Friday, June 20, 2014

Rumah Untuk Aisyah Pulungan, Anak Jalanan Medan



Ikatan kebaikan itu tidak hanya menyentuh satu bilik jiwa
namun bisa banyak bilik
Jika bilik itu sekalipun berada dalam rumah kecil
tetap akan jadi rumah yang sangat nyaman untuk ditinggali
karena setiap biliknya beraroma syurgawi
membetahkan raga dan jiwa untuk bernaung didalamnya
(rumah cahaya, rumahku syurgaku, Edrida pulungan)



Masih ingat dengan Aisyah Pulungan yang merawat ayahnya yang sakit-sakitan di Medan. Aisyah yang masih berusia 8 tahun itu harus merasakan kerasnya  kehidupan kota dengan mengayuh becaknya ambil membawa ayahnya ikut serta. Aisyah juga memandikan ayahnya di masjid Al Mashun Medan, dan menjadi pusat perhatian dan menaruh simpati sebagian masyarakat, Namun unikny Aisyah tak pernah mengemis, terkadang ia mendapat uang dari orang yang bersimpati. Meskipun tinggal di jalanan, tanpa rumah dan menjaga ayahnya yang sakit, Aisyah tetap berbakti kepada ayahnya meski harus putus sekolah dan mengayuh becak sehari-hari. Dengan banyaknya berita dari media. Aisyah akhirnya mendapat simpati dari pemerintahan Kota Medan untuk bersekolah kembali.




Gambar 1 Buku Sepucuk Rindu Untuk Aisyah doc. www.antaranews.com
 
Saya juga menggagas buku antologi bersama teman-teman terinspirasi dari kisahnya dalam bentuk kumpulan puisi dan cerpen. Rencananya buku ini akan diterbitkan dan penjualannya untuk donasi kepada Aisyah. Meskipun butuh waktu mengumpulkan semua karya hingga proses editing dan cetak. namun senang rasanya karena dengan talenta menulis bisa menghasilkan karya dan bermanfaat untuk orang banyak. Meskipun hanya kontribusi sederhana.
Namun ada khabar bahagia yang ingin saya sampaikan kepada rekan semua, Aisyah akan mendapatkan rumah di perumahan Bogenvile Medan,  dan malam ini Aisyah sedang berada di Jakarta atas undangan dari Perusahaan property tersebut dari seorang dermawan yang baik hati. Kelak ayahnya akan tinggal di rumah itu. Bukan tinggal di jalanan lagi. Rumah type 40 dengan dua kamar dan rencananya di halaman rumah ada sedikit ruang untuk Ayah Aisyah (Pak Nawawi Pulungan) berjualan. Sampai sekarang ayah Aisyah masih dalam proses pemulihan setelah terbaring sakit di  RSUD Pirngadi Medan.


 Gambar 2.  Perumahan komplek Bougenvile Indah di Jl. Sei Mencirim doc.fb cahyono



Gambar 3.  Perumahan komplek Bougenvile Indah di Jl. Sei Mencirim doc.fb cahyono



         Akhirnya Aisyah memiliki rumahnya.Sehingga terlindung dari panas dan hujan, bahkan kemungkinan kriminalitas yang bisa saja dialami anak sepertinya di jalanan. Rumah tersebut dihadiahkan seorang dermawan, anggota REI di perumahan konplek Bougenville, Sei Mencirim. Aisyah juga akan bersekolah sekitar 500 meter dari rumahnya. Semoga rumah tersebut penuh cahaya, kasih sayang dan pengayoman dari orangtuanya kelak. Sehingga cita-cita Aisyah menjadi guru agama seperti yang ditayangkan dalam wawancara TV One tercapai kelak ketika dia menyongsong masa depannya. Inilah buah manis yang dipetik seorang anak yang berbakti pada ayahnya yang sakit-sakitan dan kedua orangtuanya yang telah bercerai. keikhlasan, optimesme dan kepolosan Aisyah adalah wajah sebagian dari anak-anak Indonesia yang tidak berdaya karena ketidakmampuan keluarga dan korban perceraian orangtua. Mereka adalah calon generasi penerus Indonesia kelak. Semoga selalu ada harapan untuk anak-anak yang tidak beruntung dan merasaskan keberuntungan seperti Aisyah kelak.
      Untuk klarifikasi, saya menghubungi dengan sambungan telepon dengan Pak Nawawi yang saya peroleh dari harian SINDO mendapatkan kontak nomer Aisyah yang ditemani oleh kakak Asuhnya bernama Vina dalam perjalanan dari bandara setelah tiba di Jakarta. Berikut petikan pembicaraan saya melalui telepon
“Halo..Assalamu alaikum ww”
“Walaikum salam Bu”
“Ini Aisyah ya?”
“Iya Bu”
"Aisyah sehat kan?
“Sehat Bu"
“Bagaimana perjalanannya Aisyah”
“Asyik Bu”
“Naik pesawat ya tadi?”
“Iya bu”
“Pertama kali  naik pesawat ya?
“Iya Bu”
“Aisyah gak takut kan?”
“Gak Bu
Aisyah nanti kita ketemu ya?”
“Iya Bu”
“Aisyah suka puisikah?”
“Suka Bu”
“Nanti ada buku untuk Aisyah ya”
“Terimakasih ya Bu”
“Iya Aisyah, selamat datang di jakarta ya”
“Iya Bu, Terimakasih ya Bu”

      Saya pun mengakhiri percakapan karena takut Aisyah terlalu lelah karena langsung menuju undangan perusahaan property tersebut sehingga tak sempat berganti baju ke penginapan yang sudah disiapkan pihak perusahaan property untuknya. Pasti ini pengalaman yang menyenangkan baginya. life is beautiful for Aisyah, the little angel :)
Dan tentu saya juga mengucapkan terimaksih pada para rekan yang telah menyambung simpul kebaikan menjadi ikatan yang erat dari hasil karya antologi para penulis antara lain, 1. Energi Cinta Untuk Aisyah : Haerul, 2.Aisyah yang Setia : Edrida Pulungan 3.Aisyah., ohh Aisyah : Ando Ajo, 4.Aisyah, Adinda Kita : Rifki Feriandi, 5.Derita Aisyah di Tengah Lagu, Politisi Negeri Demokrasi: Mas Wahyu, 6. Aisyah Surgamu telah terbuka : Sri Subekti Astadi, 7.Ini Bukan Cerita Cinta : tapi tentang Aisyah: Iswanto junior, 8. Ijinkan aku bicara, Ayah :  Ay Hening, 9. Aisyah Pulungan : Gadis Kecil Yang Luar Biasa 1 : Lipul El Pupaka, 10. Aisyah Si Pemilik Hati : Dedes Mayang Sari Pulungan, 11. Kepedulian (Bukan) Kapitalis  : Lipul El Pupaka, 12. Aisyah, Si Gadis Kecil Penyuka Sunyi : Syafriansyah Viola, 13. Untukmu Aisyah : Yani Handayani, 14. Bocah Titisan Cahaya : Rahab Ganendra, 15. Jika : Jenna Harun Wardana, 16.Aisyah, Jangan Pernah Menyerah : Gaganawati Stegmann, 17. Aisyah Pulungan : Gadis Kecil Yang Luar Biasa 2 : Lipul El Pupaka, 18. Siti Aisyah Pulungan Effect : Ayid Suyitno PS, 19. Aisyah, Mutiara Kehidupan : Geti Oktaria Pulungan, 20. Bapak : Asqarini Hasbi, Kumpulan Cerpen Untuk Aisyah, 21.Duniaku Penuh Cahaya : Conni Aruan, 22.Rumah Buat Aisyah : Fitri Manalu, 23.Aisyah Ingin Sekolah : Syafriansyah Viola. Inilah cover buku antologi bersama yang masih dalam proses. Mohon doanya ya :)

 
Gambar  4. Buku Sepucuk Rindu Untuk Aisyah doc. Pribadi

          Semoga buku Kumpulan Puisi dan cerpen “ Sepucuk Rindu Untuk Aisyah” kelak menjadi rumah bagi lembaran-lembaran tulisan yang menginspirasi Aisyah Pulungan dan Aisyah–Aisyah lainnya di seluruh Indonesia untuk tetap ceria, semangat dan berbakti pada orang tua, Dan yakin tangan Tuhan yang tersembunyi mengirimkan kasih sayangNya dalam banyak hal yang tidak kita sangka-sangka. Tuhan tidak pernah tidur. Salam Inspirasi. Salam Lentera Pustaka Indonesia.

0 comments:

Post a Comment