The Spirit

The spirit will comes after your will. I see, I hear, I write, I celebrate all moment with words...

waiting is inspiring

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

I love sharing positive mind and feeling

my life teach me to believe my inner strength

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, October 3, 2019

Puisi Rumah kita Karya Edrida Pulungan


Rumah kita

Gambar ilustrasi puisi "rumah kita" doc. hutapea

Di beranda rumah kita kicau burung terdengar bagai orkestra pagi
Membangunkan mata-mata yang terpejam saat malam
Di hutan-hutan sungai-sungai mengering
batu-batu terlihat menjulang tanpa air yang mengalir

Bara merah semakin menggelegak, asap-asap sesakkan dada,
buramkan mata, sakitnya menghujam

Dimana rumah kita
pohon pohon tanpa daun, tanah-tanah pecah seperti urat leher, gajah dan harimau berlari ke kampung
Oooh amuk mereke
Menghantam tanah jejak-jejak mencari arah
Karena mereka tidak punya rimba sebagai rumah
Mereka gelapkan mata penduduk kampung
Lalu mati satu persatu diburu

Asap mengepul tidak seerti di dapur emak
Inilah kiamat kecil dan besar
Pada siapa engkau mengadukan deritamu
Asap-asap semakin pekat
apa yang kau baca setelahnya
Luka menganga, damai hilang
Kita berseteru di rumah kita
Rumah dengan hutan yang diperebutkan sebagai paru-paru dunia
serta tanah yang kita rindukan
Tempat semua makhluk berbagi rumah di bumi
Menghirup nafas kehidupan

Sejengkal tanah tempat kita menyemai mimpi dan terjaga esok pagi
Masih ada asap pekat masuk lewat jendela rumah
Lalu dimana rumah kita
Pekanbaru, 2017

Puisi Pintu Rimba karya Edrida Pulungan


Pintu Rimba


Gambar hutan ilustrasi puisi "rimba kita" doc.goodnewsfromindonesia

Ini bukan cerita dongeng sang nenek pada cucunya
Konon katanya ada satu negeri dengan hutan
gunung dan lautnya yang banyak
hutan berpenghuni binatang-binatang liar
aneka satwa-satwa seperti cerita harimau sang raja hutan serta money yang membangun kerajaannya
Satu persatu hewan di buru

Satu persaru spesiasnya habis temiada tersisa dari hutan Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua
Negeri zamrud khatulistiwa hanya simbol saja
Satwa semakin langka punah ditelan Masa
Hingga generasi masa depan tak tahu bentuk rupanya
Kemarin tapak kaki harimau itu meninggalkan jejak di tanah basah
Berjalan menuju Utara
Lalu diburu dan dibunuh pemburu demi lembar rupiah
 Mereka lari ke rumah warga
Lalu siapa yang jadi pahlawan

Siapa yang jadi penjahatnya
Dengarkan lagi satu dongeng penutup di malam ini
 Konon katanya hutan kita penuh tumbuhan-tumbuhan liar sebagai obat
Fauna serta flora beraneka rupa
Tapi itu dongeng seratus tahun lalu
Sudah tiada lagi pintu rimba yang kau bisa masuki
Manusia dan hewan berebut tempat hidup
Satu kota hilang semalam
Terbakar
Hingga yang tersisa hanya puing luka

Bogor, Gunung Salak, 2019

Puisi Pukat Asap Karya Edrida Pulungan



Pukat Asap

Edrida Pulungan

 
ilustrasi gambar puisi "pukat asap" doc pojoksatu.id 

Aku menjaring asap sepagi ini hingga datang gelap
Asap dilempar menjadi pukat
Siapa yang khilaf
Semua hanya banyak cakap

Asap-asap terperangkap di kota yang tabah itu
kota yang semakin pengap
Berapa banyak lagi korban yang jatuh
saat bara hutan tak bisa dipadamkan air

Pukat asap di atap rumah
Pukat asap di sungai-sungai
Pukat asap di hutan-hutan
Bara panas dimana-mana

Asap menjadi sarapan di pagi, siang dan malam hari
Satu negeri di hujat karena asapnya menyebar hingga negeri tetangga
Satu negeri dipuja karena lebat hutan tropisnya
Ini negeri asap

Riau, 2019