Engkau lelaki yang berbeda
Lelaki cerdas, santun dan gentleman
Lelaki dari timur negeri khatulistiwa
Lelaki yang pergi dari Istana
Kau terima amanah tanpa curiga
Sudah lima kali kita bersua
Dari ruang perpustakaan, sekretariat negara hingga istana
Selalu menitipiku inspirasi dan semangat berkarya
Aku tak pernah lupa, aku adikmu yang hijau
Kau sebut aku srikandi muda yang ceria
**
Malam itu kutemukan lagi senyummu
Dalam jamuan makan malam istana
Suasana hangat dalam alunan nada khas nusantara
Semua bahagia dan nampak tersenyum sumringah
Saling menyapa dengan ramah
Melintasi karpet merah
Meja yang tertata bunga mawar putih dan merah
Bertanda VVIP didepannya
**
Engkau masih dengan senyummu , hangat bersahabat
Gagah menggunakan jas hitam dipadu dasi merah
Engkau Lelaki yang pergi dari Istana
Sang doktor politik yang cerdas dan bersahaja
Mempersembahkan baktimu sebagai juru bicara
Pertemuan kita di istana memberi warna
Untuk menjadi sosok yang berguna untuk bangsa
Ada aura persahabatan dan senyummu yang hangat
Membuat pertemuan penuh makna dan hikmat
**
Engkau lelaki yang pergi dari istana
Kemarin engkau nampak lelah
Duduk terdiam di taman belakang istana
Merenung dalam memaknai arti sebuah harga diri
Engkau sudah begitu jauh berjalan
Berjalan dalam lorong lorong sepi kebenaran
Sahabatmu pun meninggalkanmu
Mereka yang dulu mengelu-elukanmu
Meninggalkanmu dengan label tersangka
**
Tapi selalu ada yang setia
Bunda dan belahan jiwa yang mencintaimu
Selalu ada untuk menguatkanmu
Bahkan ketika ragamu lelah untuk mengukir prestasi bangsa
Menyatukan perpecahan pemuda
Merekalah yang mengenal pribadimu yang sederhana
Engkau hanya seseorang yang salah masuk ruang karya
Yang terlihat indah mempesona
Mengira meraka adalah rekan seperjuangan
Padahal musuh yang berjubah malaikat kebenaran
Jum’at yang hikmat menanti neraca memutuskan
Cukuplah doa bunda dan keluarga yang tegarkanmu
Pelukan mereka yang menghangatkan jiwamu yang lelah
**
Dalam sebuah cerita keabadian
Jangan perrnah retakkan bola kristal
Karena memilih bola karet
Jangan pernah retakkan dunia cinta
Karena dunia pengabdian begitu fana
Tetaplah tersenyum dalam duka
Syukuri caraNya mengembalikanmu pada dunia asa
0 comments:
Post a Comment