Gambar mata air doc musanur.wordpress.com
Hidup dalam keikhlasan itu menyejukkan.
Apalagi jika kita bersyukur dengan segala apa yang kita miliki dan tidak
menderita dengan apa yang belum kita miliki. Karena dengan mensyukuri yang
sudah dimiliki hati menjadi tenang dan lapang. Bersyukur saat kita sehat, bisa
makan tiga kali sehari, bisa rekreasi, bisa kuliah, bisa membeli keperluan yang kita inginkan,
bisa bersedekah karena kita punya pendapatan, bisa punya pendapatan karena kita
punya pekerjaan dan bisa menikmati matahari terbit dan tenggelam serta
merasakan keberadaaNya. Karena kasih sayangnya yang membuat kita mendapatkan
rezeki anugerah dan nikmat yang tidak terhitung jumlahnya.
Kehidupan kita sebagai insan dimuka
bumi ini juga tidak mulus-mulus saja. Adakalanya kita berhadapan dengan masalah
dan ujian. Memang kehidupan yang hanya segaris waktu ini memang penuh ujian dan
dinamikanya. Ujian yang selalu datang tanpa kita sangka-sangka. Namun daripada
mengeluh semua yang terjadi lebih baik kita mohon diberikan kekuatan menjalani
semua. Apapun ujian itu hanya akan membentuk karakater dan kedewasaan kita
untuk menjadi manusia yang lebih bijak dan dewasa.
Saya masih ingat seroang teman yang
pernah kuliah S2 di salah satu universitas swasta. Pada saat dia menulis
thesisnya dia harus berjuang berkonsultasi dengan dosen pembimbing yang super
sibuk dan kadang sudah mengatur jadwal
yang disepakatipun akhirnya dibatalkan karena sang dosen pembimbing sudah
disusul agenda lain yang menurutnya lebih penting. Padahal sebagai mahasiswa
bimbingan dosen tersebut, dia sudah membuat janji dengan sekretaris dosen
tersebut, Namun akhirnya tidak jadi bimbingan. Cerita perjuangannya belum
sampai disitu saat pertemuan ketiga sang dosen mengatakan tak bisa membimbing
setelah teman saya itu merombak semua revisi sesuai denga arahan dosen.
Namun akhirnya teman saya tersebut
tetap semnagat siapa tahu dosen kedua lebih baik. Akhirnya dia mendapat dosen
pembimbing kedua. Namun perjuangannya belum selesai disitu, dosenb yang kedua
sama saja hingga dia ganti dosen dimana adalah adalah dekannya sendiri yang juga super sibuk. Pada pertemuan ketiga
dosen pembimbingnya mengatakan padanya agar dia mencari dosen yang agak
longgar. Terman saya begitu sedih dan
kecewa karena jika berganti dosen maka akan menghabiskan waktu dan membayar
uang kuliah satu semester lagi. Tapi dia merasaitu adalah ujian seorang
mahasiswa dan calon intelektual sejati. Dia positif
thingking dan mengikhlaskan semuanya.
Teman saya itu tetap semangat walaupun
semua konsep dari dosen yang kedua sudah ditulis ulangnya. Lalu harus mencari
dosen pembimbing ketiga lagi. Namun hati yang ikhlas akan menemui jalannya. Hingga
Allah memberi petunjuk padanya ketika dia ikut dalam acara seminar dan bersua
dengan seorang dosen yang memang dia ajukan dari awal, dosen yang ketiga yang
lebih sabar dan mengayominya hingga akhirnya dia menyelesaikan penulisan skripsi
dan menuntaskan perkuliahan. Bahkan dosen tersebut juga menyemangatinya untuk
melanjut hinga ke jenjang doktor. Itulah hikmah kesabaran dan keikhlasan.
Ternyata menjadi mahasiswa akhir butuh
mental yang kuat untuk menuntaskan apa yang sudah dimulainya. Tidak boleh
menyerah justru harus mengeluarkan “genetic
spirit’. Akhirnya teman saya itu
menuntaskan tulisan thesi bab per bab dan maju ke meja sidang. Dia menuai
hasil perjuangannya, wisuda tepat di bulan kelahirannya. Sungguh pengalaman
yang luar biasa ketika keikhlasan memenuhi hati kala ujian datang. Namun tetap
maju dan semangat melewatinya.
Bahkan teman saya juga menyemangati
teman-teman kuliahnya yang belum kelar kuliah hingga bisa melewati semua dan
berhasil lulus hingga meja hijau. Sikap ikhlas mengalir kemana-mana dan
menghadirkan banyak kebaikan lainnya.
Dari kisah nyata diatas jelas sekali
bagaimana sikap ikhlas dan mental positif teman saya tersebut, bukannya
mengeluh dengan dosen yang berganti hampir tiga kali. Namun langsung memulai
apapun yang dia bisa lalukan memang tak mudah mempercepat langkah dari move on, move up hingga move away. Tapi
pasti bisa karena setiap manusia istimemewa. Hati yang ikhlas itu memang bening dan tidak keruh, mengalir jernih hingga kehulu kebahagiaan. Indah sekali
bukan.
0 comments:
Post a Comment