Buku ini hadir di moemntum yang sangat tepat, saat dalam hitungan bulan Indonesia akan menghadapi pilkada serentak di Bulan desember. Maka buku yang ditulis oleh Rahmat Hollyson dan Sri Sundari ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan harapan untuk menemukan formula terbaik bagi bangsa untuk memilih calon pemimpin-pemimpinnya di tingkat daerah
Buku terbitan Bestari ini diterbitkan pada september 2015 dan baru bisa di launching di Perpustakaan MPR, Senayan pada hari Kamis, Tanggal 19 November 2105 yang di hadiri oleh para tokoh-tokoh nasional seperti Adyaksa Daun (Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga), Husni Kamil manik (Ketua KPU)m Ryaas Rasyid (Mantan Menteri Aparatur Negara dan Otonomi Pemerintah) masa Presiden Abdurrahman Wahid
Buku yang terdiri dari 11 bab ini menggambarkan Perkembangan Peraturan Pilkada, Potensi Konflik Pilkada, Penataan atribut Kampanye, Ongkos politik Pilkada, " Pengadilan " PNS pasca Pilakda, Implikasi Pilkada Langsung, Fenomena Golput, Dinasti Politik Daerah, serta lampiran Undang undang No. * tahun2015 yang berisi tentang pemilihan kepala daerah secara serentak di Indonesia. Dalam pilkada serentak ini tentu saja menghadirkan banyak kendala mulai dari ongkos politik sampai dengan potensi kasus kecurangan suara, karena menurut pengamatan Ryaas rasyid, para peserta calon pemimpin daerah banyak yang tak ikhlas kalah dan potensi kecurangan dan biaya politik yang tinggi membuat pilkada rawan konflik dan pertumpahan darah
Sedangkan tanggapan Husni kamil Malik, mengatakan KPU tahun 2014 dinilai oleh para pakar politik Indonesia seperti Prof. William Liddle yang mengatakan pemilu tersebut berhasil secara demokratis. Buku ini bisa menjadi oase kegelisahan yang ada yang bukan hanya pada penulis saja, tetapi juga pada seluruh masyarakat Indoensia yang menginginkan Pilkada damai, efisien, dan memberikan ruang bagi segenap bangsa untuk berpesta demokrasi dengan bersahaja.
Survey Elektabilitas dan konsultan politik sudah menjadi tren yang dianggap sebagai bagian dari keharusan dan dianggap sebagai malaikat yang memberi khabar bahagia atau khabar derita karena dianggap mampu memberikan prediksi kekalahan dan kemenangan para calon kepala daerah. Pilkada memang penuh euforia namun kita mengharapkan tidak miskin makna
0 comments:
Post a Comment