Kertas buram dan lusuh itu
Berkali-kali kubaca di beranda rumah
Aku tersenyum
Lalu aku menangis
Terisak
Tersekat
Tertahan suaraku
dan kemudian aku tersenyum lagi
Menyeka air mataku
Hingga legalah dadaku
Aku membaca suratmu malaikat kecilku
Engkau menuliskan surat untukku 365 hari lamanya
Tulisan tanganmu begitu indah
Meski runcing dan tajam
Hamun kutahu engkau menulis dari hatimu
Hingga mudah terbaca olehku
Semalam Tuhan mengirimkannya lewat mimpiku
Engkau terlalu cepat pergi dibawa gelombang
Gelombang yang menghanyutkan ragamu
Mamun bukan kenangan kita
Karena kita adalah cerita keabadian
Sayangku
Malaikat kecilku
Engkau berkata dalam suratmu
"Ibuku engkau selalu cantik dimataku
Anggun, kuat dan tabah
Aku selalu bahagia
dengan pelukan hangatmu
Melepasku di taman bermain
Mencium keningku
Saat aku tidur di peraduan
Kau bacakan dongeng malaikat kecil dari istana raja
Aku juga ingat sekali"
Saat aku akan pergi ke sekolah di pagi yang sibuk
Engkau memakaikan sepatuku yang semakin mengecil
Lalu engkau berkata dengan lembut
" Nanti kita beli sepatu baru ya sayang, doakan buku ibu laris"
Engkau ibu yang kubanggakan guruku dan penulis hebat
Ibu aku gadis kecil paling beruntung di dunia
Kita menikmati senja tanpa ayah
Dia meninggalkan ibu dan aku puteri kecilnya
Mungkin dia punya jalan bahagia dengan yang lain
Tapi aku akan selalu mencintai kalian berdua
Ibu adalah selembar sayap kananku
Dan semoga aku selembar sayap kiri ibu
Mari kita rayakan bahagia kita di awan biru
Aku menangis membaca suratmu
Malaikat kecilku
kupeluk engkau dari bumi tempat kita menari
Bahagialah di syurga malaikat kecilku
Semoga sayapmu membawamu terbang bahagia
Menikmati jamuan syurgawi dalam binar bola matamu
Serta simponi indah yang mengiringimu menari
Karena cintaNya untuk kita berdua utuh
dalam dunia yang berbeda
Cerita langit dan bumi
kisah cinta dua dunia, Meulaboh, 29 Agustus 2016
0 comments:
Post a Comment