Aku berjalan menyusuri kolam dengan monumen air mancur di
sudut depannya, dia menatapku dengan tersenyum, ada beberapa kuntum bunga
kamboja di tangannya,
" aku suka wanginya, kamu suka juga kan?" katanya
dengan menatap mataku dalam-dalam.
Aku diam tersenyum simpul. “ ya, aku suka wanginya, tidak menusuk hidung”
jawabku
“kamu suka kamboja warna apa?”
“ aku suka kamboja merah muda, abang suka warna apa?”
“aku suka putih gading dek”
“ kalau begitu kita united, “merah putih”
“ hehehehe, iya juga , kamu bisa aja, nasionalis yang manis”
“ hehehe, abang bisa aja,tapi apa ada kamboja yang berwarna
hijau, biar kamboja menyatu menjadi pelangi”?
“ ada kok kamboja warna hijau, itu kalau kambojanya masih
jadi putik,hehehhe”
Kami tertawa bersama, mengalir dan lepas. Hari masih pagi,
sekitar jam 6 , udara masih segar, dia selalu setia mengantarku ke tempat
kerja. Dan sebelum bertemu dengannya, Aku selalu merasa heran begitu banyak
persamaan pada kami, dan satu hal yang sering kulakukan di pagi hari saat melewati taman, aku akan mengumpulkan
bunga kamboja yang berguguran, dan meletakkannya di meja kerja dalam kendi
mungil, aromanya wangi dan soft, mewarnai hariku.
Pagi ini didepan gedung tua tempatku bekerja, dengan kolam persegi didepannya, dan bias pelangi yang
memantul di permukaan air kolam menjadi
saksi kebahagiaanku, rupa-rupa rasaku, rasa yang campur aduk, seperti pelangi.
Yoga menyematkan bunga kamboja di telinga kananku
“ kamu cantik pagi ini, Rania” katanya
“secantik pelangi itukah?’jawabku lagi
Dia tersenyum sejuta arti.
Yoga melingkarkan
lagi cincin pernikahan kami di depan gedung berpelangi itu, gedung yang jadi saksi bagiku mengikat janji untuk mengabdi pada
negeri ini dan mengikat janji dengan belahan jiwaku.
Pagi ini hatiku dan hatinya memerah, menguning dan menghijau
seperti pelangi yang selalu hadir pada pagi dan rembang petang yang tak pernah
kami lupakan.
Namun aku harus ikhlas melepasnya selama setahun, karena dia
meraih mimpi yang sebentar lagi terwujud, Yoga mendaptkan beasiswa doktoralnya , surat yang dia terima dari
Keduataan Inggris kemarin akan mengubah rencana yang kami susun untuk bulan
madu ke yogja, kami ingin menikmati senja berpelangi di utara candi, dia suka
bangunan sejarah, sedangkan aku suka suasana masyarakatnya yang ramah disetiap
sudut kota. Apakah masih ada pelangi terakhir yang jadi saksi untuk kami
sebelum dia pergi ? atau dia akan menyaksikan pelangi di sudut Buckingham
Palace saat pergantian penjaga istana dengan seragam merah-merah, namun doaku
sangat sederhana, kuyakin dia menjaga hatinya untukku, hingga aku membaca email
di laptpnya yang menyala, takk terasa airmataku menetes….
***
Aku melihat Yoga masih sibuk memilih-milih buku yang akan dia
bawa ke Inggris, sesekali dia meletakkan kembali buku ke raknya, saya mengerti karena
buku yang dibawa tidak bisa banyak, untuk
mengurangi biaya bagasi sesuai standar penerbangan internasional. Aku sebenarnya
sangat ingin mendampinginya menuntut ilmu di negeri seberang, namun dalam perjanjian
beasiswa tersebut istri tidak diperkenankan ikut serta kecuali dengan biaya sendiri,
pilihan yang sulit bagi kami, namun aku sangat kagum pada suamiku, sosok yang cerdas
dan pekerja keras, aku memang belum lama mengenalnya, kedua orang tua kami yang
aktif di taklim mempertemukan kami dan akhirnya kami bertemu di masjid saat iktikaf
ramadhan higngga akhirnya kami menikah dengan perkenalan selama dua bulan.
Sosoknya pendiam berbeda denganku yang senang bicara, namun terkadang
perbedaanlah yang menyatukan dua hati, ada campur tangan Allah dalam pertemuan kami,
invisible hand dalm teori ekonomi yang kupelajari saat kuliah.
Mimpi yang Yoga raih adalah bagian dari mimpiku juga, mimpi yang
tertunda, karena banyak pilihan-pilihan sulit yang harus aku ikhlaskan. Namun aku
yakin kelak semua pilihan tersebut akan membuka banyak pintu kebaikan bagiku. Aku
belajar optimism dari suamiku, Yoga
Yoga jika aku sedang diam dan tak ceria seperti baisanya, dia akan memelukku dari belakang dan menyambapaikan cerita atau beberapa potongan ayat dan hadis menyemanagatiku, Kukira sikapanya yang pendiam dulu saat berkenalan hinga membuatku yakin dia karakter yang dingin, rupanya Yoga sosok perhatian dan lucu juga.
0 comments:
Post a Comment