Sunday, April 5, 2015

Dunia Humas, Dunia Penuh Warna


Setiap orang adalah makhluk sosial
membutuhkan orang lain dalam kehidupan
saling mengenal dan menjalin hubungan
membutuhkan waktu yang panjang
menuju ranah pemahaman dan pengertian
namun itulah indahnya ketika sebuah jalinan 
berproses dan bertahan 
dalam dinamika kehidupan

( Garut, 2015)


Bebarapa baris kalimat diatas adalh refleksi yang  saya dapatkan setelah menerima amanah tugas bekerja di humas keparlemenan. 15 Desember 2014, adalah akhir tahun menuju awal saya merasakan " tour of duty"  sebagai kado akhir tahun yang saya juga menrimanya dengan kesyukuran, keharuan dan juga kekahwatiran. Akankah saya mampu memebrikan yang terbaik dalam dunia yang  berwarna, riuh, politis, dinamis ini ?

Namun saya rasa modal seorang menjadi humas adalah menyenangi manusia dalam konteks senang mengenal banyak sosok-sosok manuasia yang sudah kita kenal lama atau baru kita kenal untuk masuk dalam kehidupan kita. baik ranah formal maupun informal di lingkungan pekerjaan.

Tugas menjadi seorang humas tidak sesederhana dalam makna " hubungan masyarakat" dan selesai begitu saja, namun perlu memeliharanya sehingga menunjang pekerjaan kita dan menjaga hubungan baik antara kedua belah pihak.

Penugasan pertama yang penuh kejutan, haru dan membangkitkan adrenalin saya adalah saat harus mendampingi ketua dewan untuk turun kje daerah tepatnya garut, dengan persiapan 1 hari, yakni menghubungi jurnalis media cetak dan media elektronik untuk meliput dan mengkonfirmasi sebelum hari H. Lumayan butuh tenaga ekstra karena lokasi yang akan didatangi adalah salah satu psantren di garut, hingga malam saya menghubungi para jurnalis yang sudah Ok hingga terkumpullah rekan  jurnalis dari Sindo, Indopost, TV One, Trans TV, Majalah Senator. Saya juga masih kuliah malam di UI, dan pulang larut, entah karena kelelahan hp saya terjatuh saat perjalanan pulang dari taksi. lengkaplah sudah, semua nomer hp jurnalis dan pimpinan ada disana, Rasanya mau menangis saja.


Allah menguji kesetiaannya memegang amanah di awal pertama. Saya berpikir saya tak akan dipercaya lagi, saya merasa kejadian ini kelalaian saya, tapi tentu ini adalah musibah kecil yang saya tidak bisa kendalikan.

Malamnya tepat jam 00.00 Wib say amenuju kantor Grapari Telkomsel yang dekat dengan kebon Sirih, dan nomer saya di blokir dan kemudian diganti dengan nomer yang sama dengan pemulihan aktif 1x 24 jam, wah bisa dibayangkan strssnya saya, sampai tak bisa tidur semalaman hingga tertidur jelang shubuh, saya coba kontak pimpinan saya mernyatakan keadaan saya melalui email, namun tak ada balasan. Dalam jadwal kami akan berangkat jam 11, saya sudah siap-siap jam 8 dari rumah, namun nomer simapti saya belum juga bisa digunakan, akhirnya saya berniat membeli kartu baru dan hp baru, namun tentu semua jurnalis menghubungi saya melalui nomer lama. lengkaplah ujian survival bagi saya. jam 09.30 saya dapat nomer hp baru, dan langsung menuju senayan diantar oleh sahabat saya, dan tibalah kami jam 10.15. ternyata tak ada siapapun disana, hanya beberapa Pamdal ( pengaman dalam)

" Tadi rombongan jurnalis sudah berangkat jam 10 Bu"
" oh ya Pak, apa semua sudah berangkat?, jadwalnya dimajukan ya"?
" mungkin Bu, tadi ada dari humas pemberitaan yang berangkat"

Saya terdiam, tiada konfirmasi sebelumnya, bathin saya.

saya terdiam, menangis dan speechless, otot saya rasanya lemas, hari pertama sudah merasa bersalah dan tak berdaya, tapi saya tetap berusaha positif thingking dan berzikir, Namun masih mencari jalan menghubungi beberapa pimpinan dengan menanyakan nomer HP kepada Pimpinan saya sebelumnya, pak Tambunan yang dulu satu unit kerja di bagian Hukum dan Kebijakan, saat itu saya stafnya yang sering menulis pidato dewan

alhamdulillah nomer hp Pak MD saya dapatkan dan saya tekan nomer hp beliau dengan gemetar.

HP diangkat

" assalmu alaikum ww, Pak Mohon maaf saya sudah di kantor< hp saya hilang, saya sudah email bapak shubuh kemarin, tapi tak ada balasan"

" kamu dimana sekarang"
 " Di kantor Pak, tadi nyoba konfirmasi lagi Kompas TV, jadi bagusnya saya gimana Pak'?
" ya sudah kamu di jakarta saja, mengawal releasenya, kami sudah berangkat"

" oh, begitu ya pak" suara saya lemas dan lirih

saya merasa tidak berdaya dan merasa tak mampu melaksanakan tugas di hari pertama, padahal ada kejutan lain yang Allah berikan

saya telpon adik meminta doa dan dukungan, setelah berpikir tenang , saya kontak rekan kerja protokol pimpinan, dan ternyata mereka belum berangkat.

Lalu, kejaiban kedua datang lagi , mobil seorang senator yang mengenal saya karena pernah kerjasama dalam pembuatan endorsment buku saya untuk kerja sosial melintas, dan bisa dibayangkan apa yang terjadi

" mau kemana Rida"
" saya harus ke Garut Pak, tapi ini saya tertinggal rombongan Pak, jika saya beruntung saya harus kejar lima menit lagi kekuningan< bagusnya gimana ya Pak?"
: oh ya, ok supir saya harusnya makan siang dulu ini, belum istirahat, tapi berangkat saja nanti dia yang hantarkan kamu ke rumah ketua"

saya merasa didepan saya ada malaikat yang Allah turunkan "

Ternyata dalam siatuasi apapunm situasi sulit, genting, bahagia dan euporia, kita tetap harus mengingat kebesaran Allah yang  emngurus urusan kita"

Hikmah yang langsung saya dapatkan


:::

Bersambung 


Saya sampai tepat waktu, supir tersebut dengan lihai meluncur ditengah macet, 
Rumah kediaman beliau ada 3 mobil, yang besar dengan nomor polisi RI 7, benar Bapak belum berangkat

saya menenangkan diri di mobil, barang-barang saya pindahkan. kemudian saya dipanggil staf protokol , diperkenalkan dengan ibu dan saudaranya

" Ini edrida Pak, staf Humas, Penulis 17 buku"
" oh ya, ok,,bagus,,bagus,,sudah lama ya"
" baru saja Pak"
" Ok, siapa namanya tadi"/
: Edrida Pak" jelas saya sambil menyalam beliau


Kami siap-siap berangkat Ibu melepas Pak Ketua dewan dengan penuh mesra, indah sekali pemandangan tersebut, menghibur hatti..

Pasukan pengawal sudah siap-siap didepan, sirene menggema dengan suara merdu.

Bismillah, tugas negara itu kumulai di hari pertama, menuju psantren daerah pemilihan senator Jawa Barat

rasanya sedikit lega, dan pekerjaan lancar selama di Garut, semua jurnalis meliput dengan baik dan saya sempat beramah tamah dengan kaum ibu dan masyarakat sekitar, say menikmati semua dengan kesyukuran. Hari itu terlewati dengan baik, ditengah kepanikan dan ketidak berdayaan saya, saya berhasil berangkat ke daerah tugas mendampingi ketua dewan dengan satu doa, " ridhoilah saya dan pekerjaan saya ya Allah"

Dunia humas, dunia yang dinamis. Kita harus siap-siap menerima kondisi internal dan eksternal, dan jangan pantang menyerah apapun yang terjadi

Karana saya yakin selain penilaian manusia yang subjektif, ada Tuhan yang melihat kita bekerja dengan objektif, Bekerja adalah ibadah dan Allah sudah memilih kita dalam ruang-ruang ranah masyarakat..

namun terngiang kalimat bunda saya yang selalu memberi motivasi

" kini engkau tidak bisa menjadi seorang individu yang mewakili dirimu lagi, engkau milik  pimpinan, masyarakat dan negara, bekerjalah yang terbaik, ikhlas dan niat ibadah, semoga kelak engkau tuntaskan pekerjaanmu dengan paripurna, jangan pernah mengeluh, ikhlas, ikhlas, ikhlas" kata ibu dengan lirih dari jarak 9 jam perjalanan di daerah Sumatera Utara sana. Saya terdiam memanjatkan doa dan terseyum. Terimakasih Allah. kelak ini akan jadi kisah dan pengalaman yang unik dan historis dalam hidupku, Karena disinilah aku memulai mengenali diriku, penyelenggara negara, lembaga, rekan kerja, rekan media, masyarakat, konstituen, pramusaji, petugas loper koran, cleaning service, perawat taman, pengaman dalam, partai politik dan ragam manusia dengan berbagai latar belakang.

Aku akan mencoba mencintai pekerjaaan yang sudah kumiliki, bukankah kusampai disini sebagai bagian dari perjalanan puluhan tahun yang lalu.

ya, tahun 2006, aku pernah berdiri dan berpoto di depan gedung kura-kura, gedung parlemen senayan sebagai delegasi jambore nasional Sumatera Utara, yang mewakili organisasi Pramuka saat saya duduk di bangku SMP, kini saya kembali dengan tugas yang berbeda.

Salam inspirasi, be optimistic with yourself, and your duty, you will find yourself, your holy calling for society, state and the world. 





1 comments: