Tuesday, June 17, 2014

Film Cahaya dari Timur, Optimisme semangat anak negeri



Apakah yang tersisa di  tanah Ambon  nan damai
selain kebencian, luka, dendam dan angkara setelah perang saudara merenggut rasa kasih yang pernah ada.
Apakah setelah gelap tidak ada lagi seberkas cahaya.
Kau pejam mata
Kupinjam rasa
Kau masih menganggap kita berbeda
Bukankah darahmu merah sepertiku?
                               Bolehkah  kita menanti sunyi tiba
Mendengarkan suara kecil setelah hening menyapa dalam nurani
Apakah jiwa kita yang kerdil bisa tumbuh besar
Besar karena jiwa-jiwa kita menyatu dalam damai
Merangkul tangan sahabat dan memeluk persaudaraan
dalam naungan panji merah putih
yang bukan hanya prasasti
( edrida pulungan, Puisi Bintang dari Timur, juni 2014)

Mungkin kita akan temukan jawabannya dalam sebuah Film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku merupakan film yang diangkat dari sebuah kisah nyata seorang pelatih sepakbola di daerah Tulehu yang bernama Sani Tawainella. Tidak hanya bercerita tentang bola, film ini juga mengisahkan tentang perjuangan Sani yang coba menyatukan dua kelompok pasca konflik di Ambon. Dalam Film ini Sani diperankan Chicco Jerikho, Safira Ummi (Haspa), Jajang C Noer (Mama Alfin),Abdurrahman Arif (Josef Matulessy), dan pemeran lainnya.



Gambar 1. : Poster Film Cahaya Dari Timur, Beta Maluku, Cinema XXI, Plaza Senayan, 18 Juni 2014 doc. pribadi


Adegan film dimulai dengan kerusuhan perang saudara yang menewaskan banyak orang termasuk seorang anak kecil yang sempat diselamatkan saat hendak membeli terigu ke kota  namun akhirnya tewas. Sani pulang kerumah dengan gelisah. Dia merenung disekitar pantai. Profesinya sebagai tukang ojek sebenarnya tidak mampu menghidupi keluarganya juga pertengkarannya dengan istrinya Haspa soal kebutuhan keluarga dan hutang mereka yang sudah menumpuk untuk kebutuhan sehari-hari. 


Gambar 2. : Indahnya kota ambon  doc. pribadi



Gambar 3. : Sani Mengajak anak-anak latihan bola setiap sore
  doc. pribadi



Gambar 4. : Rafi mengikuti Sani latihan bola bersama anak-anak
 setiap sore  doc. pribadi


Namun keadaan sekelilingnya melihat anak-anak yang ikut-ikutan berperang antar suku membuatnya teringat kembali dengan perjuangannya bermain bola. Suatu sore dia menendang-nendang bola di pantai yang kemudian diperhatiakan anak-anak karena kagum. Meskipun tak terpikirkan sebelumnya untuk menjadi pelatih bola akhirnya Sani mengambil pilihan menjadi pelatih sepakbola agar anak-anak tidak terpengaruh ikut perang antar suku. Meskipun sebenarnya menjadi atlet sepakbola professional adalah impian Sani yang pernah kandas saat seleksi tim nasional mewakili Ambon.

Konflik dalam cerita ini menarik dimana Sani harus tetap bekerja mencari nafkah untuk anak istrinya dan juga komitmennya untuk mengajar anak-anak bermain bole setiap sore jam 5. Juga sahabatnya Rafi yang berambisi membuat sekolah sepak bola (SSB) demi ambisi politiknya dan mematenkan namanya sendiri tanpa mencantumkan nama Sani. Klimaksnya saat Sani melabrak rafi di kapal. Namun semua tidak selesai sampai disana. Anak-anak masih menginginkan Sani untuk melatih mereka. Mungkin karena jiwa Sani yang begitu mengayomi dan peduli sebagai pelatih membuat anak-anak merasa senang dilatih olehnya.

 

Gambar 5. : Sani harus membagi waktu antara mengojek dan melatih bola doc. pribadi



Gambar 6. : Pertengkaran Sani Dan Rafi soal sekolah sepak bola doc. pribadi


Gambar 7. : Poster Film Tim bola, Beta Maluku, Cinema XXI, Plaza Senayan, 18 Juni 2014 doc. pribadi

Gambar 8. : Bersama pemeran tim bola  Cahaya dari timur :Beta Maluku, Cinema XXI, Plaza Senayan, 18 Juni 2014 doc. pribadi

Gambar 9. : Bersama Produser Film, Glenn Fredly, Cahaya dari timur Beta Maluku, Cinema XXI, Plaza Senayan, 18 Juni 2014 doc. pribadi

Gambar 10. : Bersama Tim Produser Film, sahabat saya Ikhsan Tualeka, Cahaya dari timur Beta Maluku, Cinema XXI, Plaza Senayan, 18 Juni 2014 doc. pribadi

Ada pesan  nasionalisme yang kuat yang tersirat bagi saya dalam film  yang berlatar belakang konflik dan indahnya negeri ambon ini bahwa seorang yang berjiwa besar apapun latar belakang suku dan pekerjaannya akan berkontribusi menjadi pencerah dalam masyarakatnya karena “ panggilan” nurani dan rasa cinta daerah dan tanah air yang kuat. Meskipun pada dasarnya setiap masyarakat Indonesia yang bernaung dalam UUD 1945 dan mengamalkan nilai-nilai luhur pancasila persatuan Indonesia harus memegang teguh persatuan dan kebersamaan dalam semanagt Bhinneka Tunggal Ika.
Dari sisi edukatif pesannya lebih kepada bagaimana orangtua mendukung bakat anaknya dan sabar mendampingi mereka dalam tumbuh kembangnya yang cendrung nakal dan suka membrontak. Tapi perlu dipahami tidak semua anak memiliki kecerdasan akademis tapi ada juga kecerdasan kinestetis, kecerdasan seni, dan kecerdasan lainnya. Sehingga kelak anak-anak Indonesia adalah anak-anak yang santun, optimis, berani mewujudkan impiannya dan tidak terseret kedalam pengaruh negatif dimasa mudanya. 


Selebihnya saksikan sendiri bagaimana konflik internal Sani dan juga bebrapa anak-anak dalam tim nya berjuang keluar dari keadaan yang sulit dan keyakinan untuk berprestasi. Film Visinema Pictures ini  akan ditayangkan di bioskop kesayangan anda dibulan juni setelah premier 17 juni 2014. Kita akan disambut dengan nyiur dipantai maluku yang indah dan lautan yang mengirimkan debur ombak yang menyapa pantai. Suara Glenn Fredly yang indah, juga dialeg dan bahasa daerah maluku yang asyik untuk didengarkan seolah kita sampai ke negeri rempah-rempah dalam sehari. Saya memberikan angka 4 untuk film ini. Selamat menyaksikan.




0 comments:

Post a Comment