99 cahaya di langit eropa, judulnya begitu
menarik dan inspiratif, mengapa cahaya itu bersinar di Eropa bukan Timur Tengah,
bukan Asia dan negara lainnya, judul itu cukup membuat saya penasaran hingga
saya membaca bukunya tahun 2011 dan bertemu dengan kedua penulisnya dalam
launching buku mereka, ternyata sepasang suami istri, inspiratif sekali, mereka
adalah Hanum Salsabiella Rais dan Rangga Almahendra, Buku tersebut berhasil
menceritakan perjalanan Hanum mendampingi Rangga, sang suami yang menempuh kuliah S3 di Austria dengan
segala dinamikanya, ada harapan, inspirasi, kritis, toleransi dan persahabatan
yang disampaikan dengan indah dalam buku itu.
Bersama penulis Buku 99 cahaya di langit Eropa dengan Hanum
rais dan Rangga Mahendra
Hingga di akhir november 2013 saya
menerima undangan melalui email dari Edelman Indonesia untuk pemutaran Premierenya, rasanya
tentu bahagia sekali, apalagi dalam pemutaran film tersebut bertepatan dengan
ulang tahun ke-7 Maxima Pictures dan film arahan sutradara berbakat, Guntur
Sorharjanto tersebut dihadiri oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono bersama
Bu Ani Yudhoyono, dan semua aktor dan aktris yang berperan dalam film ini
seperti Acha Septriasa, Abimana Aryasatya, Raline Rahmat Syah, Nino Fernandez,
Alex Abbad, Marissa Nasution, Dewi Sandra, Geccha, Dian Pelangi, Hanum
Salsabiela, dan Fatin Shidqia Lubis.
Photo: Para pendukung FilmAcha Septriasa, Abimana Aryasatya, Raline
Rahmat Syah, Nino Fernandez, Alex Abbad, Marissa Nasution, Dewi Sandra, Geccha,
Dian Pelangi, Hanum Salsabiela, duta besar Uni Eropa untuk Indonesia Olof Skoog
dan Sutradara Guntur Sorharjanto
Scene film ini menarik dimulai
dengan monolog Hanum yang menceritakan
curahan hatinya saat pertama kali berada di Austria saat mendampingi suami
kuliah S3 dan sangat menikmati setiap sudut kota Austria hingga tiga bulan
berjalan, baginya semua berjalan begitu hambar
karena bosan dalam rutinitas yang begitu-begitu saja hingga ia berniat mencari
kesibukan dan tidak hanya tinggal di apartemen saja, Hanum tidak bisa mendapatkan pekerjaan namun karena dia
tidak bisa bahasa jerman, tetapi hidupnya mulai berubah ketika dia menemukan
iklan dipersimpangan jalan untuk mengikuti kelas bahasa jerman dan free, dan disinilah
kehidupan Hanum berubah dan berwarna, dan banyak sekali kejutan datang dalam
kehidupannya.
Hanum berada diatas Menara Eiffel, Paris
Dan dikelas bahasa jerman dia
mengenal Fatma, seorang muslimah yang kemudian semakin dekat dengannya, Fatma
sering mengajak Hanum berjalan-jalan untuk melihat museum dan beberapa
peninggalan kejayaan Islam di eropa ditemani anaknya Aisye yang cerdas dan
kritis, bahkan saat Aisye menayakan apakah Hanum muslimah, karena dia tidak
mengenakan hijab seperti muslimah lainnya, membuat Hanum sumringah, namun
akhirnya Fatma bisa mencairkan keadaan dengan mengatakan Hanum sedang sakit
kepala, disini Fatma mengajarkan memakai hijab atau tidak tetaplah dia seorang
muslim, usaha doa dan hidayahlah yang membuat seorang muslimah akhirnya mengenal
islam lebih dalam dan menjalankan kewajibannya.
Sementara Rangga juga berjuang di
kelasnya dan harus meyakinkan dosennya karena tidak bisa mengikuti ujian di
hari Jum’at karena harus menjalankan sholat Jum’at, dan dia juga harus mencoba
bertoleransi dengan teman kampusnya Stefan yang sering bertanya soal
keislamannya dengan kritis, banyak adegan kocak dan menggelitik dalam
percakapan mereka, misalnya soal makanan halal dan haram hingga saat Rangga
berpuasa. Namun keduanya banyak belajar persamaan dan perbedaan dan saling
toleransi. Khan sebagai mahasiswa asli Pakistan berada ditengah mereka menjadi
sosok muslim yang teguh memgang prinsip keislamannya dan dekat dengan Rangga
namun selalu berseberangan dengan Stefan, tetapi rangga selalu menengahi
keduanya.
Kelas bahasa jerman sudah usai,
namun Hanum belum melihat Fatma, hingga Hanum menemani rangga untuk konfrensi
di Prancis dan fatma sempat memberikan alamat Marion sahabatnya seorang
sejahrawan yang sudah mualaf agar menemani Hanum di Prancis, banyak shoot unik
dalam pertemuan Marion dengan Hanum seperti cerita seperti Louvre, Axe
Historique Paris, dan jalan lurus, hingga Eiffel yang dibangun Napoleon adalah
satu garis lurus yang mengarah pada bangunan Kabbah di Makkah berhasil
membangun sisi misteri dalam percakapan mereka seolah kita sedang menyaksikan
scene Da Vinci Code yang penuh lambing, simbol dan tanda tanya, bukan itu saja
Marion juga menyuruh Hanum menyaksikan
lebih dekat hurf yang tertulis di hijab bunda Maria yang tidak memiliki garis
dan titik ternyata kalimat tauhid Lailaha Illaloh.
Dan sepulangnya Rangga dari
konfrensi, ada adegan yang sangat manis, haru dan menyentuh hati saat Rangga
dan hanum naik keatas menara Eiffel dan Rangga mengumandangkan Azan menghadap Kabbah
menjelang waktu sholat. Mungkin ini akan menjadi adegan film pertama didunia
dan inspiratif.
Rangga
Mengumandangkan azan diatas Menara Eiffel, Paris
Konflik dan tanya banyak dibangun dalam
interaksi aktornya dalam memaknai toleransi, persahatan, keilmuwan, dan
persaudaraan. Film ini juga menarik karena menggunakan empat bahasa di dalamnya
seperti bahasa Indonesia, Inggris, Jerman dan Turki, Dalam film ini berbaur
banyak bintang yang memang disengaja mewarnai film ini sehingga kekuatan aktor utama
tidak terlalu menonjol daalm film ini, karena semua aktor punya spot
tersendiri,
Dan scene terakhir film ini saat
rangga menyakan apa rencana Hanum berikutnya, dia mengatakan ingin mengunjungi
Cordoba (Spanyol) dimana disinilah Islam Berjaya dan penuh cahaya gemilang dan
ditutup dengan pertemuan mereka berdu dengan Fatin yang sedang mengambil
shooting untuk lagunya di Eropa dan meminta mereka berdua menjadi guidenya
selama di eropa, dalam film ini memang Fathin menyanyikan lagudalam film ini 99
cahaya dilangit eropa menjadi lagu official film ini.
Film ini memang memberikan banyak
makna dan tafsiran bahwa kehidupan selalu menunjukkan kepada kita dua sisi uang
logam, perbedaan dan persamaan, dan kearifan dalam kehidupan yang selalu
membawa kita sampai pada tujuan yang kita harapkan, dan jelas sekali peradaban
lahir dari sebuah kehidupan yang dinamis dari kesetian, cinta dan kreatifitas
didalamnya, pesan toleransi dan persahabatan sukup dalam dan menonjol disini, walaupun
dialognya dan monolognya sangat berimbang sehingga film ini mirip perjalanan seorang
sosok manusia yang berjalan jauh untuk menemukan dirinya, saudaranya dan
TuhanNya, ternyata dilangit dan bumi manapun, kebenaran selalu berwujud
universal dalam empati dan simpati yang dalam.
Peradaban antar timur dan barat
memang selalu menarik untuk dikaji, banyak buku dan film yang sudah mencoba
menguraikannya, namun apa yang membuat mereka menghargai perbedaan merupan
kunci membuka hubungan, dan Islam sebagai satu dari inspirasi peradaban di
Eropa merupan satu keajaiban.
Film ini ditutup dengan kalimat yang
sangat indah dari Hanum dalam cerita “ saya jatuh cinta dengan Eropa bukan
karena ada Eiffel dan bagunan sejarah lainnya, namun karena saya merasakan
cahaya hidayah dan islam pernah bersinar gemilang dan indah dibawah langit Eropa”,
Jadi jika anda ingin melihat banyak
nuansa sebuah peradaban, keindahan benua biru eropa, persamaan, perbedaan,
perjuangan dan kesetiaan, silahkan tonton film ini, semoga jatuh cinta dengan
makna didalamnya. Namun silahkan menjawab sendiri pertanyaan besarnya adalah
Adakah inspirasi, impian dan toleransi dalam film 99 cahaya di langit Eropa? Selamat menyaksikan.
0 comments:
Post a Comment