Thursday, September 26, 2013

Cinta Bersemi di Gedung Berpelangi, Senayan



Aku berjalan menyusuri kolam dengan monumen air mancur di sudut depannya, dia menatapku dengan tersenyum, ada beberapa kuntum bunga kamboja di tangannya,
" aku suka wanginya, kamu suka juga kan?" katanya dengan menatap mataku dalam-dalam.
Aku diam tersenyum simpul.  “ ya, aku suka wanginya, tidak menusuk hidung” jawabku
“kamu suka kamboja warna apa?”
“ aku suka kamboja merah muda, abang suka warna apa?”
“aku suka putih gading dek”
“ kalau begitu kita united, “merah putih”
“ hehehehe, iya juga , kamu bisa aja, nasionalis yang manis”
“ hehehe, abang bisa aja,tapi apa ada kamboja yang berwarna hijau, biar kamboja menyatu menjadi   pelangi”?

“ ada kok kamboja warna hijau, itu kalau kambojanya masih jadi putik,hehehhe”
Kami tertawa bersama, mengalir dan lepas. Hari masih pagi, sekitar jam 6 , udara masih segar, dia selalu setia mengantarku ke tempat kerja. Dan sebelum bertemu dengannya, Aku selalu merasa heran begitu banyak persamaan pada kami, dan satu hal yang sering kulakukan di pagi hari  saat melewati taman, aku akan mengumpulkan bunga kamboja yang berguguran, dan meletakkannya di meja kerja dalam kendi mungil, aromanya wangi dan soft, mewarnai hariku.
 Pagi ini didepan  gedung tua tempatku bekerja, dengan kolam  persegi didepannya, dan bias pelangi yang memantul di permukaan air kolam  menjadi saksi kebahagiaanku, rupa-rupa rasaku, rasa yang campur aduk, seperti pelangi.

 Yoga menyematkan  bunga kamboja di telinga kananku
“ kamu cantik pagi ini, Rania” katanya
“secantik pelangi itukah?’jawabku lagi
Dia tersenyum sejuta arti.


Yoga melingkarkan lagi cincin pernikahan kami di depan gedung berpelangi itu, gedung  yang jadi saksi  bagiku mengikat janji untuk mengabdi pada negeri ini dan mengikat janji dengan belahan jiwaku.
Pagi ini hatiku dan hatinya memerah, menguning dan menghijau seperti pelangi yang selalu hadir pada pagi dan rembang petang yang tak pernah kami lupakan.
Namun aku harus ikhlas melepasnya selama setahun, karena dia meraih mimpi yang sebentar lagi terwujud, Yoga mendaptkan beasiswa  doktoralnya , surat yang dia terima dari Keduataan Inggris kemarin akan mengubah rencana yang kami susun untuk bulan madu ke yogja, kami ingin menikmati senja berpelangi di utara candi, dia suka bangunan sejarah, sedangkan aku suka suasana masyarakatnya yang ramah disetiap sudut kota. Apakah masih ada pelangi terakhir yang jadi saksi untuk kami sebelum dia pergi ? atau dia akan menyaksikan pelangi di sudut Buckingham Palace saat pergantian penjaga istana dengan seragam merah-merah, namun doaku sangat sederhana, kuyakin dia menjaga hatinya untukku, hingga aku membaca email di laptpnya yang menyala, takk terasa airmataku menetes….

***
Aku melihat Yoga masih sibuk memilih-milih buku yang akan dia bawa ke Inggris, sesekali dia meletakkan kembali buku ke raknya, saya mengerti karena  buku yang dibawa tidak bisa banyak, untuk mengurangi biaya bagasi sesuai standar penerbangan internasional. Aku sebenarnya sangat ingin mendampinginya menuntut ilmu di negeri seberang, namun dalam perjanjian beasiswa tersebut istri tidak diperkenankan ikut serta kecuali dengan biaya sendiri, pilihan yang sulit bagi kami, namun aku sangat kagum pada suamiku, sosok yang cerdas dan pekerja keras, aku memang belum lama mengenalnya, kedua orang tua kami yang aktif di taklim mempertemukan kami dan akhirnya kami bertemu di masjid saat iktikaf ramadhan higngga akhirnya kami menikah dengan perkenalan selama dua bulan.


Sosoknya pendiam  berbeda denganku yang senang bicara, namun terkadang perbedaanlah yang menyatukan dua hati, ada campur tangan Allah dalam pertemuan kami, invisible hand dalm teori ekonomi yang kupelajari saat kuliah.
Mimpi yang Yoga raih adalah bagian dari mimpiku juga, mimpi yang tertunda, karena banyak pilihan-pilihan sulit yang harus aku ikhlaskan. Namun aku yakin kelak semua pilihan tersebut akan membuka banyak pintu kebaikan bagiku. Aku belajar optimism dari suamiku,  Yoga
  
Yoga jika aku sedang diam dan tak ceria seperti baisanya, dia akan memelukku dari belakang dan menyambapaikan cerita atau beberapa potongan  ayat dan hadis menyemanagatiku, Kukira sikapanya yang pendiam dulu saat berkenalan  hinga membuatku yakin dia karakter yang dingin, rupanya Yoga sosok perhatian dan lucu juga.

0 comments:

Post a Comment