Thursday, September 8, 2016

Hari Literasi Internasional dari semangat RA Kartini dan Margaret Fuller



Hari Literasi Internasional dari semangat RA Kartini dan Margaret Fuller

Tanggal 8 September diperingati sebagai hari literasi Internasional. Sejenak saya terpikir untuk menuliskan dua sosok perempuan yakni RA Kartini dari Indonesia dan Margarret Fuller dari Amerika. Dua sosok perempuan yang menjadi inspirasi bagi negaranya dalam bola dunia yang sama.
Namun sebelumnya, mari membuka mata berdasarkan data World's Most Literate Nations, peringkat minat baca Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara. Peringkat tersebut merupakan hasil penelitian dari Central Connecticut State University tahun 2016. Saya juga akan menampilkan tablel buta aksara beberapa daerah di Indonesia pada tahun 2010 dari Data BPS diakhir tulisan.          
Hanya untuk membagi semangat bahwa disekitar kita banyak keluarga dan saudara kita sebangsa dan setanah air yang masih buta aksara. Sebelum bercerita tentang dua sosok yang saya dapat dari sumber biografi mereka, saya akan tampilkan kondisi literasi kita dalam rekapitulasi BPS tahun 2016 dalam Angka Buta Aksara


Rekapitulasi Angka Buta Aksara Data Badan Pusat Statistik (BPS)

No
Propinsi
Jumlah (Orang)
15-24 Tahun
25-44 Tahun
45-59 Tahun
Jenis Kelamin
L
P
L
P
L
P
L
P
1
44.586
2.052
1.963
4.647
9.973
6.184
19.767
12.883
31.703
2
718.107
21.293
16.656
65.697
144.196
144.994
325.271
231.984
486.123
3
977.961
21.084
14.574
76.781
144.401
223.748
497.373
321.613
656.348
4
82.076
1.612
1.053
6.650
10.287
18.298
44.176
26.560
55.516
5
1.900.403
28.484
29.247
195.346
365.209
458.954
823.163
682.784
1.217.619
6
101.686
4.563
3.793
13.763
25.396
16.457
37.714
34.783
66.903
7
197.314
15.260
20.103
29.388
54.738
24.408
53.417
69.056
128.258
8
161.934
15.774
31.374
17.606
50.032
15.774
31.374
49.154
112.780
9
70.553
4.727
4.524
9.635
17.479
9.992
24.196
24.354
46.199
10
80.641
3.267
3.268
9.014
20.778
12.018
32.296
24.299
56.342
11
117.554
8.962
6.328
17.576
25.984
18.243
40.461
44.781
72.773
12
128.006
5.548
3.922
15.144
23.176
24.709
55.507
45.401
82.605
13
215.094
9.372
9.827
27.098
54.818
35.083
78.896
71.553
143.541
14
35.526
2.219
1.894
4.963
8.813
5.448
12.189
12.630
22.896
15
86.656
3.531
3.035
11.527
22.015
13.613
32.935
28.671
57.985
16
41.627
2.072
1.647
5.824
9.224
7.541
15.319
15.437
26.190
17
17.338
1.755
946
3.874
2.958
3.827
3.978
9.456
7.882
18
72.542
6.306
5.040
14.926
17.076
11.579
17.615
32.811
39.731
19
466.252
26.330
17.266
82.986
95.698
95.377
148.595
204.693
261.559
20
88.947
5.427
4.046
13.262
20.432
14.621
31.159
33.310
55.637
21
21.860
1.814
1.868
3.964
5.744
3.012
5.458
8.790
13.070
22
153.093
3.847
4.593
15.336
34.710
26.854
67.753
46.037
107.056
23
455.821
11.562
14.267
60.159
132.230
84.883
152.720
156.604
299.217
24
402.030
46.788
75.154
59.815
98.331
46.788
75.154
153.391
248.639
25
633.080
65.566
77.096
169.252
212.242
62.427
46.497
297.245
335.835
26
37.755
2.017
1.517
4.658
9.072
5.938
14.553
12.613
25.142
27
19.226
1.506
1.459
3.036
4.769
2.710
5.746
7.252
11.974
28
218.750
7.604
6.804
21.593
50.804
39.879
92.066
69.076
149.674
29
29.323
2.087
1.677
4.759
7.131
4.560
9.109
11.406
17.917
30
32.572
3.809
1.824
9.285
6.006
6.206
5.442
19.300
13.272
31
34.716
2.668
3.935
6.611
10.982
4.191
6.329
13.470
21.246
32
25.134
1.420
1.210
4.275
6.300
4.069
7.860
9.764
15.370
33
68.825
4.971
3.944
12.484
17.161
11.268
18.997
28.723
40.102
34
15.639
860
763
2.686
4.128
2.777
4.425
6.323
9.316

INDONESIA
7.752.627
346.157
376.617
1.003.620
1.722.293
1.466.430
2.837.510
2.816.207
4.936.420
* data BPS Tahun 2010 (sampel, 15-24 Tahun, 25-44 Tahun & 45-59 Tahun)

Dan mari mengenang sosok Kartini. Sosok perempuan itu bernama RA Kartini. yang lahir pada tanggal 21 April tahun 1879 di Kota Jepara, lahir di sebagai anak kelima ditengah 11 bersaudara, yang juga merupakan keluarga bangsawan dengan Ayah bernama R.M. Sosroningrat, dan Ibu kartini yang bernama M.A. Ngasirah, Kartini kecil di ELS (Europese Lagere School.Seorang perempuan jawa yang meretas waktu di zamannya dengan filosofi hidup sejati dalam kumpulan suratnya habis gelap terbitlah terang. Surat berisi keresahannya tentang nasib perempuan untuk bisa bersekolah di zaman kolonial.  Kartini kemudian belajar Bahasa Belanda dan bersekolah disana hingga ia berusia 12 tahun sebab ketika itu menurut kebiasaan ketika itu, anak perempuan harus tinggal dirumah untuk 'dipingit'.



Gambar  1 :  RA Kartini doc https://www.storibriti.com



      R.A Kartini aktif dalam melakukan korespondensi atau surat-menyurat dengan temannya yang berada di Belanda sebab beliau juga fasih dalam berbahasa Belanda. Dari sinilah kemudian, Kartini mulai tertarik dengan pola pikir perempuan Eropa yang ia baca dari surat kabar, majalah serta buku-buku yang ia baca. Hingga kemudian ia mulai berpikir untuk berusaha memajukan perempuan pribumi sebab R.A Kartini banyak membaca surat kabar atau majalah-majalah kebudayaan eropa yang menjadi langganannya yang berbahasa belanda, di usiannya yang ke 20, ia bahkan banyak membaca buku-buku karya Louis Coperus yang berjudul De Stille Kraacht, karya Van Eeden, Augusta de Witt serta berbagai roman-roman beraliran feminis yang kesemuanya berbahasa belanda, selain itu ia juga membaca buku karya Multatuli yang berjudul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta. R.A Kartini berusia sekitar 24 tahun, ia dinikahkan dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang merupakan seorang bangsawan dan juga bupati di Rembang yang telah memiliki tiga orang istri. Keinginannya menjadi guru tidak pernah terwujud, di usia 25 tahun , usia yang masih muda RA Kartini wafat pada tanggal 17 September 1904, Kartini wafat dan mewariskan semangat literasi pada anak bangsa.”. Mari kita baca kutipan surat RA Kartini tentang Pendidikan, Literasi dan Impiannya

Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1901

“Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”.


Surat Kartini kepada Nyonya Abendon, 10 Juni 1902
 
“Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang setengah Eropa atau orang Jawa yang kebarat-baratan”.
       Jika beliau masih hidup mungkin akan menyaksikan bagaimana budaya surat menyurat sudah hilang kedalam dunia digital dalam zaman mosernisme digantikan email dan lembaran-lembaran buku digantikan e- book. Namun itu tentu hanya wajah moderenitas yang penting adalah semangat membaca yang harus tumbuh di setiap masyarakat Indonesia  baik di pelosok desa hingga Kota. Semangat literasi  harus dibangun dalam sinergitas Pemerintah, Swasta, Akademisi dan juga komunitas penggiat literasi. Kita cukup terinspirasi begitu banyak taman baca, perpustakaan tumbuh dengan swadaya.

                              

Gambar  2 :  Margaret Fuller doc https://www.poetryfoundation.org

    Lalu mari menyeberang benua dan sejenak mengenang sosok Margaret Fuller perempuan yang juga dilahirkan di abad 18, sama dengan RA Kartini. “Today a reader, tomorrow a leader.”  Itulah kalimat inspiratif dari   Margaret Fuller perempuan  lahir di Cambridgeport, Massachusetts tanggal 23 Mei 1810. Kutipannya sangat menarik yang menjelaskan tentang seorang yang gemar membaca akan menjadi pemimpin di kemudian hari. Tentu hal tersebut bisa dijabarkan lagi dengan membaca maka akan menghasilkan wawasan yang luas, pemahaman dari buku-buku yang di baca. Dalam konteks Pemimpin di Indonesia seperti  Bapak Pendiri Bangsa Soekarno dan Hatta adalah seorang yang haus membaca, bahkan dalam satu biografi Hatta merelakan menjual jas nya demi membawa serta bukunya saat di pengasingan. Begiti juga dengan sosok Soekarno yang terlihat juga memiliki perpustakaan mini di tempat pengasingannya di Ende dan juga hasil tulisan dan karya-karyanya
Dalam tulisan Galih Setyo Pribadi menjelaskan bahwa perempuan kelahiran Amerika dengan nama lengkap Sarah Margaret Fuller adalah  anak pertama dari Timothy Fuller dan Margaret Crane Fuller.  Margaret adalah seorang wartawan dan aktivis,  dia juga  wanita pertama penuh waktu resensi buku dalam jurnalisme. Pada saat dia tiga puluh, ia dianggap sebagai orang yang terbaik-baca di New England (pria atau wanita) dan dia menjadi wanita pertama yang diizinkan penggunaan Harvard College Library. Dia juga aktivis hak ini perempuan setia ini. Margaret adalah penulis kutipan terkenal 'hari ini pembaca, besok pemimpin.
Ayahnya mengajarkan baca dan tulis saat Margaret berusia tiga setengah tahun. Ayah Margaret mendidiknya dengan sangat keras dan disiplin, dia tidak diperbolehkan membaca artikel yang bersifat kewanitaan seperti etiquette books dan novel romantic. Di siang hari, Margaret sering kali menghabiskan waktu bersama ibunya, di waktu senjang tersebut biasanya sang ibu mengajarkannya cara mengurus rumah dan menjahit. Pada tahun 1817, ayah Margaret terpilih sebagai perwakilan di United States congress, hal tersebut mengakibatkan Margaret harus pindah dan tinggal di Washington DC. Margaret sempat menimba ilmu di beberapa sekolah yang beberapa di antaranya adalah sekolah khusus perempuan. Di rumah, Margaret menghabiskan waktunya untuk mempelajari bahasa asing dan beberapa jenis hasil karya literature.
Pada usianya yang ke 30, Margaret adalah seorang yang menggilai buku bacaan, kebiasaannya tersebut membuatnya memiliki reputasi sebagai pembaca terhebat di New England. Pada tanggal 2 Oktober 1835, ayah Margaret meninggal akibat Kolera, kejadian tersebut cukup memukulnya sehingga dia terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Pada tahun 1836, Margaret menerima pekerjaan mengajar di Bronson Alcott's temple School di Boston selama setahun. Setelahnya dia menerima tawaran untuk mengajar di Greene Street School di Rhode Island dengan gaji sebesar 1000 USD. Pada 6 November 1839, Margaret menggelar diskusi pertamanya yang dihadiri perempuan di daerah sekitar Massachusetts, isi dari perbincangan tersebut adalah tentang karya seni, sejarah, mitos, literature, dan alam yang kesemuanya ditujukan untuk menambah pengetahuan para peserta. Margaret adalah seorang pembela hak perempuan dan pemerhati perempuan. Dia juga mendukung banyak gerakan yang bersifat kemanusiaan di Amerika, seperti gerakan pembela hak tahanan dan gerakan emansipasi budak. Banyak pembela hak perempuan yang menyatakan bahwa Margaret adalah sumber inspirasi mereka. Mari kita nikmati puisi Margaret Fuller di bawah ini. Karena  Margaret juga menulis dan mencitai puisi


The One in All

There are who separate the eternal light
In forms of man and woman, day and night;
They cannot bear that God be essence quite.

Existence is as deep a verity:
Without the dual, where is unity?
And the ‘I am’ cannot forbear to be;

But from its primal nature forced to frame
Mysteries, destinies of various name,
Is forced to give what it has taught to claim.

Thus love must answer to its own unrest;
The bad commands us to expect the best,
And hope of its own prospects is the test.

And dost thou seek to find the one in two?
Only upon the old can build the new;
The symbol which you seek is found in you.

The heart and mind, the wisdom and the will,
The man and woman, must be severed still,
And Christ must reconcile the good and ill.

There are to whom each symbol is a mask;
The life of love is a mysterious task;
They want no answer, for they would not ask.

A single thought transfuses every form;
The sunny day is changed into the storm,
For light is dark, hard soft, and cold is warm.

One presence fills and floods the whole serene;
Nothing can be, nothing has ever been,
Except the one truth that creates the scene.

Does the heart beat, — that is a seeming only;
You cannot be alone, though you are lonely;
The All is neutralized in the One only.

You ask a faith, — they are content with faith;
You ask to have, — but they reply, ‘IT hath.’
There is no end, and there need be no path.

The day wears heavily, — why, then, ignore it;
Peace is the soul’s desire, — such thoughts restore it;
The truth thou art, — it needs not to implore it.

The Presence all thy fancies supersedes,
All that is done which thou wouldst seek in deeds,
The wealth obliterates all seeming needs.

Both these are true, and if they are at strife,
The mystery bears the one name of Life,
That, slowly spelled, will yet compose the strife.

The men of old say, ‘Live twelve thousand years,
And see the need of all that here appears,
And Moxen* shall absorb thy smiles and tears.’

These later men say, ‘Live this little day.
Believe that human nature is the way,
And know both Son and Father while you pray;

And one in two, in three, and none alone,
Letting you know even as you are known,
Shall make the you and me eternal parts of one.’

To me, our destinies seem flower and fruit
Born of an ever-generating root;
The other statement I cannot dispute.

But say that Love and Life eternal seem,
And if eternal ties be but a dream,
What is the meaning of that self-same seem?

Your nature craves Eternity for Truth;
Eternity of Love is prayer of youth;
How, without love, would have gone forth your truth?

I do not think we are deceived to grow,
But that the crudest fancy, slightest show,
Covers some separate truth that we may know.

In the one Truth, each separate fact is true;
Eternally in one I many view,
And destinies through destiny pursue.

This is my tendency; but can I say
That this my thought leads the true, only way?
I only know it constant leads, and I obey.

I only know one prayer — ‘Give me the truth,
Give me that colored whiteness, ancient youth,
Complex and simple, seen in joy and truth.

Let me not by vain wishes bar my claim,
Nor soothe my hunger by an empty name,
Nor crucify the Son of man by hasty blame.

But in the earth and fire, water and air,
Live earnestly by turns without despair,
Nor seek a home till home be every where!’


Notes:
*Buddhist term for absorption in the divine mind.
Source: She Wields a Pen: American Women Poets of the Nineteenth Century (University of Iowa Press, 1997

Dua sosok perempuan yang mengubah dunia dengan mulai dari dirinya, masyarakatnya hingga bangsanya. Perempuan memang punya talenta menjadi guru sejati dimanapun,membuka terang setelah kegelapan malam. Menjadi mata air dalam gurun yang tandus. Semoga makin banyak warga dunia yang bisa membaca dan menulis, sebagai kebutuhan dasar yang kelak menjadi insisiator peradaban bangsa dan peradaban dunia. Selamat Hari Literasi Internasional. Salam inspirasi.


Sumber :      http://bindikmas.kemdikbud.go.id/buta_aksara/
              http://www.margaretfuller.org
               http://www.biografipahlawan.com

0 comments:

Post a Comment