Wednesday, June 17, 2015

Dua Aksara Rasa antara Turki dan Jakarta




          Gambar : Ilustrasi cerpen Dua aksara Rasa antara Jakarta dan Turki doc budiblogspot.com


Hari sudah sore,  Rayesha memadangi undangan VIP pameran perhiasan yang tergeletak di meja kerjanya. Semua berkas penawaran kerjasama perusahaan sudah selesai diketiknya. bagi rayesha pekerjaan administrative memang membuatnya jenuh, namun apa boleh buat, seorang rekan kerjanya cuti melahirkan , dan pimpinan mempercayakan pekerjaan padanya.
 
Rayesha lalu beranjak dari meja, dan menuju lokasi pameran yang tak jauh dari kantornya, kawasan sudirman memang agak macet karena banyak karyawan pulang kantor, namun rayesha piker menghadiri pameran perhiasan adalah aktivitas yang menyenangkan menjelang weekend. Apalagi dari dulu cita-citanya sebagai desainer perhiasan tidak kesampaian. Namun segala sesuatu yang berhubungan dengan perhiasan sangat menarik bagi rayesha.
 
Welcome for  international  jewelry fair 2015. Tulisan tersebut terlihat besar di gerbang depanmenyambut para pengunjung dari berbagai Negara. Jakarta beruntung jadi tuan rumah
 
 
Pintu ruangan pameran sudah ramai dan banyak pengunjung masuk dari pintu 1, Rayesha sedikit leluasa dengan undangan VIP ditangannya. Seorang staf pameran menghantarkannya ke ruang yang dia tuju, di meja tersebut sudah disediakan hot chocolate dan roasted hangat, Rayesha paling suka menikmati minuman coklat hangat, sambil melihat vrosur berisi beberapa stand pameran yang akan dikunjunginya. Lumayan ramai, banyak juga perusahaan perhiasan dari luar negeri. setelah menyeruput coklat hangat rayesha naik kelantai atas , dan melihat banyak perhiasan dari perak, emas dan gading semua kelihatan indah dan menawan.
 
Matanya tertuju pada cincin bermata satu, indah sekali dengan emas putih bermata satu ditengahnya. Rayesha terdiam, ada titik bening di sudut matanya, Dia ingat Rangga, kekasihnay yang pernah memberikan cincin emas putih disaat pertunangan mereka, namun takdir berkata lain, Rangga telah meninggalkan dirinya setahun yang lalu karena menderita kanker. Sejak itu Rayesha selalu dirundung duka, lebih tertutup dan menutup diri, baginya Rangga adalah cinta sejatinya. Tak mudah membuka hati pada yang lain. Rayesha yang ceria berubah jadi sosok yang kelihatan pendiam dan serius. namun Rayesha berusaha menghibur diri di kamarnya dengan mendisain perhiasan seperti gelang, kalung dan cincin. sesekali dia mendapat order dari temannnya yang berminat, karena melihat rayesha memakainya pada acara-acara kantor. Rangga adalah sosok yang menyemangatinya kelak punya gallery berisi perhiasan yang di desain rayesha, bahkan rayesha sempat membuatkan cincin berukir inisial anma mereka berdua RR pada saat ulang tahun Rangga yang ke 30. Semua kenangan itu telah menguap jauh, yang ada hanya kesendirian yang terasa melarutkan bagi Rayesha untuk menerima kenyataan bahwa seseorang yang sangat dicintainya telah pergi.
 
Gubrak, seseorang bertubuh tinggi besar melintas di depannya membawa kotak perhiasan berwarna coklat muda dan berhamburan di lantai
 
" sorry" kata lelaki tinggi itu
" sorry, I don't mean,ups is it broken? kata Rayesha, dia berjalan sambil melamun, harusnya dialah yang meminta maaf pada lelaki tinggi itu, karena berjalan di koridor stand yang agak ramai. Mungkin karena esok adalah hari penutupan orang-orang banyak berjubel antri dan melakukan transaksi
 
Rayesha menatap lelaki itu, danmengatakan maaf sambil memberikan tangannya,
" no problem" kata laki-laki tersebut, sambil berlalu dengan terburu-buru. Dia memunguti kotak perhiasan yang jatuh di lantai. Rayesha terdiam sambil melihat lelaki tersebut meninggalkannya. Dia merasa serba salah.
 
di kanan koridor , ada stand yang cukup menarik baginya. Nama yang unik Bulunmaz, Rayesha mengambil ponselnya dan mengabadikan stand perhiasan tersebut. Tiba-tiba seorang Lelaki berperawakan sedang dan agak gemuk  tersenyum sambil melambaikan tangannya seperti tangan orang terbang dan sadar kamera karena tahu akan di photo. Rayesha tersenyum, Melihat sosok ramah penjaga stand tersebut.
 
" halo..halo Indonesia" Katanya
" ya, I'm, Indonesia, thanks as a model of my photo" ujar Rayesha terenyum
" No worry, kamu Indonesia kan? suka dengan stand saya"?
" Ya. saya tertarik dengan nama Bulunmaz, nama yang unik dan bagus"
" oh iya, nama ini berasal dari kakek,,kakek saya yang sejak puluhan tahun membangun perusahaan ini" Ujar lelaki itu
" Oh ya menarik, apakah artinay"?
" ya, artinya rahasia, katanya tersenyum"
" oh saya lupa perkenalkan diri,nama saya Rayesha"
" oh Nice name, nama saya Hilmi" kata lelaki setengah baya itu dengan wajah berseri
" Bahasa Indonesia anda Bagus sekali"
" oh saya suka bahasa dan seni rayesha, saya belajar bahas Indoensia sedikit-sedikit" katanya
 
Lalu kami tertawa lepas. seolah sudah saling mengenal sebelumnya.
Lalu seorang lelaki meletakkan beberapa kotak dibelakang kami sambil membelakangi stand depan.
Rayesha mengerutkan keningnya sepertinya itu lelaki yang tadi bertabrakan dengan dia di koridor depan
 
" oh, he is my my son" kata Hilmi
" Rasyad kemari, ini teman baru kita, Rayesha from Indonesia" kata Hilmi
Rasyad membalikkan badannya dan melihat rayesha sambil mengerutkan kening juga
 
" oh saya Rasayad" kata Rasyad sambil memberikan tangannya
" saya Rayesha" kata Rayesha danmengulurkan tangannya
Ini perkenalan yang tertunda, harusnya saya tak menyalaminya, bukankah tadi saya meminta maaf padanya, dia tak menerima salaman saya" bathin Rayesha
 
"oh sepertinya kalian harus berkenalan lagi, mungkin kalian sebaya ya, I'm old generation " kata Hilmi sambil tertawa
 
Rasyad tersenyum tipis dan kembali sisbuk menata perhiasan di etalase kaca, wajahnya Nampak serius apalagi dia memakai kacamatanya.
 
Rayeshapun tak menghiraukannya, dia merasa Hilmi lebih ramah dan terbuka, merekapun berbincang kembali
 
" Rayesha, maafkan my son, dia itu selalu serius, dia generasi keempat di perusahaan perhiasan leluhur kami, pekerjaannya exporter manager"
" oh tak apa Hilmi, saya senang berkenalan dengan kalian"
" Rayesha, saya berasal dari Turki, rumah saya tak jauh dari kota, di Istanbul, sudah pernahkah kamu ke Turki"
" saya belum pernah, pasti negri yang cantik ya"
" ya, kamu harus ke Turki suatu saat, dan bias berkunjung ke perusahaan perhiasan saya, kamu pilih perhiasan apa saja yang kamu mau"
" wah  Pak Hilmi, anda baik sekali, ya semoga suatu saat ya, saya juga hobi mendisain perhiasanm saya bias buatkan satu contoh desain sederhana cincin bermata satu"
" wow, nice, it must be wedding ring ya"
" hehehhe, maybe" ujar Rayesha
lalu mereka tertawa renyah. Rasyad melirik ayah dan perempuan Indonesia tersebut dari kejauhan, baginya Ayahnya terlalu ramah kepada orang asing. Padahal penjualan perhiasan merak di Jakarta tidak terlalu memuaskan disbanding Surabaya. Namun dia merasa Jakarta menarik karena banyak masyarakatny yang hobi membeli perhiasan sebagai investasi.
 
" " rayesha, tell me about yourself"
" oh , saya kerja di perusahaan biasa Pak Hilmi, hobi saya mendesain perhiasan dan buat puisi"
"wow, nice, saya senang sekali mendengarnya, kamu juga bias menulis puisi yang indah ya'?
" ya, sesekali, tapi sudah ada beberap yang dibukukan"
" wah , senang sekali, saya juga suka teater dan sesekali membaca puisi di acara-acara sastra di turki"
" oh ya benarkah Pak  Hilmi"?
" ya, tentu saja, kamu bisa lihat saya di you tube saat baca puis" ujarnya lagi
"oh ya, senang sekali jumpa dengan pujangga turki seperti anda, sungguh kesempatan yang langka"
"saya juga senang dengan gadis pujangga Indonesia yang bisa buat puisi"
" oh, saya masih belajar Pak, oh ya ini buku puisi saya"
Lalu Rayesha mengeluarjan buku puisinya dengan cover bunga tulip dan kincir angina
" wow, it must be beautiful"
 
: boleh saya bacakan Rayesha, khusus dalam bahasa Indoensia"
" Wah dengan senang hati Hilmi"
Hilmi membaca puisi dengan penghayatan dan bahasa Indonesia yang agak kaku namun jelas terdengar.
 
Rasyad melirik kami berdua. Rayesha malah memalingkan wajahnya, merasa malu saat puisi-puisinya dibacakan. lalu Rasyad mendekat melihat buku puisi yang dibacakan ayahnya.
memperhatikan covernya
 
" why you put Dutch as Europe ?
katanya enteng seolah dengan bahasa ingin tahu dan kritik yang tersembunyi
dalam hati rayesha merasa dongkol dan menjawab dalam hati" ngapain juga ini orang, dating-dating langsung mengkritik, ya suka-suka penerbit bukuny amau buat belanda, francis,Jerman, apa saja yang penting Eropa"
Tapi Rayesha menahan diri dan tersenyum saja
" maybe one day we can put the picture of Haghia Sophia or Blue Mosque" ujar Rayesha pelan
Rasyad terlihat tersenyum tipis mendengar jawaban diplomatis Rayesha
" Can I get your contact, who knows one day we can chat" ujar Rasyad
 
Rayesha terdiam, kok tiba-tiba Rasyad terlihat bersahabat.
Rayesha meeberikan nomer hp nya
" email too" ujar Rasyad
lalu Rasyad menyimpan nomernya
" You don't want to save my number" katanya
" just text me by Whats up"
" ok.nice to meet you" Ujar Rasyad dan kembali sibuk lagi karena ada pengunjung yang berminat perhiasan di etalasenya.
 
Hilmi menghampiri Rayesha.
Ray, he is also writer, dia punya 3 buku"
" oh ya, bagus dong"
" tapi anak saya itu memang aneh, sama dengan saya waktu muda, cuek tapi baik hati"
" wah beda dong, Bapak ramah orangnya"
" itu sekarang, setelah saya sudah mulai kaya"
hehehhehehehehe. lalu mereka tertawa bersama
" Ray, anak saya itu masih single , usianya 33 tahun, entah apa yang dicarinya, he is my older son"
" oh ya , semoga nanti Bapak punya menantu yang baik hati" ujar Rayesha
" susah ini anak saya Rasyad, hobinya travelling dan tidak mikirin saya sudah tua dan ingin menggendong cucu.
 
Rayesha tersenyum mendengar kejujuran Hilmi. Ternyaata meskipun orang Turki tang cukup modern, setiap orangtua menginginkan anaknya cepat menikah. Rayesha jadi teringat ibunya yang mengatakan jika jodoh itu hadir, manusiapun tak bisa mangkir, sama saja dengan ajal.
" kenapa diam Rayesha" ujar Hilmi
" no , I just want to back home Mr, Hilmi,. esok jika ada waktu sya akan dating lagi ya, takut kemalaman di rumah"
 
" ok, Rayesha, saya mau kasih gelang ini. Bangle ini hasil ukirannya dari mesin-mesin yang juga kami produksi, ambillah sebagai kenang-kenangan dari kami"
" oh, terimakasih Himi, nice bangle, I like it"
 
Rayesha merasa sore itu begitu indah, ada rasa yang baru yang dia rasakan sebelumnya, kecerian dan persahabatan. Apalagi saat Hilmi membaca puisinya. Rasanya seperti menemukan sahabat baru. Dan sosok Rasyad yang cuek terhadapnya. Tapi Rayesha tak mau memikirkan lelaki turki tadi. Dia juga perempuan yang super cuek sekarang. Baginya kelak cinta akan hadir jika memang saatnya hadir, Perlahan dia memegang pergelangan tangannya, dan tiba-tiba ada ukiran intial 2 hurup di gelang tersebut, RR. dia membacanya dan merabanya kemabli, benar ada tulisan RR.
 
Rayesha terdiam dan sejuta pertanyaan mengalir dikepalanya, seperti kebetulan yang aneh, apakah inisial dari RR tersebut. Langkahnya semakin cepat meninggalkan area pameran. sms singkat dari ibunya membuatnya bergegas ke rumah
 
" Rayesha, selamat ulang tahun gadis kebanggaan bunda, cepatlah pulang ibu sudah masakkkan gado-gado kesukaanmu"
 
Bersambung
 
 

2 comments:

  1. sabar ya, nanti juga dishare lagi ceritanya, bagian mana yang paling disukai dari cerita ini

    ReplyDelete