Monday, April 10, 2017

Politik yang Puitik




Gaduh dan riuh
Hening dan damai
Semua bait-bait kata  interupsi menggema
Interupsi interupsi Ketua
Bagaimana sepakat semua
sepakat
Setuju

Palu menari-nari
Jantung berdetak kencang
Aroma suara melintas keras dan panas
Terkadang palu patah empat persegi
Jika semua emosi tanpa terkendali

Di ruang-ruang rapat
Serta sidang-sidang panjang
Seorang lelaki duduk dalam lelahnya
Kata mereka tertidur
Tapi dia lelah sidang hingga malam
mendengar aspirasi bergema
dikejar kemana- mana
Amanah oh amanah
Nafas harus panjang
hanya petarung yang siap maju dan muncur
Pilotok terkadang puitik

Palu sidang pun istirahat dari tugasnya
lembar-lembar putusan dibacakan
Palu pun akhirnya terjaga dan bertugas
Kursi-kursi bicara dan berbaris rapi
sungguh ini bukan kursi sembarang kursi
Setiap meraka yang mendudukinya akan bersuara nyaring
Setiap kursipun bersolek-solek agar tetap mengkilat dan empuk
Karena kursinya akan tetap sama
Tapi siapapun yang duduk akan berganti-ganti
Ayo siapa pilih kami
terserah anda pakai nurani atau melihat yang berdasi

Seorang perempuan menangis perih
kisruh rumah tangga karena tugas negara
Namun jalan yang dipilih adalah kehormatan
Politik yang puitik dan melenakan

oh rindukah jalan pulang
kirimkan bertangkai kembang
hari ini selepas perang
aku hanyalah saksi sejarah bangsa
di panggung demokrasi

Senayan, 10 April 2017

0 comments:

Post a Comment