Ilustrasi Puisi Edrida Pulungan untuk festival literasi tangerang Selatan 2017 doc.edrida
Senja di Tepi Situ
Gintung
Telah lama ku
genggam janji
Pada perjalanan
labirin rasa
Pertemuan atas
perjalanan sang waktu
Perjodohan semu
Ku kayuh jiwa
menuju kotamu
Di tempat engkau menganyam ilmu
Di kota yang
selalu kurindukan
Akan arus kotamu
yang melaju perlahan
Seperti arus
sungai cisadane
Tangerang Selatan
Oh Tangerang
Selatan
Kutempuh ribuan
kilometer jarak
Jalanan berbatu
Hati membeku
Ku buka lagi laci
ingatan
Tentang janji,
kepalsuan dan sesuatu yang tertunda
Pada satu senja
di tepi Situ Gintung
Seorang perempuan
berkerudung merah lembayung memandang sekelilingnya
Riak air nan
deras seperti derasnya nafasnya yang terhimpit kecewa
Dia hanya sendiri
Jam berputar
seperti kelopak mawar
Di sekitar taman
dan rerumputan nan luas
Bagaikan penjara
menahan
Dia usap air
matanya
Lelaki itu
memintanya menunggunya di Siru Gintung
Untuk menyemai
rindu akan mufakat cinta
Lelaki itu tak
pernah datang
Tak pernah
memberi khabar
Sebulan kemudian
hadirkan undangan
Situ Gintung, 2013
Ratu yang di lahirkan di Sungai Cisadane
Aku tahu sudah lama engkau ingin dilahirkan.
Jiwamu meronta.
Tiba-tiba saja rahim sang waktu ingun mengeluarkanmu dari tepi sungai
cisadane.
Engkau lelaki nan gagah pertanda seorang raja yang makmur bijaksana akan menjadikanmu
penerusnya.
Wajah berkarisma. Tampan penuh rupa.
Namun akhirnya engkau malu-malu untuk tunjukkan wajah ksatriamu.
Hitungan bulan dan tahun ibu pertiwi merindukanmu. Rakyat menunggu pemimpin arif nan bijaksana.
Ingin menikmati beras melimpah dari petak-petak sawah. Ingin bisa bersekolah hingga mendapatkan
pekerjaan. Ingin punya rumah kecil untuk berkumpul bersama keluarga. Mimpi
klasik tentang masa depan rakyat dari selatan kota. Tapi takdir selalu berkata
lain.
Ternyata rahim sang ibu melahirkan seorang Ratu nan cantik jelita dan
cerdas dan penuh kasih. Dia terlahirkan dan memimpin negeri. Lalu kemana sang
raja yang tak pernah di lahirkan itu.
Apakah senja menunggunya hadir selepas belaian sang ratu yang mengayomi
takyatnya meski harus rela separuh jiwa merindu paripurna bersama semua yang
dicintainya. Sang ratu apakah engkau terpadu cinta yang merekah. Atau ada
gulana yang hanya terhapus setelah tujuh air dari situ gintung mengirimkan
kesuciannya membasuh wajah perempuan bersahaja
Tangerang Selatan,
September 2017
0 comments:
Post a Comment