Pada bulan September, bertepatan dengan Idul Adha, saya berniat sholat id di Depok karena suasananya lebih terasa seperti pulang kampung meski tahun ini tidak pulang karena tahun kemarin saya beserta Ibu dan saudara merayakan Idul adha di Depok dan sholat di Masjid Kubah Mas, Depok
Esoknya saya dapat whats up dari Bang Mustafa Ismail yang akan menjenguk Bang Hamsad Rangkuti, awalnya kami akan langsung menuju RSUD Depok bersama rekan sastrwan lainnya hingga akhirnya ada informasi dari pihak rumah sakit bahwa Bang Hamsad sudah di bawa keluarga kerumahnya di Jalan Swadaya 8, tanah baru, Depok. Menurut informasi kelurag lebih nyaman di rawat di rumah meski ada khabar sebelumya perawatannya di tangani oleh pemda depok
Bang Hamsad adalah seorang sastrawan dan cepernis asal Sumatera Utara peraih penghargaan Sastra SEA award. Saya sangat kagum dengan karya -karya beliau sebagai seorang yang juga suka dunia sastra dan kepenulisan.Sudah lama ingin bersua dengan beliau. saya masih menyimpan keinginan berguru dan belajar menulis langsung. Namun mungkin saya belum beruntung. Hingga Pada saat ada acara launching buku di Gramedia Matraman, saya sempat membeli buku beliau dengan judul " di Persimpangan Lampu Merah" yang belum saya tuntaskan membacanya karena sibuk mengurus tesis S2 sosiologi di UI
Gambar 1 : Karya Bang Hamsad berupa Buku yang ditulis aneka judul di depok doc.edrida
Sejak bang Hamsad dikhabarkan sakit dan tergolek berbulan-bulan. Ada beberapa media yang meliput seperti liputan 6 yang simpati dengan beliau karena sangat menyedihkan adanya khabar bahwa Pemda Depok mengambil tanah dan rumahnya untuk TPA sampah, sehingga membuat bang Hamsad tidak lagi bisa menulis di rumah tempatnya menuliskan banyak karya.
Gambar 2 : Bang Hamsad harus makan protan melalui infus doc.edrida
Akhirnya sampailah saya di rumah beliau. Saat itu ada istri beliau kak Nur yang setia merawat dan mendampingi. Ada juga Bang Bonang anak beliau yang juga suka dengan sastra. Di seberang rumah ada kamar khusus berukuran 5x4 meter. Disanalah bang Hamsad beristirahat dan di rawat. Disisi kiri kamar ada tumpukan kotak protan, yang di konsumsi oleng Bang Hamsad selama beberapa bulan melalui selang infus. Saat saya datang menjenguk besasama rekan sastrwan lainnya, Bang Hamsad sudah tidak bisa bicara namun bisa membuka matanya perlahan. Saya diam dalam doa dan takzim. Disisi kiri beliau ada tempat tidur, Ada beberapa buku yang beliay sudah tulis dan terbitkan. terakhir adalah buku " panggilan Rasul" beberap cerpen yang sempat di tuliskannya saat beliau sakit. Sungguh semangatnya menulis menjadi tauladan bagi para penulis dan sastrawan muda untuk terus berkarya.
Gambar 4 : Bang Hamsad tergolek sakit di kediamannya di depok doc.edrida
Gambar 5 : Buku Bang Hamsad sempat menulis panggilan Rasul sebelum sakit di doc.edrida
Saya sempat sholat zhuhur di rumah beliau dan menunggu teman-teman
sastrawan yang hadir termasuk bang Musatafa Ismail, bang Asrizal Nur,
Bang Iman Sembada, Mas Eddy Pramduane, Mbak Willy Ana,Mas Nanang, Mas
Jimmy, Pelukis mas Jefry, Anggota Dewan, Mas Nurodji dan rekan sastra
lainnya. Alhamdulillah rekan-rekan sastra menyumbangkan donasi berkisar
23 juta rupiah, semoga bisa di gunakan untuk pengobatan beliau
Gambar 6 : Rekan sastrawan menjenguk Bang Hamsad. Bang Asrizal Nur, Penulis, Mas Nurodji dan Bang Sihar Ramses di kediamannnya di Depok doc.edrida
Gambar 7 : Bersama kelaurga Bang Hamsad yakni mas Bonang dan Kak Nur di halaman rumahnya doc.edrida
Semoga bang Hamsad lekas sembuh dan bisa berkarya lagi. Untuk rekan-rekan yang bersimpati dan ingin berdonasi silahkan balas pesan di blog ini. Masih terbuka kemungkinan.Amin yra
0 comments:
Post a Comment