Derasnya Sungai Mahakam Mengalir di hati Ibu
Oleh : Edrida Pulungan*
Laras sangat bahagia dia terbilang perempuan muda
dan sukses. Bekerja sebagai dokter muda di rumah sakit kabupaten, telah menikah dan dikarunia seorang anak dan
suami yang setia dan mengantar jemputnya mengobati pasien. Laras juga
mendapatkan kesempatan izin belajar di Jakarta, sesuatu yang tak pernah
dibayangkannya sebelumnya. Usia 26 tahun sukses dan sudah punya rumah komplek
elit di daerah komplek Dharma Praja, Banjarmasin
Laras memang sudah tekun sejak masa remaja dan
masa kuliahnya. Sikapnya yang ramah, lembut dan aktif membuat dia memiliki
banyak sahabat, Hingga akhirnya berkenalan dengan Pras, sosok aktifis kampus
yang terlihat bersahaja dan sering ikut komunitas pecinta alam. Mereka bertemu
saat ada acara bakti sosial bencana alam di daerah inggi banjarmasin yang
sering banjir
Pertemuan mereka semakin sering hingga akhirnya
Laras dan Pras Menikah. Banyak sekali tamu yang hadir. Pesta berjalan lancar.
Ibu pun mengundang katering dan menjual emasnya demi menutupi biaya pesta.
Kebesaran jiwa ibu menikahkan puteri yang disayanginya dengan seorang lelaki
yang baru dikenalnya suaranya melalui telpon. Lelaki itu terkesan ramah di
telpon. Sering menyanyakan khabranya. Ibu Naning senang dan simpati dengan
pemuda itu, hingga dia bertemu pertama kalinya, hatinya luluh. Pembawaan lelaki
itu terlihat lembut namun murah senyum. Ada keraguan di hatinya. Mampukah
lelaki itu membahagiakan anaknya. Namun karena puterinya Laras mengatakan
sejumlah kebaikan dan kelebihan lelaki itu, ibu hanya meluluskan permohonan
puterinya. Namun hati dan bathin seorang ibu selalu kuat. Namun dia berusah
menepis perasaanya. Membayangkan anaknya akan bahagia.
Saat menjelang pernikahan Bu Naning mencarikan uang
untuk membiayai pesta. Tak mungkin dia meminta pada saudaranya, dia pasti
dicibir dalam kelurga besar. Karena keluarganyapun tidak rukun semua, Terkadang
ia ingat suaminya yang selalu mendukungnya dengan setia, akhirnya mereka berdua
membesarkan anak-anak dengan segala karakternya. Namun Bu Naning tetap optimis
dan semangat menjalani kehidupan.
**
Kelopak bening mengalir dimatanya saat menuliskan
angka lima puluh juta rupiah untuk hutangnya.Dia menanggung sendiri, demi ingin
melihat kebahagiaan puterinya. Maklum Bu Naning hanya seorang pegawai
administrasi di kantor camat, memilki anak seorang dokter suatu prestasi
baginya. Sehingga dia ingin membesarkan hati anaknya meskipun menikah dikala
suaminya sudah tak ada. Namun dia yakin suaminya pasti bahagia disana.
Terkadang tetangganya heran sekaligus salut,
begitu kuatnya dia membesarkan anak-anaknya seorang diri. Keempat anaknya semua
mengenyam pendidikan tinggi dan jadi sarjana, namun yang lebih membanggakan
adalah Bu Naning memiliki seorang anak dokter. Di zamannya hanya anak seorang
pejabat dan tuan tanah yang bisa menyekolahkan anaknya menjadi dokter.
Pesta pernikahan berjalan dengan lancar. Para tamu
undangan nampak senang, makanan tersaji lengkap dan enak-enak. Bahkan ada
hiburan musik tradisional Banjarmasin mengalun syahdu. Pengantin bersanding
dengan mesra. Ibu Naning terlihat terdiam disudut ruangan.
***
Bu Naning
sosok perempuan tegar baginya perempuan memang harus selalu kuat. Harus selalu
ada kemewahan dalam kebersahajaan. Namun
kebahagiaan sejati ada dalam setiap kesyukuran dalam menghadapi semua cobaan.
Itulah pelajaran bahagia yang selalu menjadi prinsip hidupnya.
Saat Bu Naning mendampingi suaminya sebagai Kepala
Sekolah, Ia selalu saja dia setia meskipun suaminya pernah ditugaskan di daerah
terpencil di daerah lebak, dia tetap setia mendampingi. Itulah Bu Naning, selalu
tabah dalam kondisi, dia mengetahui betul tugasnya sebagai istri dan ibu bagi
anak-anaknya. Bahkan di kantornyapun dia tak berambisis sikut-sikutan untuk
meraih jabatan atau cari muka untuk atasan, Menurutnya menghabiskan waktu
mendidik anak-anak di rumah lebih utama. Bu Naning sosok yang supel dan ramah,
meski keluarga suaminya banyak yang cemburu padanya, karena suaminya memiliki
karir yang baik dan khawatir Bu Naning menjadi kaya dan membujuk suaminya agar
menjauhi keluarga besarnya, namun Bu Naning selalu tersenyum menghadapi
perangai keluarga suaminya, sosok perempuan yang tegar di era modern
**
Selembar surat terjatuh dari Kamus Sobota, kamus
lengkap kedokteran tentang anatomi tubuh
manusia
Buat Ibunda tercinta
Asslamu
alaikum ibku tersayang.,
Bagaimana
khabar dan keadaan Ibu. Semoga selalu sehat dan dalam lindungan Allah Swt.
Maafkan Ninda tak bisa selalu menelpon ibu lebih sering, padahal di
masa pensiun Ibu, pasti ibu butuh teman bicara dan bercerita. Apalagi Bapak
sudah tak ada sejak sepuluh tahun lalu. Engkau mendampingi dan membiayai kuliah
saya, abang dan kakak hingga selesai seorang diri. Sunggu engkau wanita kuat.
Aku selalu ingin sepertimu. Meski dibalik senyummu yang bersahaja dan suaramu
yang terdengar hangat dan ceria ditelpon, namun aku tahu banyak sekali
pikiranmu tercurah untuk kami yang selalurepotkanmu.
Ibu,
andai aku bisa mengulang waktu, aku a ingin bijaksana sepertimu saat memilih
Bapak jadi suami, aku salah memilih Ibu, Seorang lelaki yang seharusnya jadi
pelindung dan menafkahiku lahir bathin sebagai istrinya tidak terwujud. Aku
memang beruntung secara akademis memiliki profesi sebagai seorang dokter muda di salah satu rumah sakit daerah
harus menahan semua kegetiran ini. Disaat aku harusnya hanya menjadi seorang
istri dan ibu bagi anakku Tiara yang berusia tiga tahun namun harus ikut
membanting tulang membayar hutang suamiku karena keluarganya yang tidak mampu,
semula ku hanya ingin mengurangi beban suamiku, namun aku terjebak jauh. Semua
barang berharga sebagai mahar dan cincinnya dulu sudah aku jual demi menutupi
hutang keluarganya. Mas pri bahkan sering mentransfer uang untuk keluarganya
dari rekeningku tanpa sepengetahuanku. Belum lagi kondisinya yang bekerja
sebagai freelance di bengkel temanya, maafkan aku yang menutupi profilnya agar
ibu melihatnya sebagai menantu dulu. Jujur bu, bahkan mahar yang dia berikan
untukku berasal dari uang yang kupinjam hingga sekarang hutang itu belum lunas.
Ibu.. aku baru sadar betapa polosnya diriku
memaknai cinta, tanggung jawab dan pengorbanan. Semua menjadi bom waktu
sekarang. Aku ingin keluar dari semua ini. aku tidak bisa fokus study dengan
baik, karena spesialis menjadi dokter spesialis membutuhkan uang yang sangat
banyak, sementara aku harus memikirkan seorang diri. Ibu doakanlah agar aku
bisa bertahan. Ibu mengurus lima orang anak, namun kuat menjalani semua ini,
sementara aku mengurus satu anak saja rasanya sudah erat sekali. Aku berharap
masalahku selesai dan Mas Pras sadar akan tanggung jawabnya, Ternyata menikah itu bukan hanya
modal cinta serta janji yang terucap saat akad nikah namun juga tanggung jawab
dan komitmen yang tinggi ya bu. Saya tersadar dan terhempas, namun curahan
hatiku ini hanya dalam beberapa kalimat yang mungkin akan meresahkan hatimu dan
membuatmu luka. Belum lagi Kakak dan abang yang ikut menanggung beratnya
masalah finasial yang aku rasakan, semoga kami tetap rukun ya bu. Mereka sudah
ikut membantu biaya kuliahku, sepeserpun tak ada bantuan dana dari mas pri atau
keluarganya. Tapi aku berjanji kelak melunasi hutang-hutangku pada kakak dan
abang jika sudah selesaiu studi.
Ibu
aku menuliskan surat ini, saat jam istirahat makan siang , sebentar lagi dosen
akan datang dan ujian akhir akan dimulai minggu depan, doakan aku lulus ya bu.
Agar kelak bisa pulang dan berkumpul dengan ibu, Sungguh aku rindu masakan ibu
juga peluakn ibu yang menguatkanku.
Aku
tak tahu apakah suratku ini, akan sampai ketangan ibu atau hanya kusimpan saja,
Aku takut bu, maafkan aku anakmu. Aku hanya ingin jadi Ibu dan istri yang baik.
Ibu
aku menyayangimu.
Salam
sayang dari Pamulang
Laras
Seorang wanita mengusap matanya membaca tulisan
tangan tersebut. Buku Sobota masih tergeletak di meja Dia melipat kembali suart
itu dan meletakkannya diatas meja. Semua buku-buku masih terbungkus rapi di beberapa kotak. Semua barang baru
sampai hari ini di rumahnya. Puterinya menjual rumah untuk melunasi
hutang-hutangnya dan mengirimkan sebagian barangnya ke rumah Ibu tersebut.
Mereka memang sangat dekat, dan sering saling curhat. Namun wanita tersebut
tidak tahu harus iba atau marah membaca suart itu, di satu sisi dia kasihan
atas surat perempuan itu, disatu sisi dia kecewa akan kebohongan dan juga marah
akan sikap laki-laki yang tertulis dalam surat tersebut. Namun dia harus lapang
dada, tenag serta berdoa bahwa segala kemudahan akan tiba pada saatnya. Dia hanya mengirimkan doa dan nasihat.
Meski wanita selalu tersudut dan terluka dalam setiap penderitaan, namun dia
harus kuat menghadapi cobaan dan menguatkan dirinya.
Nak,
teruslah yakin pertolongannya dekat, dan aku ibumu akan sellau mendoakan dan
mengharapkan yang terbaik untukmu.
Banjarmasin
Ibundamu
yang selalu menyayangimu
Naning
Tangannya perempuan tua itu yang sudah mulai
keriput itu hanya menuliskan beberapa lembar kalimat. Dan itu cukup membuatnya
diampenuh takzim. Tak percaya namun begitulah adanya
Sayup-sayup azan magrib terdengar syahdu dan riuh.
Seperti riuhnya perasaan hati
seorang Ibu bernama Naning yang kuat dan tegar. Ia menerima segala takdirnya
dengan tawakkal dan mengalir, seperti mengalir dan derasnya sungai Mahakam yang
membelah kota Banjarmasin. Begitu
juga harapan Bu Naning yang terus memanjaatkan doa yang terus mengalir deras di hatinya untuk kebahagiaan
puterinya*
* Tulisan ini adalah Kisah nyata seperti pengalaman yang dituturkan oleh seorang dokter muda kepada penulis. Tulisan ini ditulis atas seizinnya.
* Tulisan ini adalah Kisah nyata seperti pengalaman yang dituturkan oleh seorang dokter muda kepada penulis. Tulisan ini ditulis atas seizinnya.
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Writing Project #DearMama yang diselenggarakan Nulisbuku.com dan Storial.co
*
Penulis 21 Buku, Pembicara Publik, Pemenang Lomba Poetry Slam, Gothe Institute,
Jerman dan Pendiri Reading Corner Lentera Pustaka Indonesia ”.
0 comments:
Post a Comment