Thursday, August 16, 2018

Makna Pencarian Ilmu Sejati



Sekolah itu bukan untuk mengumpulkan gelar, tapi untuk menemukan diri kita yang sejati
( Edrida Pulungan)


Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan saya pada blog sebelumnya berjudul bukan hanya gelar, namun talenta juga bisa membawa seseorang pada pintu kesuksesan. Seperti kita ketahui bersama 
belajar memang bisa dimana-mana, asal ada kemauan. Bisa disekolah dan juga bisa di jalur non formal seperti kursus, pelatihan,workshop bahkan belajar bisa di lingkungan sekitar, alam dan kehidupan sehari-hari. Ada yang mengatakan pendidikan adalah senjata paling ampuh menuju masa depan. Gelar adalah apresiasi akademis atas sebuah pencapaian dalam menuntut ilmu, tentu saja hal itu juga harus kita hargai. Karena seringkali banyak pelecahan terhadap gelar tersebut, dengan kata, mentang mentang S2, mentang-mentang doktor. Wah bangsa kita akan makin mundur kalau banyak generasi yang nyiyir, meskipun tidak bisa juga dinafikan ada juga yang sekolah sekedar cari gelar, atau membeli gelar demi kepentingan tertentu, atau untuk prestise serta mendongkrak jabatan

Saya merasakan suka duka saat mencoba masuk perguruan tinggi negeri setelah saya menyelesaikan SMU saya di satu daerah yang lumayan jauh dari ibukota provinsi, padahal sebelumnya saya mencoba jalur ujian SMU Negeri Pluis Sibolga dan hanya dapat kelas C, sehingga saya sekolah SMU di tempat kelahiran saya, tapi setelah lulus SMU tersebut dengan semangat juang akhirnya bisa menembus UMPTN sebagai jalur masuk paling kompetitif karena jutaan calon mahasiswa mencari peruntungannya masuk jurusan dan kampus top memalui jalur ini, meskipun ada jatah PMDK tapi tak semua mendapatkannya, jalur bebas testing ini berupa undangan belajar di kampus tertentu  tanpa seleksi dan masih kompetitip karena jatah PMDK bagi mereka yang bisa pakai ilmu pedekate, meskipun termasuk juara kelas kalau tak bisa pedekate kepada guru, tak akan dapat  jalur PMDK universitas Favorit, sudah syukur dikasih universitas tapi bukan dari kampus top dan idaman calon mahasiswa. Begitulah awal perjuangan untuk kuliah

Bahkan saat gagal dengan  jurusan dan kampus yang diiinginkan, maka masih banyak calon mahasiswa mencoba lagi. Itulah awalnya saya kuliah rangkap, selain almarhum Bapak saya meninginkan saya jadi dokter agar bisa membantu masyarakat dan ikut jejak ibu, saya jadi kuliah rangkap, bukan gaya-gayaan cari gelar. Karena memperjuangkan kuliah hingga selesai penuh perjuangan, menguras tenanga, energi, uang, waktu dan air mata. Sedangkan kulaih S2 Diplomasi karen saat itu suka dengan jurusan hubungan internasional dan ingin kerja di bidang tersebut dan kebetulan dapat beasiswa untuk komunitas dna jurnalis, akhirnya kuliah sambil kerja jadi dosen, begitu rampung dapat kerjaan ada edaran kulah S2 Sosiologi dan ternyata lulus dan harus dituntaskan juga. Jadi asli kuliah jadi rangkap karena keadan, jadi jika ada yang nyinyir soal mengumpul gelar dan kuliah dobel untuk  popularitas, sangat di sayangkan, Karena ungkapan itu pernah saya dapatkan dari seorang rekan penulis dan satu almamater dan pernah juga dari seorang dosen pembimbing. Tapi seorang yang berjiwa besar selalu menemukan jalan dan titik terang dari hal-hal yang mengecewakan. 

Saat kita menempuh ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan masyarakat, maka terasalah keberkahan ilmu kita. Saat saya menyelesaikan kukiah fakultas ekonomi USU, saya malah memilih menggiatkan para petani salak untuk mengoolahnya menjadi produk yang berfariatif dan berhasil. Bahkan generasinya yang kedua bisa meneruskan usahanya. saya merasa senang dan bahkan ikut mempromosikan produk salak ini hingga pamaeran IMT GT di Thailand dan juga membuat saya terhubung dengan 100 pemuda changemakers Indonesia. Saat saya kuliah Fakultas Bahasa dan Seni, saya membuat komunitas debat bahasa Inggris dan melatih sendiri mahasiswa dan mencari dananya sendiri agar bisa ikut kompetisi di luar kota dan tingkat ASEAN, bahkan kampus tempat say amengajar awalnya tak mendukung, saya berjuang lima tahun lebih dan mengabdi di kampus tersebut hingga akhirnya hijrah karena tiada apresiasi, bahkan saat saya mendapatkan beasiwa fullbright, seroang ketua jurusan berusa membatalkannya,untung saya berjiwa besar dan masih digantikan dengan yang lebih baik. Jadi bukan skedar gelar. saat saya kuliah diplomasi, saya bersam teman-teamn menggags komunitas peduli ASEAN dan memebrikan konten melalui life tweet hingga tergabung dengan para praktisi, akademisi dan diplomat dalam dan luar negeri. Sehingga banyak yang menganggap saya sosok aktif dan seroang penulis buku bernama Agung menuliskan syaa dalam buku hubungan inetrnasional dengan judul " sang penyair dari tanah batak, sosok social butterfly" begitu juga saat saya selesai kuliah Sosiologi, Saya menggiatkan dan membuat banyak diskusi, tulisan dan puisi terkait kerajinan kain tenun dan berhasil membuat model pengembangan ekonomi kreatif. Bahkan saya merasa semakin ingin mengenal Indoneia dan menulis banyak puisi tentang kota, sejarah, potensi alam, dan akar budayanya. Diataranya saya menulis puisi untuk Tegal, Maulaboh, Banyuwangi, Kampar Kiri, Pematang Siantar, Banda Axceh, Singapura, Malaysia serta sastrawan dan pahlawan kota seperti Ane Matahari, LK Ara, Adam Malik, Multatulli dan lain sebagainya. Jadi beruntunglah insan yang menuntut ilmu dan memanfatkan ilmunya untuk masyarakat serta berguna untuk kemanusiaan, sosial, pendidikan dan peningkatan taraf hidup dan lain sebagainaya

Jika masih banyak orang disekitar kita yang mengkritik, terima saja, karena dia adalah penasehat gratis yang tidak di bayar. Lalu lanjutkan,kembangkan keilmuan anda, hinga kelak almamater dan komunitas anda senang dan bangga memiliki anda sebagai alumni karena kebermanfaatan dan kontribusi


Tulisan ini sya tuliskan untuk apresiasi para pembelajar yang berjuang menuntut ilmu dan sering mendapat kritikan, bully dari lingkungan sekitar. Teruslah menjadi manusia pembelajar.

selamat hari kemerdekaan yang ke 73
tetap semangat dan merdeka untuk mencari ilmu dan berkarya

1 comments:

  1. Mantabs tulisannya mba...lanjutkan..
    Kapan bs bareng lagi dlm acara yg lebih hebat ya?

    ReplyDelete