering
batu-batu terlihat menjulang tanpa air yang mengalir

Bara merah semakin menggelegak, asap-asap sesakkan dada,
buramkan mata, sakitnya menghujam

Dimana rumah kita
pohon pohon tanpa daun, tanah-tanah pecah seperti urat leher, gajah dan harimau berlari ke kampung
Oooh amuk mereke
Menghantam tanah jejak-jejak mencari arah
Karena mereka tidak punya rimba sebagai rumah
Mereka gelapkan mata penduduk kampung
Lalu mati satu persatu diburu

Asap mengepul tidak seerti di dapur emak
Inilah kiamat kecil dan besar
Pada siapa engkau mengadukan deritamu
Asap-asap semakin pekat
apa yang kau baca setelahnya
Luka menganga, damai hilang
Kita berseteru di rumah kita
Rumah dengan hutan yang diperebutkan sebagai paru-paru dunia
serta tanah yang kita rindukan
Tempat semua makhluk berbagi rumah di bumi
Menghirup nafas kehidupan

Sejengkal tanah tempat kita menyemai mimpi dan terjaga esok pagi
Masih ada asap pekat masuk lewat jendela rumah
Lalu dimana rumah kita
Pekanbaru, 2017