Sedetik yang istimewa....
Gambar 1 : Saya turut Saya berdiri di depan Hall Grande Halle Vilatte, Paris menghadiri Undangan Paris Peace Forum 11- 13 November 2019 terkait tema budaya,
pendidikan dan perdamaian dan terekam
dalam official youtube Paris Peace forum pada menit ke 1.18 ” doc. Edrida Pulungan
Saya mendapatkan undangan dari Paris Peace Forum setelah mengirimkan
proposal melaui sastra dan budaya dan memmpromosikannya pada duta perdamaian pemuda dari
34 provinsi di seluruh Indonesia. Prosesnya mulai dari bulan Mei hingga saya
menerima undangan bulan September dari Paris Peace Forum setelah melalui proses
selama lima bulan. Undangan ini merupakan suatu penghargaan dan penghormatan
bagi saya karena ide saya semangat saya seperti
tulisan saya dalam buku Wakil Presiden Jusuf Kalla yakni “Peacemaking ala Jusuf Kalla by poetry,
Peacemaking and Humanity”. Essay saya terpilih dari 500 essay dari para
perhimpunan Pelajar Indonesia yang berasal dari mahasiswa Indonesia dari
beberapa provinsi dan berbagai negera seperti Wellington, Rusia, Jepang, dan
sebagainya. Sehingga dalam forum saya bisa menuangkan ide dan membangun
kerjasama serta lebih bergiat dalam membuat karya-karya tulisan serta mempresentasikan
ide. Hal ini juga dipicu adanya potensi konflik,
ketegangan antar berbagai anak muda dan masyarakat gara-gara pilihan politik
dan kondisi Jakarta yang sempat tegang membuat saya ingin berkontribusi
mempromosikan perdamaian melalui sastra, budaya dan kemanusian sejak 2006 sudah
membangun komunitas Lentera Pustaka Indonesia serta membuat gerakan sastra dan
inisiatif #poetryforpeaceandsoul dan #travellingpoetry yakni [puisi untuk
perdamaian dan motivasi jiwa serta Puisi Perjalanan, yakni mempromosikan
kota-kota dan daerah di Indonesia melalui penulisan puisi tentang kota/daerah
yang dikunjungi melaui karya puisi, sehingga bisa juga menjadi #citybranding
suatu kota, yang berhasil adalah Banyuwangi, Pematang Siantar, Bengkulu,
Maulaboh, Pekanbaru, Yogyakarta, Jakarta, Medan, Padang Sidimpuan dan kota lainnya
Saya juga menerbitkan buku puisi pesan damai bumi yang bermakna
persatuan dan harmoni bagi pemuda, masyarakat dan bangsa. Saat menuju Paris
saya juga membawa mascot boneka,” ikon perdamaian” yakni boneka boneka penari
betawi sebagai alat memperkenalkan Indonesia melalui boneka bercorak budaya.
Boneka Ikon perdamaian ini saya namai “Dame” sebagai doll ambassadors yang berbentuk kalung yang saya berikan sebagai
souvenir kepada delegasi dari Livenia, Paris, Canada, Mali dan sahabat diaspora
yang ada di Paris. Ada juga boneka Papua sebagai icon yang saya bawa
memperkenalakan Indonesia dari Sabang sampai
mereka
Perjalanan memiliki beberapa tantangan bagi saya diantaranya adalah
dukungan dana yang berupa uang saku, yang seharusnya saya gunakan untuk biaya
penginapan, makan dan transportasi selama di Paris yang sudah disetujui dalam
bentuk SK Biro Adminitrasi dan Keungan tertanggal 10 September 2019 oleh
Asisten Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta oleh Bapak Reswan W Soewarjo
akhirnya dibatalkan dengan adanya edaran tanggal 15 oktober 2019 oleh Sekda
Provinsi DKI Jakarta, Bapak Saefullah, Namun itu tidak menyurutkan langkah saya
karena mendapatkan undangan adalah suatu prestasi sekian lama bergiat di dunia
sastra dan budaya, saya tetap ikhtiar untuk berangkat dengan segala kerendahan hati membawa harum
kota Jakarta sebagai sastrawan Jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya
dengan dukungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Saya juga
mengucapkan terimakasih karena sudah di fasilitasi tiket dan visa. Semoga ini
menjadi awal dalam pengembangan pariwisata dan budaya DKI Jakarta karena
bagaimanapun Jakarta adalah ibukota negara yang beragam etnis dan memiliki
seratus lebih kantor perwakilan diplomatik (Kedutaan) negara sahabat sehingga sangat
penting untuk memromosikan kota Jakarta sebagai kota berbudaya, hijau dan damai
di forum internasional. Hal ini juga di dasari dengan adanya sister city antara Jakarta dan Paris
yang sudah di gagas sejak 8 agustus 1995
yang ditandai dengan penda tanganan naskah memorandum antar Jakarta dan Paris tapi
masih vacum. Adapun bidang kerja
sama kedua kota ini seperti penataan kota, lalu lintas dan angkutan umum,
perlindungan lingkungan hidup, organisasi administrasi kota, pendidikan staf
administrasi dan teknik serta pengembangan kebudayaan, pendidikan dan olahraga.
Tapi status kerja sama Jakarta–Paris tidak aktif sehinga perlu untuk diaktifkan
lagi.
Namun hasil perbincangan dengan Wakil Dubes Prancis H.E Charles Henri
Brosseau ditengah-tengah kesibukannya mendampingi presiden congo, sempat
berbincang dengan saya dan mengatakan sangat percaya sister city Jakarta dan
Paris bisa ditingkatkan lagi dalam berbagai bidang seni budaya dan lain
sebagainya. Beliau juga menyampaikan optimis bahwa Bapak Gubernur DKI Jakarta mampu
mewujudkannya karena menurutnya Jakarta
sebagai kota megapolitan mulai tertata dengan cantik dan mulai banyak ruang
publik untuk komunitas serta masyarakat untuk berinteraksi dan berkreasi melaksanakan
kegiatan kreatif dan positif sehingga kota semakin hidup dan warganya bahagia
Dalam forum ini turut hadir juga beberapa delegasi Indonesia lainnya
yang diwakili oleh WWF Indonesia sebagai pemenang project perdamaian terkait
konflik antara hewan yang ada di hutan dengan masyarakat karena hutan sudah
dirambah jadi pemukiman sehingga butuh solusi dalam penanganannya karena Indonesia
juga termasuk negara dengan rain forest. Dimana saya juga pernah diundang untuk
menuliskan kegiatan WWF dalam melestarikan harimau Sumatera di hutan pancar dan menggiatkan karya sastra dan budaya dengan mempromosikan perdamaian
seperti melaksanakan pembacaan puisi dalam kegiatan road peace di Jakarta, Medan, Ambon, Bengkulu, Banyuwangi, Aceh,
Bali dan kota-kota lainnya dengan menuliskan puisi perdamaian. Saya juga menulis puisi tentang budaya mayarakat betawi dalam Antologi
Puisi Penyair Nusantara dengan judul “Jakarta dan Betawi, Doeloe, Kini dan
Nanti yang diterbitkan oleh Pusake Betawi Fakultas Bahasa dan seni Universitas Negeri Jakarta pada 9 mei 2019. Saya juga menjadi delegasi
World Peace Forum 2019 yang dilaksanakan di Jakarta dan dilaksanakan oleh “ The
Office Special Envoy of the president of The Republic Indonesia “ bertema jalan
tengah dalam peradaban dunia pada 14-16 agustus 2019 kerjasama dengan Cheng Ho
Multi Culture Education Trust
Aktivitas saya dalam menggiatkan sastra dan budaya dalam mempromosikan
perdamaian melalui kegiatan “Road Peace”
musikalisasi Puisi Perdamaian di berbagai daerah Indonesia serta menulis buku “Celebrating Peacemaking Odyssey Jusuf Kalla
“ tahun 2017, dan menerbitkan buku Jejak Damai di Tanah Barus, Pesan Damai Bumi
(Peace Message of the Thousand of Earth :
Thousand Poetry for Peace to the World )yang juga menjadi koleksi Peace
Library di Grand Halle Lavilatte yang saya serahkan kepada komite Perpustakaan
Perdamaian pada tanggal 13 November 2019, saya beruntung karena mereka
menyetujui buku saya untuk dijadikan koleksi perpustakaan perdamaian yang
posisinya berada di tengah-tengah gedung Grand Halle La Vilatte yang berbentuk
bulat seperti globe dunia. Penyerahan buku puisi karya saya “ The Messanger Of Peace : The Thousand
Massage For Peace To The World “ yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
“ Pesan Damai Bumi, Seribu Puisi Perdamaian untuk Dunia” juga ada terjemahan
bahasa Prancis, Inggris, Rusia dalam cover belakangnya. Beberapa tokoh dunia
yang diberikan kesempatan memberikan buku dalam perpustakaan perdamaian adalah
Kanselir Jerman, Angela Markel,Sekjen PBB, Antonio Guttares, dan Vladimir
Putin, Presiden Rusia
Saya ikut dalam beberapa forum diskusi yang terkait dengan kebudayaan,
perdamaian, kepemudaan dan serta pemberdayaan perempuan di berbagai negara.
Beberapa prsentasi yang menarik tentang kebudayaan adalah dari UNESCO yang
ingin memelihara budaya masayarakat Mosul. Saya jadi terpikir untuk membuat
tulisan –tulisan tentang peninggalan Unesco di Indonesia yang terdiri dari 12,
meskipun saya sudah menuliskan berbagai puisi terkait warisan budaya bangsa
serta candi dan museum dalam buku antologi
puisi “ Di balik batu-batu candi “yang di launching pada hari museum
nasional.
Saya juga memperkenalkan dan mempromsikan Jakarta sebagai kota yang
memiliki destinasi budaya, aman dan damai untuk dikunjungi, saya juga serta memberikan
fliyer dan tourism book Jakarta yang selalu saya bawa, dan juga memperkenalkan
boneka penari ondel-ondel DKI yang memiliki baju warna-warni Jakarta kepada
berbagai delegasi negara seperti Belgia, Kanada, Brazilia, Paris, Mali dan
negara–negara lainnya.
Bahkan delegasi dari Prancis yang bergerak di bidang budaya, hiburan, pariwisata
berminat untuk membuat cacara tentang budaya dan berniat akan mengadakan
program kunjungan ke Jakarta bernama Mrs. Vivianne. Begitu juga seorang delegasi
dari Uni Eropa yang akan mengunjungi Jakarta dalam program Erasmus Peace
Project dan dalam obrolan kami mengatakan bahwa Jakarta adalah kota yang
megapolitan yang menarik untuk di
kunjungi karena menurut percakapan saya dengan Marteen (Delegasi Belgia dari
Diplomatic Magazine) dia sangat salut dengan keragaman Jakarta dimana
menyaksikan masjid istiqlal dengan katedral berdampingan
Saya juga sempat berkunjung ke Kantor UNESCO dan bertemu dengan Wakil
Dubes Republik Indonesia untuk UNESCO
Paris, yakni Bapak Surya Rosa Putra dan Prof. Dr. H. Arief
Rachman, M.Pd selaku Executive Chairman Komisi Nasional Untuk UNESCO
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan menyampaikan bahwa Indonesia harus
tetap bangga dengan budaya dan
mempromosikan bahasa Indonesia. Bapak Wakil Dubes juga menerima buku
karya saya yang berjudul “ Jejak Damai Di Tanah Barus” sebagai karya tentang
potret harmoni masyarakat di Tapanuli Tengah dimana masyarakat yang Beragama
Islam dan Kristen hidup rukun bahkan sejahtera karena daerahnya memiliki kapur
barus yang dibutuhkan oleh negra-negara eropa kala itu sebagai bahan pengawet
dan kegunaan untuk alat komsetika lainnya
Untuk itu saya sangat terharu dan bangga akhirnya bisa membawa nama baik
Jakarta khususnya dimana saya juga terpilih sebagai “ 50 kader bangsa mewakili 1
( satu) dari 4 (empat) pemuda yang terpilih mewakili Provinsi DKI Jakarta” bulan Pebruari tahun 2018 dan inilah program
nyata saya yakni melestarikan budaya dan mempromsikan Jakarta di forum
internasional. Semoga memiliki dampak positif untuk kelestarian budaya dan
promosi pariwisata kota Jakarta kepada 140 delegasi yang hadir. Kehadiran saya
sebagai delegasi juga terekam dalam video “ One Best Minute Paris Peace Forum”
yang ditampilkan di layar selama 1 detik dihadapan 7000 delegasi dunia dan bisa
diakses di
https://www.youtube.com/watch?v=aEWeuHixi5Y. Buku karya saya juga
di pajang dan jadi koleksi Pustaka perdamaian (Peace Library) bersama tokoh
negara lainnya yang juga diminta memberikan buku terbaik sebagai buku
perwakilan negaranya di bangunan globe
masterpiece peace library yang ada di tengah-tengah Hall
Gambar 2 : Saya mempromosikan Jakarta dengan memberikan
tourism book dengan berbagai info Jakarta sebagai kota wisata dengan destinasi
budaya dan kota yang tertib, hijau dan damai kepada delegasi dari Paris, Kanada,serta Amerika di Paris Peace Forum tanggal 13 Nov 2019” doc. Edrida Pulungan
p
ReplyDelete