Tuesday, September 11, 2018

Travelling to china



I really interested with some milenial issue, I have just read some writer from kumparan
by Dewi Rahmat K. How about milenial in Indonesia, apakah mudah mendapatkan kepemilikan rumah di Indoensia

usia berpakah seorang anak muda bisa membeli rumah pertamanya? Mari kita baca ulasan dewi dalam kumparan berikut ini. Menarik bukan


Tak Hanya di RI, Milenial China Juga Kesulitan Punya Rumah

Mirip seperti Indonesia, generasi muda atau milenial di China juga kesulitan membeli hunian. Tingginya harga properti dan persyaratan minimum uang muka (down payment) menjadi pemicunya.
Harga hunian seperti apartemen di China semakin tinggi bila lokasinya berada di kota lapis pertama (first tier city) seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou dan Shenzhen. Seperti dilansir China Daily, besaran uang muka di Kota Beijing untuk hunian pertama disyaratkan 30% dan di kota Shanghai sebesar 35%.
Tingginya harga apartemen dan syarat minimum uang muka dikeluhkan oleh milenial China. 
Suasana apartemen di China.© Disediakan oleh Kumparan Suasana apartemen di China. Luo, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) muda di Kota Beijing menjelaskan, generasi milenial di China saat ini kesulitan memiliki hunian pribadi khususnya bila tinggal di kota-kota besar.
“Pastinya kalau beli apartemen di kota besar seperti Shanghai dan Beijing, itu sangat sulit (mahal). Kalau kota kecil lapis kedua atau ketiga kemungkinan kita masih bisa,” ujar Luo kepada kontributor kumparan (kumparan.com) di China, Feby Dwi Sutianto, Rabu (9/5).
Penasaran dengan pengakuan Luo, kumparan mengecek situs pembanding harga properti (numbeo.com). Hasilnya, harga properti jenis apartemen di pusat kota Beijing dibanderol RMB 112.150 per meter persegi atau setara Rp 224,3 juta (Asumsi RMB 1 = Rp 2.000), sementara di pinggiran kota harga rata-rata RMB 53.571,43 per meter persegi atau setara Rp 107,14 juta.
Suasana apartemen di China.© Disediakan oleh Kumparan Suasana apartemen di China. 

Meski Luo memiliki penghasilan RMB 7.000 atau setara Rp 14 juta per bulan, Ia tetap kesulitan bila ingin memiliki hunian apartemen di kota lapis pertama China. Alasannya, biaya hidup di kota besar di China juga tinggi sehingga generasi muda seperti dirinya kesulitan menabung untuk membayar uang muka. Alhasil, ada bantuan pihak keluarga untuk membayar down payment.
“Jadi kondisi yang terjadi di sini, orang tua umumnya membayar uang muka. Kemudian generasi muda seperti saya yang membayar cicilan,” ujarnya.

0 comments:

Post a Comment