Ketika Menunggu Menjadi Inspirasi tak
terbatas
# Waiting is Inspiring for single
women 30 Up,
Ilustrasi artikel : Jalan menuju istana siak, Pekanbaru. doc. edrida Pulungan
Lumrahnya,
di seluruh daerah di Indonesia,
menjadi perempuan di usia siatas 30 tahun dan masih saja sendiri dan belum
menikah, akan menjadi omongan orang. Bahkan orangtua cenderung mendesak atau
terkadang intervensi dalam perjodohan, ada yang sukses dan ada juga yang gagal
meninggalkan luka. Kondisi yang berbeda
dengan perempuan yang tinggal di kota
besar, masyarakat modern lebih paham kondisi perempuan tersebut dan lebih
demokratis.
Meskipun
dalam ajaran agama menikah harus disegerakan karena ada nilai ibadah dan
kebaikan. Namun tidak semua perempuan beruntung mendapatkan calon pendamping
hidup yang menjadi imam dan kaptennya dalam berlayar tepat waktu, karena
menikah juga bukan lomba lari dan perlu kehati-hatian meniti, Mengingat
berdasarkan data kementerian agama tahun 2015 tingkat perceraian pada keluarga
muda dibawah lima tahun sangat rentan. Menikah adalah membangun peradaban
menuju kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat kelak.
Lalu
bagaimana kondisi perempuan single menyikapi dirinya ketika terjadi pada kondisi seperti paragraph awal yang saya sebut diatas.
Jika perempuan yang dimaksut memiliki jiwa besar dan bisa menjawab secara
diplomatis, kritis dan cerdas tentang pertanyaaan ” Kapan Menikah”? Maka hal tersebut tidak
akan menjadi masalah dan membuat tersinggung dengan pertanyaan yang super
menyinggung perasaan wanita kareana ada aroma negatif di balik pertanyaan itu
seperti tidak laku, milih-milih dan tidak ingat umur dan sebagainya
Namun sisi menarik dari kondisi tersebut, bagi
perempuan yang belum menikah diusia kepala tiga bisa dijadikan ” Tipping Point”
meminjam judul bukunya yang cukup best
seller dari Buku pertama Malcolm
Gladwell yakni keadaan saat ajaib ketika sesuatu yang dianggap sebagai
persoalan diubah menjadi kondisi posif dan penuh peluang meskipun buku ini
lebih berkonsep bisnis, manajemen dan tren dalam implementasinya, namun dengan
imajinasi dan sikap positif kondisi single memiliki sisi tipping point juga
Kenapa bisa demikian?
Beberapa perempuan yang belum menikah bisa
melihat sisi positif dirinya dan membangun kepribadiannya dengan baik, karena
penantiannya akan menghadirkan inspirasi. Bagaimana tidak selama perempuan
tersebut masih sendiri dia bisa membekali dirinya dengan menimba ilmu untuk
masa depan keluarganya kelakm dimana dia akan jadi ibu dan guru bagi
anak-anaknya. Dia juga bisa jadi teman diskusi dan penasihat merangkap
konsultan tak berbayar untuk suaminya. Bahkan perempuan tersebut juga bisa
menggali pengalaman dan mencoba berbagai bisnis seperti wirausaha karena kelak
jika dia sudah berkeluarga dia bisa membantu perekonomian kelaurganya jika
dibutuhkan, karena resiso seorang wanita yang berkeluarga adalah cerai hidup (
suami menikah lagi) atau cerai mati (suami wafat) jadi dia bisa bertahan untuk
masa depannya. Bukan hanya itu perempuan yang belum berkeluarga juga bisa
berbakti pada orangtuanya dengan memberangkatkan haji atau umroh dari
penghasilannya sendiri atau menemani dan merawat orangtuanya yang masih hidup
atau sedang sakit
Apalagi? Masih banyak seorang perempuan yang
belum menikah juga punya waktu untuk melakukan aktivitas sosial membantu
masyarakat di bidang pendidikan, budaya, politik, sosial dan lain-lain. Saya
akan tuliskan beberapa profil perempuan single yang bisa bermanfaat bagi
dirinya, keluarganya dan masyarakat serta negara dalam artikel saya berikutnya.
Dan diatas semua contoh tersebut diatas,
perempuan tersebut akan tertempa menjadi pribadi yang dewasa, cerdas dan
bijaksana jika dia bisa mengendalikan dirinya dalam kesendiriannya. Energinya
yang lama dalam penantian akan bisa dikonversi menjadi energi kesetiaan ketika
dia menikah kelak, karena dia sudah melewati banyak kondisi dan pengalaman
hingga akhirnya pada waktu yang tepat dia menemukan pasangan hidupnya dengan
izinNya.
Jadi sejatinya setiap perempuan adalah mata air
kehidupan, apapun kondisinya dia memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi
manfaat dan menjadi agen kebaikan, kebermanfaatan, kemaslahatan dan
kesejahteraan untuk sekitarnya, karena ketika hujatan, sindiran. fitnah,
cibiran dan bully menerpa maka
kembali berpikir positif. Usia manusia terlalu singkat untuk
berdiam diri dan bimgung akan keberadaanya, Tampung semua kecewa, sakit
hati dan keminderan yang sempat terlintas, jadilah perempuan yang bermanfaaat
dan berjiwa besar. Bukankah perempuan yang berjiwa besar di tenun olehNya untuk
berdampingan dengan lelaki yang berimpian besar kelak. Menunggu adalah
inspirasi tak terbatas. Tersenyumlah untuk dirimu, untuk dunia dan untukNya
yang telah mempersiapkan rencana terindahNya untukmu. So waiting is inspiring is it?
* Edrida Azhari Pulungan, seorang pembelajar
sejati, kuliah di 4 universitas negeri hingga dia mengoleksi jaket almamater
warna-warni, kuning, hijau, oaranye dan biru, dengan menyelesaikan sarjana rangkap di bulan
kelahirannya dan magister rangkap yang kedua di ibukota jakarta , Penulis 22 Buku diantaranya ”Diatas langit
Eropa melamarmu”, memenangkan Poetry Slam Gothe Institute, Jerman serta Buku ”Sang
Aaka Merah Putih sampaikan cintaku padanya” memenangkan lomba cerpen nasional
penerbit Puspa Populer dan bllogger yang beruntung diundang Presiden Jokowi ke
Istana negara pada 12 Desember 2015, dan
pernah bekerja sebagai tim trainer di Darwin Nother Territory Training,
Australia di bidang Communication Skills, Australia dan sekarang aktif di dunia
public speaking dan creative writing dan community development sehari-hari bekerja
sebagai humas di parlemen. Blognya di edpulungan.blogspot.com dan
edridapulungan1@gmail.com
semangaaatt
ReplyDelete