The Spirit

The spirit will comes after your will. I see, I hear, I write, I celebrate all moment with words...

waiting is inspiring

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

I love sharing positive mind and feeling

my life teach me to believe my inner strength

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, December 14, 2015

Undangan Presiden dan Euforia Harapan Para Blogger






Gambar 1 : Para Kompasianer beramah tamah dengan Presiden, dari Kiri Om Jay,   Tamara,  Presiden Jokowi,Mas Harris, Edrida (Penulis) dan Pak Amri (Doc.Biro Pres Istana)

 Senayan, 08.30 wib

Hari jum'at pagi di bulan desember Sekitar jam 08.30 wib, saya masih menyiapkan berbagai laporan tugas akhir tahun disela-sela persiapan proposal thesis di kampus, ponsel saya tiba-tiba berdering memecah keheningan, saya langsung lihat nomor yang tertera di layar dengan kode 021 saya kira dari nomer telepon bidang sebelah yang menagih laporan yang harus diserahkan siang nanti, ternyata suara seorang administrasi kompasiana yang menyapa saya dengan salam hangat.

" selamat pagi mbak, apakah ini dengan mbak Edrida Pulungan?"
" ya, saya sendiri, dengan siapa mas?"
" ini dengan saya ardi mbak,dari Kompasiana, kami mau undang mbak Edrida untuk jamuan makan siang bersama Presiden di istana esok" kata Mas ardi

Saya agak terkejut sekaligus senang namun masih tak percaya. terakhir kali saya ke Istana di Bulan Pebruari untuk mendampingi para anggota DPD RI untuk konsultasi dengan Presiden terkait beberapa usulan dan draft undang-undang hasil Produk DPD dimana saat itu kapasitas saya dalam tim humas lembaga negara. saya masih ingat saya memakai baju tenun warna oranye ke istana. Namun kali ini tentu berbeda dan istimewa karena saya dinundang sebagai blogger dan penulis di kompasiana sebagai jurnalis warga yang sudah saya jalani hampir lebih dua tahun dengan cara tak sengaja, kebetulan saya diundang oleh pihak Research and Development Harian Surat Khabar Kompas untuk memberikan opini terkait tampilan koran terbesar di Indonesia tersebut, hingga saya mendaftar langsung di kantor tersebut melalui bantuan rekan administrasi kompas, karena saya sudah lama mendengar tentang kompasiana, namun belum bergabung.

wah cerita jadi panjang, singkat kata adalah saya konfirmasi untuk hadir, Mas ardi menambahkan lagi "Mbak jangan lupa pakai baju batik dan jam 9 sudah hadir dan kumpul di Gandaria City"

saya pun mengiyakan, ada penasaran , siapa saja rekan yang akan hadir.
Jam 08.30 saya sudah di gandaria city yang saya lihat ada mbak Seneng Utami dan mas Rushan Novaldi, wah saya bingung kok cuma 2 orang. namun akhirnya kami ngobrol sebntar dan masuk ke  ruang outdor Kompasianival dibelakang gandaria. dan bergabung dengan rekan lainsatu persatu mendapat undangan, setelah nama saya dipanggil saya pun menerima undangan, kemudian mas Zulfikar Al Ala yang dipanggil untuk yang berikutnya, kami adalah mantan host Kompasianival dua kali berturut, turut, senang mengingat pengalaman berharga menjadi bagian kompasiana
Gedung Istana negara jam 11. 30
Kami sudah tiba, antri sebelum pemeriksaan, rekan segnek mengecek nama dan undangan kami, dan sampailah kami diruangan persegi dengan beberapa meja bundar yang sudah tertata rapi, dan entah berjodoh saya kembali semeja dengan tamara rekan saya yang pernah jadi narasumber bareng di Kompas TV dan bicara soal partai baru, ada mas Harris, Nico simamora, serta Om Jay yang akhirnya mewakili kompasianer guru berbicar tentang harapannya terhadap guru TIK dan keinginannya agar guru seluruh indonesia bisa menulis
sekitar 25 menit kami menunggu Presiden, lalu tiba-tiba Presiden datang dengan baju hem putih polos dan pengawalan paspampres. Satu persatu blogger disalamnya.
Lalu kami duduk.Presiden langsung menuju microfon dan berkata
" sudah jangan serius-serius amat, kita makan dulu"
Gerrr, semua blogger tersenyum dan tertawa bahagai, memang banyak blogger yang senagja gak makan biar bisa menyantap hidangan istana.:)
Beberapa blogger yang hadir diantaranya mas Junawan Henanto menyampaikan soal apresiasi terhadap kinerja presiden dan juga harapan masyarakat terhadap jokowi, disambung dengan Pak Thamrin Dahlan tentang dukungannya pasa presiden terpilih meski awalnya dia menulis buku " Prabowo Presidenku",  Kemudian Agung Soni dari Bali yang mengatakan tentang kondisi kerukunan ummat beragama di bali, Fera Nuraini tentang pengalamannya sebagai TKI di Hongkong dan rekan-rekan lainnya dengan segudang harapan yang sama.
Namun harapan saya sederhana, semoga Tim Presiden mampu membaca kebutuhan dasar masyarakat dalam sandang pangan dan papan sehingga masyarakat melirik kebutuhan pendididikan menjadi ranah  penting berikutnya karena kondisi masyarakat  yang sebagian masih miskin dan tak mampu membuat banyak anak Indonesia putus sekolah. 

Hal ini penting agar literasi di Indonesia tumbuh sehingga meningkatkan indeks pembangunan manusia, sama seperti surat yang saya kirimkan untuk Jokowi  di tahun 2014 dan berhasil menang namun sampai sekarang saya belum melihat bukunya, juri yang bergengsi seperti Komaruddin Hidayat Rosiana Silalahi membuat saya semangat.

Euforia harapan di akhir tahun, adalah awal dari langkah visioner kedepan untuk bertindak, seperti kata-kata sajak di bawah ini ;

The ending is the new beginning
Always starting your new dream
Believing your future will be sparkling
and your happiness coming
with smile that never ending

Salam hangat untuk keluarga kompasianer
Istana Negara, 12122015

Derasnya Sungai Mahakam Mengalir di hati Ibu

Derasnya Sungai Mahakam Mengalir di hati Ibu

Oleh : Edrida Pulungan*




Laras sangat bahagia dia terbilang perempuan muda dan sukses. Bekerja sebagai dokter muda di rumah sakit kabupaten,  telah menikah dan dikarunia seorang anak dan suami yang setia dan mengantar jemputnya mengobati pasien. Laras juga mendapatkan kesempatan izin belajar di Jakarta, sesuatu yang tak pernah dibayangkannya sebelumnya. Usia 26 tahun sukses dan sudah punya rumah komplek elit di daerah komplek Dharma Praja, Banjarmasin

Laras memang sudah tekun sejak masa remaja dan masa kuliahnya. Sikapnya yang ramah, lembut dan aktif membuat dia memiliki banyak sahabat, Hingga akhirnya berkenalan dengan Pras, sosok aktifis kampus yang terlihat bersahaja dan sering ikut komunitas pecinta alam. Mereka bertemu saat ada acara bakti sosial bencana alam di daerah inggi banjarmasin yang sering banjir

Pertemuan mereka semakin sering hingga akhirnya Laras dan Pras Menikah. Banyak sekali tamu yang hadir. Pesta berjalan lancar. Ibu pun mengundang katering dan menjual emasnya demi menutupi biaya pesta. Kebesaran jiwa ibu menikahkan puteri yang disayanginya dengan seorang lelaki yang baru dikenalnya suaranya melalui telpon. Lelaki itu terkesan ramah di telpon. Sering menyanyakan khabranya. Ibu Naning senang dan simpati dengan pemuda itu, hingga dia bertemu pertama kalinya, hatinya luluh. Pembawaan lelaki itu terlihat lembut namun murah senyum. Ada keraguan di hatinya. Mampukah lelaki itu membahagiakan anaknya. Namun karena puterinya Laras mengatakan sejumlah kebaikan dan kelebihan lelaki itu, ibu hanya meluluskan permohonan puterinya. Namun hati dan bathin seorang ibu selalu kuat. Namun dia berusah menepis perasaanya. Membayangkan anaknya akan bahagia.

Saat  menjelang pernikahan Bu Naning mencarikan uang untuk membiayai pesta. Tak mungkin dia meminta pada saudaranya, dia pasti dicibir dalam kelurga besar. Karena keluarganyapun tidak rukun semua, Terkadang ia ingat suaminya yang selalu mendukungnya dengan setia, akhirnya mereka berdua membesarkan anak-anak dengan segala karakternya. Namun Bu Naning tetap optimis dan semangat menjalani kehidupan.
**

Kelopak bening mengalir dimatanya saat menuliskan angka lima puluh juta rupiah untuk hutangnya.Dia menanggung sendiri, demi ingin melihat kebahagiaan puterinya. Maklum Bu Naning hanya seorang pegawai administrasi di kantor camat, memilki anak seorang dokter suatu prestasi baginya. Sehingga dia ingin membesarkan hati anaknya meskipun menikah dikala suaminya sudah tak ada. Namun dia yakin suaminya pasti bahagia disana.
Terkadang tetangganya heran sekaligus salut, begitu kuatnya dia membesarkan anak-anaknya seorang diri. Keempat anaknya semua mengenyam pendidikan tinggi dan jadi sarjana, namun yang lebih membanggakan adalah Bu Naning memiliki seorang anak dokter. Di zamannya hanya anak seorang pejabat dan tuan tanah yang bisa menyekolahkan anaknya menjadi dokter.

Pesta pernikahan berjalan dengan lancar. Para tamu undangan nampak senang, makanan tersaji lengkap dan enak-enak. Bahkan ada hiburan musik tradisional Banjarmasin mengalun syahdu. Pengantin bersanding dengan mesra. Ibu Naning terlihat terdiam disudut ruangan.

***
Bu Naning  sosok perempuan tegar baginya perempuan memang harus selalu kuat. Harus selalu ada kemewahan dalam kebersahajaan.  Namun kebahagiaan sejati ada dalam setiap kesyukuran dalam menghadapi semua cobaan. Itulah pelajaran bahagia yang selalu menjadi prinsip hidupnya.

Saat Bu Naning mendampingi suaminya sebagai Kepala Sekolah, Ia selalu saja dia setia meskipun suaminya pernah ditugaskan di daerah terpencil di daerah lebak, dia tetap setia mendampingi. Itulah Bu Naning, selalu tabah dalam kondisi, dia mengetahui betul tugasnya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Bahkan di kantornyapun dia tak berambisis sikut-sikutan untuk meraih jabatan atau cari muka untuk atasan, Menurutnya menghabiskan waktu mendidik anak-anak di rumah lebih utama. Bu Naning sosok yang supel dan ramah, meski keluarga suaminya banyak yang cemburu padanya, karena suaminya memiliki karir yang baik dan khawatir Bu Naning menjadi kaya dan membujuk suaminya agar menjauhi keluarga besarnya, namun Bu Naning selalu tersenyum menghadapi perangai keluarga suaminya, sosok perempuan yang tegar di era modern

**
Selembar surat terjatuh dari Kamus Sobota, kamus lengkap kedokteran  tentang anatomi tubuh manusia

Buat Ibunda tercinta

Asslamu alaikum ibku tersayang.,

Bagaimana khabar dan keadaan Ibu. Semoga selalu sehat dan dalam lindungan Allah Swt. Maafkan Ninda tak bisa selalu menelpon ibu lebih sering, padahal di masa pensiun Ibu, pasti ibu butuh teman bicara dan bercerita. Apalagi Bapak sudah tak ada sejak sepuluh tahun lalu. Engkau mendampingi dan membiayai kuliah saya, abang dan kakak hingga selesai seorang diri. Sunggu engkau wanita kuat. Aku selalu ingin sepertimu. Meski dibalik senyummu yang bersahaja dan suaramu yang terdengar hangat dan ceria ditelpon, namun aku tahu banyak sekali pikiranmu tercurah untuk kami yang selalurepotkanmu.

Ibu, andai aku bisa mengulang waktu, aku a ingin bijaksana sepertimu saat memilih Bapak jadi suami, aku salah memilih Ibu, Seorang lelaki yang seharusnya jadi pelindung dan menafkahiku lahir bathin sebagai istrinya tidak terwujud. Aku memang beruntung secara akademis memiliki profesi sebagai seorang  dokter muda di salah satu rumah sakit daerah harus menahan semua kegetiran ini. Disaat aku harusnya hanya menjadi seorang istri dan ibu bagi anakku  Tiara  yang berusia tiga tahun namun harus ikut membanting tulang membayar hutang suamiku karena keluarganya yang tidak mampu, semula ku hanya ingin mengurangi beban suamiku, namun aku terjebak jauh. Semua barang berharga sebagai mahar dan cincinnya dulu sudah aku jual demi menutupi hutang keluarganya. Mas pri bahkan sering mentransfer uang untuk keluarganya dari rekeningku tanpa sepengetahuanku. Belum lagi kondisinya yang bekerja sebagai freelance di bengkel temanya, maafkan aku yang menutupi profilnya agar ibu melihatnya sebagai menantu dulu. Jujur bu, bahkan mahar yang dia berikan untukku berasal dari uang yang kupinjam hingga sekarang hutang itu belum lunas.

Ibu..  aku baru sadar betapa polosnya diriku memaknai cinta, tanggung jawab dan pengorbanan. Semua menjadi bom waktu sekarang. Aku ingin keluar dari semua ini. aku tidak bisa fokus study dengan baik, karena spesialis menjadi dokter spesialis membutuhkan uang yang sangat banyak, sementara aku harus memikirkan seorang diri. Ibu doakanlah agar aku bisa bertahan. Ibu mengurus lima orang anak, namun kuat menjalani semua ini, sementara aku mengurus satu anak saja rasanya sudah erat sekali. Aku berharap masalahku selesai dan Mas Pras sadar akan tanggung  jawabnya, Ternyata menikah itu bukan hanya modal cinta serta janji yang terucap saat akad nikah namun juga tanggung jawab dan komitmen yang tinggi ya bu. Saya tersadar dan terhempas, namun curahan hatiku ini hanya dalam beberapa kalimat yang mungkin akan meresahkan hatimu dan membuatmu luka. Belum lagi Kakak dan abang yang ikut menanggung beratnya masalah finasial yang aku rasakan, semoga kami tetap rukun ya bu. Mereka sudah ikut membantu biaya kuliahku, sepeserpun tak ada bantuan dana dari mas pri atau keluarganya. Tapi aku berjanji kelak melunasi hutang-hutangku pada kakak dan abang jika sudah selesaiu studi.


Ibu aku menuliskan surat ini, saat jam istirahat makan siang , sebentar lagi dosen akan datang dan ujian akhir akan dimulai minggu depan, doakan aku lulus ya bu. Agar kelak bisa pulang dan berkumpul dengan ibu, Sungguh aku rindu masakan ibu juga peluakn ibu yang menguatkanku.

Aku tak tahu apakah suratku ini, akan sampai ketangan ibu atau hanya kusimpan saja, Aku takut bu, maafkan aku anakmu. Aku hanya ingin jadi Ibu dan istri yang baik.

Ibu aku menyayangimu.

Salam sayang dari Pamulang


Laras

Seorang wanita mengusap matanya membaca tulisan tangan tersebut. Buku Sobota masih tergeletak di meja Dia melipat kembali suart itu dan meletakkannya diatas meja. Semua buku-buku masih terbungkus rapi di beberapa kotak. Semua barang baru sampai hari ini di rumahnya. Puterinya menjual rumah untuk melunasi hutang-hutangnya dan mengirimkan sebagian barangnya ke rumah Ibu tersebut. Mereka memang sangat dekat, dan sering saling curhat. Namun wanita tersebut tidak tahu harus iba atau marah membaca suart itu, di satu sisi dia kasihan atas surat perempuan itu, disatu sisi dia kecewa akan kebohongan dan juga marah akan sikap laki-laki yang tertulis dalam surat tersebut. Namun dia harus lapang dada, tenag serta berdoa bahwa segala kemudahan akan tiba pada saatnya. Dia hanya mengirimkan doa dan nasihat. Meski wanita selalu tersudut dan terluka dalam setiap penderitaan, namun dia harus kuat menghadapi cobaan dan menguatkan dirinya.

Nak, teruslah yakin pertolongannya dekat, dan aku ibumu akan sellau mendoakan dan mengharapkan yang terbaik untukmu.

Banjarmasin

Ibundamu yang selalu menyayangimu
Naning

Tangannya perempuan tua itu yang sudah mulai keriput itu hanya menuliskan beberapa lembar kalimat. Dan itu cukup membuatnya diampenuh takzim. Tak percaya namun begitulah adanya

Sayup-sayup azan magrib terdengar syahdu dan riuh. Seperti riuhnya perasaan hati seorang Ibu bernama Naning yang kuat dan tegar. Ia menerima segala takdirnya dengan tawakkal dan mengalir, seperti mengalir dan derasnya sungai Mahakam yang membelah kota Banjarmasin. Begitu juga harapan Bu Naning yang terus memanjaatkan doa yang  terus mengalir deras di hatinya untuk kebahagiaan puterinya*


*  Tulisan ini adalah Kisah nyata seperti  pengalaman yang dituturkan oleh seorang dokter muda kepada penulis. Tulisan ini ditulis atas seizinnya.


Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Writing Project #DearMama yang diselenggarakan Nulisbuku.com dan Storial.co






* Penulis 21 Buku, Pembicara Publik, Pemenang Lomba Poetry Slam, Gothe Institute, Jerman dan Pendiri Reading Corner Lentera Pustaka Indonesia ”.

Sunday, December 13, 2015

Diundang ke Istana Negara karena Tulisan di Blog



Bagaimana nasib sebuah tulisan. Tulisan adalah perwakilan ide, gagasan, dan inspirasi yang hadir dalam pikiran kita. Maka teruslah menulis hal-hal bermanfaat dan positif untuk Indonesia

Dan saya cukup bahagia pagi ini, melihat photo yang ternyata berisi berita tentang undangan makan siang jokowi kepada saya dan rekan blogger yang masuk tribun news






http://m.tribunnews.com/nasional/2015/12/12/jokowi-kita-perlu-tulisan-yang-timbulkan-rasa-optimis

Berita tentang pertemuan tersebut dimuat oleh Tribun News dengan sumber photo Biro Pers Istana



Bertemu para penulis dari berbagai daerah di parlemen, senang rasanya

Thursday, December 10, 2015

My Journey as Researcher, Welcome to the Intellectual Island ( Part 1)

I love learning new things. I love school not only in the room but also in society, But let me tell you about my contemplation of this year about the meaning of knowledge and wisdom based on my perspective. I have finished my doble bachelor in faculty economic and education in different state university then I continue my master degree in international relation and running my second master degree in sociology, hmmm it was yummy food for expanding my social and humanities perspective. 

So what I have to do with all stuff :) I have established " English Debating Community" when I was 26 years old in my campuss where I worked as a young lecture as I have back from Australia, it was my first project as researcher in big question of research is it english debating can increasing communication skills include creative and critical thinking?

Yes, it does.

I trained, I couch, I paid with my own money to increase the community because at the time my campuss can share the budget. I was success to do it and bring my student into Indonesian Varsities English Debate (IVED) into ITB, University Udayana , UII yogyakarta, etc

Then five years over, my students has graduated and most of them feel the benefit of english debate and increasing their career :) sometimes I was missing them and want to hear their story :)

I'm not finished till there, I also run my research about  marketing in some of local corporation in North Sumatera Medan, then I wrote my opinion in Medan Business as local newspaper in Medan. I also ever interview  Dedy Corbuzier about his business and performance, later on I know that he was graduated from Amerika and finishing his MBA. I enjoy all research activity then I also ever hired by ADB ( Asia Development Bank) Philipina by quick interview to assisted  Prof. Jaffer Kamar about small and medium entreprise in Norh Sumatera, That was the first time I got recognized my ability in reseach and paid with dollar :) but I love rupiah much even it was need policy as well 

My second journey as columnist in Tabloid ASEAN

yes, I love all things and write what I know by reading about international relation. Then  I was happy when it was published. Thanks God.


 I also get invitation to presenting my research paper about social policy  and street children in Medan, North Sumatera and writed a book about that. then the effect is  Aisyah and his family get home :)
Thanks God :)




I met many people who loves reserach :)


Wednesday, December 9, 2015

Catatan Perjalanan Desa Kenekes :


Akhirnya perjalanan sekitar dua jam dari rumah bu Bidan, sampailah kami diperbatasan desa ciboleger. beberapa kata berbahasa sunda terlihat terpampang di dinding bambu didekat warung dan tempat parkiran bus dan mobil, menarik sekali membacanya, meski sampai sekarang saya belum tahu maknanya












Perjalanan yang sangat menyenangkan bersama sosok-sosok tokoh adat di baduy dalam dan Baduy luar



Kami juga mengunjungi rumah persalianan bersama Pak Imam Pradsodjo


Edrida Pulungan's Poetry





My Beautiful Sadness

Your coming still mystery
with many storm
giving me darkness
and thunder
and I paint my self with hopeless
many time my wings broken
I still believe that I can flying to the sky

you come again
broken my wings
But I always believe in you
even you are cruel
But you are my beautiful sadness
that comes after the rain

leaving me now
I will write our last story
in the sand 
in the seashore
and let the wave of the sea clear it 
from my eyes
and from my heart

Cikini, 2012

Only Shadow

Do you know the meaning of lonely
not because I'm alone without you
But because you are my shadow
in the darkness

yes, you are my shadow
only shadow
that never leave me
but I feel alone

Pejompongan, november 22th 2015


Mask

Open your mask
i saw your face black yesterday
now it  was change to be red
and change again ti be yellow
oh your face like a rainbow now

stop making new story
you are big mouth
lie many time
forgive many times
in the shake of God
you sell everyhing
for your hand

you are not listed in my mind as respectful one
your mask is to many
make me believe
that you are a man with 365 face


Believe

 I believe my own fortune
I believe my own happiness
I believe my own moment
I thankful with many reason

I believe in my self
stronger, better, higher than before
because I believe
I believe
I believe
God loves me with many reason

Pekanbaru, desember 4th, 2015


Crazy

You drive me crazy my dear
make me cannot sleep after your voice
But did I make you crazy too
When you see in my eyes with your smiling face
I feel I'm the most happier woman in the world

I was crazy
Than I build palace for you
sweet home that you always missed
that all our smile always there
with many kissing and hugging
and happiness is a reason
to make us always crazy on and on
but that is why the reason why the God made us for each other

Puri Depok, November 23 th, 2015


I dedicated all this poet for all my favorite mistake, write a poetry like breathing every time, it gives you new life, and soul. poetry for therapy is also very good treatment.Then you just only keep in your mind and heart,  and it  makes your day was so hard, so make  your life free from hurt and hopeless
coloring and seize your day

Contemplation in  Peknabaru, Siak River on December, 2015



Monday, November 30, 2015

Puisi-Puisi Edrida Pulungan



Puisi-Puisi Edrida Pulungan*

Lafaz Cinta dalam Nada





Cinta engkau  nada dalam denting halus simponi  jiwa
Engkau hadir tiada terduga
Mengetuk pintu yang terkunci rapat
Namun terbuka perlahan dengan senyuman hangat

Cinta terlafazkanlah Ia
Dalam genggaman hangat jemari manisnya
Hingga indahnya nada  rasa berpadu harmoni
Terbayang kenangan di pelupuk mata
Kedua hati berlomba menuju bahagia
Seperti jantung yang seolah berhenti berdetak
Menanti jawabnya hingga legalah ia
Ketika tanya terjawab sudah

Lihatlah Ia
Kekasih hatimu yang selama  ini kau tunggu
Engkau masih ingat ceria senyumannya
Meski pernah ada luka tergores disana
Namun sembuhlah Ia
Dan kuat hatinya  memberi cintanya
Untuk kekasih terhebat
yang tahu membaca jiwanya
dalam lembaran-lembaran rasa

Ingatkah kerlingan matanya  tersipu malu menatapmu
Terkenang  olehmu ia dan hadirnya selalu abadi setelah senja
Kemarin butiran bening dan hangat  jatuh dari sudut matanya
Melepasmu dalam doa dan hasrat cinta yang selalu ada
Menunggu pelukan yang menghangatkan jiwanya

Lalu seperti apa cinta menampakkan pesonanya
Seperti apa cintu mewujudkan keanggunannya
Seperti apa cinta meneguhkan kekuatannya
Seperti apa cinta menyatukan asa

Itulah cinta
Akhirnya kau dapatkan juga
Karena hadirnya sungguh nyata
Karena katanya kesungguhan rasa
Meski terasa lama dinanti di gerbang masa

Namun dia akhirnya akan datang jua
Sungguh kisah cinta tiada terduga hadirnya
Apakah engkau yang pertama dan terakhir untuknya
Rasanya tiada terwakilkan oleh aksara

Rindu katanya akan larut sedalam arus laut
Hati  katanya akan mengalir bagai anak sungai  ke palungya

Lalu kenapa tak kau sambut cintanya
Meski bagimu semusim saja
Namun cintanya tak akan berpaling kehati yang lain
Katanya lagi melepasmu pergi

Lalu dekaplah rindu yang selalu meminta tulus hadir
Dan temukan harmoni di kala sunyi mengetuk
Riuh gemuruh jiwa akan tenang dan damailah ia
Karena cinta tak akan membiarkanmu menunggu lama

Binar dimata tak akan sembunyi
Dialah kekasih yang dijanjikan kan hadir

 Bukan Cinta Semusim


Cinta janganlah hadir semusim saja
Seperti embun mencumbu dedaunan
Terbitlah seperti mentari yang setia pada bumi
Meski mendung gelap menguji langkah yang tertahan
Namun ia akan tetap sampai ketujuan

Pagi yang bening
Suaranya terdengar begitu indah
Dalam hitungan waktu 365 hari
Sewindu berlalu namun dia tetap mencintaimu
Meski daun berguguran namun dia cintanya tetap mekar


Cintamu adalah Medali yang kupertahankan

Cinta engkau pergi kemana
Kemarilah
Hadirkan jiwa ksatria
Dalam terbit setelah terbenamnya ragu
Dalam hempasan semua  rasa takut itu
Cinta sejati seperti medali
Medali yang engkau jaga dan pertahankan
Menjadi penghuni bilik jiwamu
Begitu mulia dan suci ia
Tiada tersentuh
Bagai kristal kaca dalam etalase
Tiada yang akan merampas  cinta itu darimu
Karena engkau jaga rasa itu
Hingga di ujung waktu
Dan kelak engkau bercerita tentang indahnya pertemuan
Saat cinta itu bertahan hingga menua

Cintaku yang kau nanti


Sudahlah hentikan penantianmu
Cukup rasakan di jiwamu
Penantian itu tak boleh melarut
Bukankah hati kita telah terpaut

Yakini aku bersamamu
Yakin namaku dan namamu bersanding
Yakini aku adalah kekasih hatimu
Yang lama kau tunggu dalam hitungan senja
Aku bukan seperti mereka yang hadirkan cinta
dalam pura-pura
Seperti bianglala
yang nyatanya adalah biasan mentari

Gedung Kura-Kura, Senayan, 22 Juli 2015

Penulis 21 Buku berasal dari Sumatera Utara, Pendiri Lentera Pustaka Indonesia dan Pemenang  Peringatan 10 Tahun Seri Puisi Jerman Goethe Institute, 2014