Gambar 1 : Memberikan materi untuk acara dies natalis D3 Kesekretariatan USU, doc. Edrida
Saat
akhir september, saya mendapat telepon dari adik-adik junior untuk
menghadiri acara Dies Natalis D3 Kesekretariatan USU di Medan yakni
tanggal 30 September. Sayapun mengiyakan setelah acara sebagai pembicara
di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta diundur pelaksanaannya dalam
memperingati hari literasi internasional yang bekerjasama dengan
American Corner.
Mahasiswa kesekretariatan yang hadir cukup ramai
dan ada sekitar lima angkatan. Mereka masih muda dan terlihat semangat
hinga semua kursi terisi meski awalnya malau-malu duduk di depan. Saya
mendapat giliran berbicara tentang Semangat Kebersamaan dengan teman
Survive, Berprestasi dan Menginspirasi setelah rekan senior saya yang
juga hadir sebagai Pembicara yang bertugas di PAM Tirtanadi, BUM di
Medan.
Saya mengisahkan bagaimana saya mulai duduk di bangku
kuliah D3 Kesekretariatan pada tahun 2000 yang terkenal dengan generasi milenium saat itu.Kemudian saya melanjutkan kuliah S1 Fakultas Ekonomi
juga tidak mudah, karena saat itu saya harus jauh dari orangtua dan
harus hidup mandiri apalagi anak pertama harus jadi contoh untuk empat
orang adik. Namun saat kuliah di D3 Kesekretariatan, banyak mata kuliah
yang bermanfaat yang saya dapatkan seperti pengantar kesekretariatan,
korespondensi, humas, pengantar bisnis dan sebagainya hingga saya nyambi
kerja sebagai penulis di kolom manajemen dan bisnis harian medan bisnis
hingga mendapat honor 500.000 rupiah perbulan saat itu plus 5 kilo
beras, namun saya senangnya bukan main, apalagi saat itu saya masih
kost. Saat sore saya mengajar bahasa Inggris di kursus bahasa Inggris
yang tak jauh dari rumah. Akhirnya kegiatan saya sebagai mahasiswa cukup
padat , meski D# saya juga aktif organisasi mahasiswa jurusan dan
organisasi ekskul lainnya dan jadi penggiat USD ( Usu Society For
Debating) , yakni komunitas debat bahasa Inggris, awalnya beberapa rekan
menganggap saya hanya D3 dan bukan s1 bahkan saat ada lomba debat antar
universitas saya ditinggalkan dan di telpon agar tak berangkt ke
Yogyakarta mungkin karena saya D3 dan lain sebaginya. Saya menangis,
tapi tetap semangat dan alm, ayah saya bilang " berangkat, Bapak carikan
tiket" itulah penerbangan pertama saya, dan rekan saya yang ikut lomba
hanya heran melihat saya sudah tiba dengan wajah capek karena tiba di
umbul harjo dengan ditemani sahabat satu kampung. Pertama kali saya naik
pesawat dan survive. Jadi rumus pertama positif thinking .
lalu
adik junior bertanya apa kunci sukses saya hingga akhirnya bisa
menyelesaikan kuliah doble di S1 dan S2, Padahal saat itu saya sempat
terpuruk karena di usia 23 tahun ayah saya wafat, sementara saya belum
bekerja dan adik adik masih SMU dan akan kuliah di kedokteran, namun
kunci sukses saya adalah menanamkan kesadaran pada diri sendiri dengan
membaca diri, tekun, serius tapi sambil kembangkan hobi dan ikut
organisasi biar tak jenuh. Memang akhirnya saya wisuda dengan
berprestasi dan mendapat IPK tiga koma dan merasakan wisuda sama-sama di
bulan april di bulan kelahiran saya pada dua universitas negeri yang
berbeda. Namun untung saya pernah kuliah D3, jadi merasakan alm. Bapak
mendampingi hari istimewa itu.
Kebanyakan mahasiswa D3 memang
kurang inisitif dan kadang merasa akan jadi pekerja dan minder dengan
anak S1, padahal menuntut ilmu tiada yang sia-sia. saya juga mengambil
sampel beberapa mahasiswa tidak tahu setelah wisuda mau jadi apa. Namun
intinya saya katakan begitu kita wisuda, kita harus siap mental jadi
pengangguran terdidik, namun harus ada upaya mencari, menggali dan
melihat peluang yang ada, apalagi zaman sekarang teknologi serba
canggih, bekerja tak perlu kirim lamaran dan ikut test dengan online.
Gambar 2 : Meberima Plakat Pembicara dari Ketua Alumni D3 USU
untuk acara dies natalis D3 Kesekretariatan USU, doc. Edrida
Bagi saya, berbagi semangat itu menyenangkan, karena bermanfaat untuk dua belah pihak, saling belajar dan bercermin. Pihak yang berbagi akan bersyukur bahwa sudah melewati perjalanan yang sulit, dan pihak yang dibagi akan menjadikannya pelajaran. Menyenangkan sekali bukan.
Acara
seminar tersebut saya tutup dengan puisi karena kebetulan saya menyukai
seni dan sastra mungkin karena efek banyak perjalanan berliku yang saya
lewati yang terkadang puitis untuk dituliskan. saya akhirnya membagikan
buku pada ibu ketua Jurusan Sekretaris yakni bu Beby dan menutup
seminar dengan puisi saya' aku adalah jalan-jalan panjang" yang akhirnya
berakhir dengan tepukan tangan yang penuh haru biru dan juga puisi saya
" Nyanyian Sinabung Setelah Hening " dibaca seorang junior yang
kebetulan bermarga Milala sama dengan korban sinabung yang mengabadikan
sinabung waktu meletus.
Gambar 3 : Soft Launching Buku Kumpulan Puisi " Perempuan yang dikeningnya Kutanam Mawar dan Kamboja pada acara dies natalis D3 Kesekretariatan USU, doc. Edrida
Berbagi adalah satu keniscayaan dalam kehidupan insan
karena selalu ada keberkahan di dalamnya
yang sedikit jadi tergenapkan
karena diawali dengan ketulusan dan diakhiri dengan keikhlasan
( Edrida Pulungan, Pecinta Puisi dan Ilmu Sosial,
menulis 22 buku tunggal dan Antologi, Host Kompasianival 2013/2014)
0 comments:
Post a Comment