Hari Pertama Kerja
Muna masuk keruangan 3 X 10 Meter. Ada beberapa staf duduk disana.Beberapa rak file tersusun rapi dan ada beberapa meja kosong dan tentu banyak orang yang sedang bekerja di depan layar monitor komputer. Muna memandangi wajah-wajah mereka satu persatu. Wajah yang jauh dari wajah-wajah ramah. Apa yang Muna lihat adalah wajah-wajah dingin dan tatapan tajam. Seolah seperti monster yang mau mencari wangsa. Selamat datang di kantor baru. Begitulah suara batin Muna. Dia kini berada di Kantor yang diperuntukkan untuk orang-orang hebat yang lolos seleksi. Teapatnya berada di lantai 22, dan pada hari ini kedepan Muna merasa hidupnya tertawan. Bekerja sebagai seorang staf Badan Usaha Milik Negara. Didepannya seorang perempuan bernama selly adalah pimpinan di ruangannya. Penampilannya modis dan berkaca mata dan tadi sebelum finger print dia sempat melihat perempuan itu merokok dan sarapan bersama staf yang lain. Oh Tuhan Muna tak bisa membayangkan akan seperti apa nasibnya kedepan. Dia merasa lebih senang jika bisa kembali ke kampung halamannay dan mengembangkan usaha kerajinan tenun Bapaknya. Namun ibunya berpesan sayang sekali kalau sudah kuliah tinggi-tinggi tidak bekerja di kantoran
Lamunan Muna terhenti, Seorang staf bernama Elin ada didepannya.
"Muna, ada rapat, kamu harus siapkan notulensi "
" baik Bu"
" itu recordingnya, jangan sampai lupa dibawa"
" Baik Bu"
Rapat berlangsung lama, dengan cekatan Muna mendegarkan semua bahan persidangan dan mencoba menulis kembali dengan konsentrasi. Hatinya menangis di dalam, andai saja dia mengambil tawaran beasiswa, maka setiap sisi kehidupannya tak akan terjebak dalam ruangan ini.
Hari pertama tidak menyenangkan. Sungguh.Namun Mampukah Muna bertahan dalam lingkungan Birokrasi.
Ada tugas menghubungi KBRI untuk pengiriman staf. Akhirnya Muna menelpon hingga jam 2 Pagi tanpa istirahat, Dinginnnya AC yang tepat di atas kepalanya membuat kepalanya pusing sekali. Nmaun di abertahan demi senyuman ibu yang bangga sekali melihat puterinya bekerja sebagai staf BUMN.
Seorang perempuan bernama Lita. Terlihat masih sebayanya. Saat dia mendengar informasi dari rekan-rekan yang lain dia adalah famili dari Direktur, Jadi harus bisa memaklumi sikapnya yang semaunya. Cukup sinis. wah luar biasa kantor ini, Pikir Muna dalam hati
Dia masih terbayang tekanan yang pernah dia rasakan.Seperti ketika dia berada dalam ruang kampus dengan banyak beban yang di hadapinya. Tugas kampus dan juga tugas kantor, dimanapun tak ada ruang damai baginya.Setiap pekan dia menghabiskan waktu di toko buku tak jauh dari kost nya. Tempat yang sunyi dengan banyak bahan bacaan ajaib, buku-buku terbaru, majalah dan tabloid terbaru berhasil dilahapnya. Dan disanalah ia mengenal Rizki. Satpam toko buku yang berkulit hitam manis dan senang memperhatikannya, saat dia membaca di sudut rak toko buku Angsana. Sepertinya hidup Muna berubah dan mulai punya banyak kawan, namun Rizki memang sosok yang selalu ingin maju. Setiap orang yang datang ke ibukota selalu inginkan satu hal. Sukses dan Itukah yang harus Muna Kejar.
0 comments:
Post a Comment