Thursday, November 28, 2013

Resensi Buku Kompasiana Etalase Warga Biasa Karya Pepih Nugraha



Buku setebal 268 halaman dengan isi 22 bab  terbitan Gramedia Pustaka Utama berjudul “Kompasiana Etalase Warga Biasa karya kang Pepih Nugraha  menjadi buku menarik bagi saya setelah membaca halamannya dari bab satu ke bab lainnya selalu ada kisah unik didalamnya, mungkin karena  gaya penulisan kang Pepih yang seperti bercerita dengan sahabat dekat tentang sebuah ide, media dan kreativitas, membaca buku ini seperti membaca cerita dongeng tentang kekuatan ide bagaikan kisah kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu kecil yang mengerumuni taman bunga, kepompong itu adalah kompasiana sebagai media sosial yang baru lahir dan taman itu adalah dunia maya/online yang mulai seksi dan menjamur di Indonesia.

          Ulasan setiap bab seperti potongan puzzle yang akhirnya utuh terbingkai dalam perjalanan pergulatan  ide membangun kompasiana sebagai media sosial khas Indonesia karena buku ini menceritakan sejarah berdirinya Kompasiana dibalik ide Kang Pepih Nugraha yang berhasil menggabungkan sisi diferensiasi  media dalam bidang content dengan ragam penulis dari berbagai profesi, karena semua lapisan masyarakat Indonesia bisa menulis di Kompasiana, sehingga banyak lintasan pemikiran, ide, ilmu yang bisa diangkat dalam media blog keroyokan ini dan disinilah kekuatan kompasiana yang akhirnya menguatkan positioningnya.

         Nuansa sharing and connecting yang memang sudah lama menjadi kultur masyarakat Indonesia berhasil diangkat menjadi ruh kompasiana, karena sedari dulu masyarakat Indonesia memang senang budaya lisan ngumpul, musyawarah, arisan, bergosip dan sebagainya yang bisa diubah menjadi budaya tulisan yakni aktifitas menulis,  tentu akan menciptakan gelombang baru masayarakat kita dengan mengedepankan tulisan dengan fakta atau pilihan menulis fiksi yang merangsang imajinasi  seorang penulis dalam menghadirkan suatu karya dengan bantuan teknologi internet.

         Meski banyak yang meragukan media Kompasiana akan menjadi sunset dan hilang diperadaran kelak, namun hal itu tidak beralasan, karena dalam tulisan bab V tentang olok-olok senjakala blog yang ditulis kang Pepih, ada data yang cukup menarik  tentang 100 besar situs Indonesia yang menyebutkan bahwa Kompasiana masih berada dalam rangking 28, dengan Blogspot urutan ke3, Wordpress urutan ke 9 dan Blogger.com urutan ke10, jadi masih banyak peluang  untuk Kompasiana berkembang menjadi situs blogging yang tampil beda dengan memperkuat content nya dan menggabungkannya dengan sastra, sehingga tidak berkutat pada satu genre saja, karena diyakini content is still the king, karena dengan content tersebut, maka akan mampu menarik crowd para journalism citizen yang bisa memilih content apa saja yang ingin dituliskannya , artinya Kang Pepih berhasil menciptakan content kedalam topik apa saja yang digemari dan akhirnya ditampilkan pada pilihan blog Kompasiana.
         
Dan yang menarik adalah pada Bab 20 dengan judul Muara bersosial media di kompasiana adalah Buku, tentu menjadi kebahagiaan tersendiri jika seorang kompasianer bisa menghasilkan karya bukunya sendiri  maupun dalam bentuk antologi, dan ini sudah dibuktikan beberapa rekan kompasianer,  seperti buku Wisnu Nugroho  tentang uniknya cerita presiden SBY, dan Prayitno dengan judul buku Intelejen bertawaf, dan sebagainyam dan bab 22 sebagai penutup dilampirkan sejumlah nama-nama kompasianer, link dan profesinya yang dianggap fenomenal dalam sejarah berdirinya kompasiana, sayang nama saya belum tertera disan (just kidding), tetapi keberadaan Kompasiana tentu akan mengahadirkan rasa yang berbeda-beda, ada pujian dan ada olokan. karena para kompasianer sejati tentu juga bebas memberikan saran, kritik dan apresiasinya untuk “membesarkan” media  sosial ini karena mulai tumbuhnya rasa sense belonging karena turut menjadi bagian didalamnya yakni  sebagai penulis sekaligus pembaca,  dan hal ini dimaklumi oleh penggagas Kompasiana dan tim supporting, seperti admin, serta divisi riset atau community development nya, jika hal ini diwujudkan maka ruang kebersamaan itu akan semakin utuh dan kelak kompasiana akan menjadi media besar dan top in mind  (meminjam istilah Philip Kothler, ahli marketing)  dan saya yakin impian yang dicita-citakan oleh sang pemilik ide yang mengimpikan Kompasiana menjadi blog terbesar di Indonesia, Asia dan bahkan dunia, jika hal itu terwujud maka bolehlah kita berkata Kompasiana adalah etalase warga biasa dengan penggagas dan penulis yang istimewa. Semoga.

0 comments:

Post a Comment