Sunday, December 1, 2013

Adakah Inspirasi, Impian dan Toleransi dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa?


             99 cahaya di langit eropa, judulnya begitu menarik dan inspiratif, mengapa cahaya itu bersinar di Eropa bukan Timur Tengah, bukan Asia dan negara lainnya, judul itu cukup membuat saya penasaran hingga saya membaca bukunya tahun 2011 dan bertemu dengan kedua penulisnya dalam launching buku mereka, ternyata sepasang suami istri, inspiratif sekali, mereka adalah Hanum Salsabiella Rais dan Rangga Almahendra, Buku tersebut berhasil menceritakan perjalanan Hanum mendampingi  Rangga, sang suami  yang menempuh kuliah S3 di Austria dengan segala dinamikanya, ada harapan, inspirasi, kritis, toleransi dan persahabatan yang disampaikan dengan indah dalam buku itu.

                   Bersama penulis Buku 99 cahaya di langit Eropa dengan Hanum rais dan Rangga Mahendra

           Hingga di akhir november 2013 saya menerima undangan melalui email dari Edelman  Indonesia untuk pemutaran Premierenya, rasanya tentu bahagia sekali, apalagi dalam pemutaran film tersebut bertepatan dengan ulang tahun ke-7 Maxima Pictures dan film arahan sutradara berbakat, Guntur Sorharjanto tersebut dihadiri oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono bersama Bu Ani Yudhoyono, dan semua aktor dan aktris yang berperan dalam film ini seperti Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Raline Rahmat Syah, Nino Fernandez, Alex Abbad, Marissa Nasution, Dewi Sandra, Geccha, Dian Pelangi, Hanum Salsabiela, dan Fatin Shidqia Lubis.


Photo: Para pendukung FilmAcha Septriasa, Abimana Aryasatya, Raline Rahmat Syah, Nino Fernandez, Alex Abbad, Marissa Nasution, Dewi Sandra, Geccha, Dian Pelangi, Hanum Salsabiela, duta besar Uni Eropa untuk Indonesia Olof Skoog dan Sutradara Guntur Sorharjanto


            Scene film ini menarik dimulai dengan  monolog Hanum yang menceritakan curahan hatinya saat pertama kali berada di Austria saat mendampingi suami kuliah S3 dan sangat menikmati setiap sudut kota Austria hingga tiga bulan berjalan, baginya semua  berjalan begitu hambar karena bosan dalam rutinitas yang begitu-begitu saja hingga ia berniat mencari kesibukan dan tidak hanya tinggal di apartemen saja, Hanum  tidak bisa mendapatkan pekerjaan namun karena dia tidak bisa bahasa jerman, tetapi hidupnya mulai berubah ketika dia menemukan iklan dipersimpangan jalan untuk mengikuti kelas bahasa jerman dan free, dan disinilah kehidupan Hanum berubah dan berwarna, dan banyak sekali kejutan datang dalam kehidupannya.

                                                     Hanum berada diatas Menara Eiffel, Paris


         Dan dikelas bahasa jerman dia mengenal Fatma, seorang muslimah yang kemudian semakin dekat dengannya, Fatma sering mengajak Hanum berjalan-jalan untuk melihat museum dan beberapa peninggalan kejayaan Islam di eropa ditemani anaknya Aisye yang cerdas dan kritis, bahkan saat Aisye menayakan apakah Hanum muslimah, karena dia tidak mengenakan hijab seperti muslimah lainnya, membuat Hanum sumringah, namun akhirnya Fatma bisa mencairkan keadaan dengan mengatakan Hanum sedang sakit kepala, disini Fatma mengajarkan memakai hijab atau tidak tetaplah dia seorang muslim, usaha doa dan hidayahlah yang membuat seorang muslimah akhirnya mengenal islam lebih dalam dan menjalankan kewajibannya.
       Sementara Rangga juga berjuang di kelasnya dan harus meyakinkan dosennya karena tidak bisa mengikuti ujian di hari Jum’at karena harus menjalankan sholat Jum’at, dan dia juga harus mencoba bertoleransi dengan teman kampusnya Stefan yang sering bertanya soal keislamannya dengan kritis, banyak adegan kocak dan menggelitik dalam percakapan mereka, misalnya soal makanan halal dan haram hingga saat Rangga berpuasa. Namun keduanya banyak belajar persamaan dan perbedaan dan saling toleransi. Khan sebagai mahasiswa asli Pakistan berada ditengah mereka menjadi sosok muslim yang teguh memgang prinsip keislamannya dan dekat dengan Rangga namun selalu berseberangan dengan Stefan, tetapi rangga selalu menengahi keduanya.
          Kelas bahasa jerman sudah usai, namun Hanum belum melihat Fatma, hingga Hanum menemani rangga untuk konfrensi di Prancis dan fatma sempat memberikan alamat Marion sahabatnya seorang sejahrawan yang sudah mualaf agar menemani Hanum di Prancis, banyak shoot unik dalam pertemuan Marion dengan Hanum seperti cerita seperti Louvre, Axe Historique Paris, dan jalan lurus, hingga Eiffel yang dibangun Napoleon adalah satu garis lurus yang mengarah pada bangunan Kabbah di Makkah berhasil membangun sisi misteri dalam percakapan mereka seolah kita sedang menyaksikan scene Da Vinci Code yang penuh lambing, simbol dan tanda tanya, bukan itu saja Marion juga menyuruh  Hanum menyaksikan lebih dekat hurf yang tertulis di hijab bunda Maria yang tidak memiliki garis dan titik ternyata kalimat tauhid Lailaha Illaloh.
           Dan sepulangnya Rangga dari konfrensi, ada adegan yang sangat manis, haru dan menyentuh hati saat Rangga dan hanum naik keatas menara Eiffel dan Rangga mengumandangkan Azan menghadap Kabbah menjelang waktu sholat. Mungkin ini akan menjadi adegan film pertama didunia dan inspiratif. 

                                         Rangga Mengumandangkan azan diatas Menara Eiffel, Paris


       Konflik dan tanya banyak dibangun dalam interaksi aktornya dalam memaknai toleransi, persahatan, keilmuwan, dan persaudaraan. Film ini juga menarik karena menggunakan empat bahasa di dalamnya seperti bahasa Indonesia, Inggris, Jerman dan Turki, Dalam film ini berbaur banyak bintang yang memang disengaja mewarnai film ini sehingga kekuatan aktor utama tidak terlalu menonjol daalm film ini, karena semua aktor punya spot tersendiri,
        Dan scene terakhir film ini saat rangga menyakan apa rencana Hanum berikutnya, dia mengatakan ingin mengunjungi Cordoba (Spanyol) dimana disinilah Islam Berjaya dan penuh cahaya gemilang dan ditutup dengan pertemuan mereka berdu dengan Fatin yang sedang mengambil shooting untuk lagunya di Eropa dan meminta mereka berdua menjadi guidenya selama di eropa, dalam film ini memang Fathin menyanyikan lagudalam film ini 99 cahaya dilangit eropa menjadi lagu official film ini.
        Film ini memang memberikan banyak makna dan tafsiran bahwa kehidupan selalu menunjukkan kepada kita dua sisi uang logam, perbedaan dan persamaan, dan kearifan dalam kehidupan yang selalu membawa kita sampai pada tujuan yang kita harapkan, dan jelas sekali peradaban lahir dari sebuah kehidupan yang dinamis dari kesetian, cinta dan kreatifitas didalamnya, pesan toleransi dan persahabatan sukup dalam dan menonjol disini, walaupun dialognya dan monolognya sangat berimbang sehingga film ini mirip perjalanan seorang sosok manusia yang berjalan jauh untuk menemukan dirinya, saudaranya dan TuhanNya, ternyata dilangit dan bumi manapun, kebenaran selalu berwujud universal dalam empati dan simpati yang dalam.
        Peradaban antar timur dan barat memang selalu menarik untuk dikaji, banyak buku dan film yang sudah mencoba menguraikannya, namun apa yang membuat mereka menghargai perbedaan merupan kunci membuka hubungan, dan Islam sebagai satu dari inspirasi peradaban di Eropa merupan satu keajaiban.
        Film ini ditutup dengan kalimat yang sangat indah dari Hanum dalam cerita “ saya jatuh cinta dengan Eropa bukan karena ada Eiffel dan bagunan sejarah lainnya, namun karena saya merasakan cahaya hidayah dan islam pernah bersinar gemilang dan indah dibawah langit Eropa”,
        Jadi jika anda ingin melihat banyak nuansa sebuah peradaban, keindahan benua biru eropa, persamaan, perbedaan, perjuangan dan kesetiaan, silahkan tonton film ini, semoga jatuh cinta dengan makna didalamnya. Namun silahkan menjawab sendiri pertanyaan besarnya adalah
                                          Poster film 99 Cahaya dilangit Eropa, Djakarta Teater



Adakah inspirasi, impian dan toleransi dalam film 99 cahaya di langit Eropa? Selamat menyaksikan.

0 comments:

Post a Comment