Film Negeri Tanpa Telinga
merupakan film yang menyorot soal politik, korupsi, kekuasaan dan skandal seks
ini merupakan film arahan Lola Amaria ini didukung oleh beberapa aktor senior Ray
Sahetapy, Lukman Sardi, Gary Iskak, T. Rifnu Wikana, Tanta Ginting dan
pendatang baru Jenny Zhang.
Gambar 1 : Para Pemain Film Negeri Tanpa Telinga pada acara premier doc.pribadi
Gambar 2 : Poster Film Negeri Tanpa Telinga pada acara premier doc.pribadi
Dalam film ini mengisahkan
tentang Naga (T.Rifnu Wikana) yakni sosok tukang pijit yang terbiasa
memberikan jasanya kesemua kalangan baik orang biasa hingga orang-orang penting
sebagai tokoh politik. Hingga dia juga
mengenal Piton (Ray Sahetapi) yang berambisi jadi presiden dengan mengorupsi
dana impor negara untuk membiayai partai politiknya, Dia juga berselingkuh
dengan Tikis Queenta (Kelly Tandono) seorang perempuan pelobi ulung yang
bisa masuk ke semua lini parlemen dan orang-orang partai
yang juga bagian dari anggota partainya.
Gambar 3 : Penyangan Film Negeri Tanpa Telinga pada acara premier di Jakarta Teater doc.pribadi
Gambar 4 : Konfrensi pers antara seluruh tim pendukung Film Negeri Tanpa Telinga pada acara premier doc.pribadi
Gambar 5 : Pertanyaan dari jurnalis info sinema terkait Film Negeri Tanpa Telinga pada acara premier doc.pribadi
Hingga terjadi polemik
diantara keduanya dan Tikis membeberkan semua rahasianya ke media yang
diceritakannya pada seorang host TV9 (TV Nine) bernama Chika Cemani (Jenny
Zhang) yang melakukan investigasi lewat berbagai sumber.
Dan Tikis akhirnya
mendapatkan ancaman setekahnya dan masuk penjara bersama rekan politisi lainnya.
Naga akhirnya tidak tahan mendengar berita-berita dari tokoh-tokoh besar yang
dikenalnya. Telinga Naga lah yang sebenarnya menangkap semua percakapan dan
perbincangan orang-orang itu. sebagai tukang pijat, ia mendengar semua
pembicaraan orang-orang penting itu, bagaimana mereka melakukan transaksi
busuk, mendengar keluh kesah Piton yang selalu tidak dianggap pun oleh istrinya
sendiri. Percakapan itulah yang membuat Naga muak. Orang kecil yang sangat
mencintai istrinta, tetapi ia terjebak dalam suasana yang sangat tidak ia
inginkan. hingga membocorkannya pada jurnalis dan akhirnya dia
dianggap berbahaya oleh sebagian pihak dan menganiayanya.
Sementara sebuah rencana konspirasi
besar dilakukan oleh Partai Amal Syurga. Sang ketua partai Ustad Etawa (Lukman
Sardi) bekerja sama dengan importir daging domba, berusaha memanipulasi uang
negara untuk keuntungan partainya. Rencana tersebut disusun rapi dengan
berbagai dalih. Dan aktivitas partai yang selalu memakai symbol-simbol religi
tersebut ternyata berbanding terbalik dengan segala tindak tanduk para petinggi
partainya.
Film yang awalnya
berdurasi 3, 5 jam ini akhirnya di edit
menjadi 1 jam lebih saja dengan editor film Aline. Menurut Lola ide ini berasal
dari berbagai tayangan media dan surat khabar yang selalu menceritakan soal
korupsi, skandal seks dan politik transaksional sehingga inilah ide dasar
pembuatan film ini, Sedangkan untuk penulisan naskah oleh Indra Trenggono yang
merupakan sastrawan yang sering menulis berbagai media surat khabar.
Menurutnya kata Telinga”
dalam judul film ini memberikan pengertian tentang telinga bathin yang bermakna
konotatif. Dimana ketika para politisi terjebak dalam permainan kekuasaan dan kehilangan telinga bathin serta
kesadarannya sehingga melukai rakyat.
Film selalu memiliki tujuan
tersendiri sebagai text kebudayaan dalam
ranah sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan fenomena lainnya namun bisa menyuguhkan jejak peradaban yang
akan bisa dilihat lima belas atau dua puluh tahun lagi dimasa depan.
Namun film ini tidak bisa
ditonton untuk anak di bawah umur. semoga film ini membuka mata dan telinga
kita tentang menemukan solusi untuk negeri yang, asih terbelit dalam pusaran
korupsi dan penyimpangan lainnya. Selamat buat Lola Amaria, sosok yang saya
kenal saat mendapatkan wawancara visa beasiswa Fulbright di kedutaan Amerika akhirnya
sekembali dari Amerika menghasilkan dua film yakni Sanubari Jakarta dan Negeri
Tanpa telinga. Semoga bisa ikut jejaknya untuk membuahkan karya. Film ini digarap di bulan februari dan akan tayang di
bulan Agustus.
Gambar 6 : Penulis berphoto dengan lola Amaria sutradara dan produser Film Negeri Tanpa Telinga pada acara premier doc.pribadi
Gambar 7 : Penulis berphoto dengan Lukman Sardi (ustadz Etawa) dalam Film Negeri Tanpa Telinga pada acara premier doc.pribadi
Gambar 8 : Penulis berphoto dengan Ray Sahetapi (Piton) dalam Film Negeri Tanpa Telinga pada acara premier doc.pribadi
0 comments:
Post a Comment