Tuesday, April 1, 2014

Kepemimpinan Prophetic menuju abad 21, Mungkinkah ( Bagian 1)




 Mentari april mulai memancarkan sinarnya. Tabuh gendang dan peesta demokrasi akan segera dimulai. Riuh gemuruh dengan warna-warni bendera partai. Ada yang berwarna merah, kuning, putih, biru, hijau semuanya mengatakan merekalah yang terbaik yang akan membawa kesejahteraan bagi rakyat.
Sehingga banyak partai yang mengirimkan pendekatan melalui surat cinta kepada para pemilih melalui ragam media, mulai dari poster, iklan TV sampai sms. Semua bertujuan agar memilih kader-kader politik untuk menajdi perwakilan rakyat dan calon pemimpin bangsa. Bahkan ada yang menuliskan puisi sebagai komunikasi politik yang diramu dalam  rangkaian metaforik dan indah. Semua tentu bagian dari dialog dan komunikasi untuk mendapat dukungan dari masyarakat.
Sekilas tentu tidak ada yang salah. Karena proses komunikasi politik sejatinya  harus dibangun ditengah masyarakat sehingga kepercayaan itu selalu terjaga.  Parta i tentu akan menampilkan kader terbaiknya untuk dipilih sebagai perwakilan di lembaga perwakilan negara dan juga dipilih sebagai pemimpin nasional alias Presiden. Sebagai posisi pucuk pimpinan tertinggi duatu negara republik.
Namun pemimpin seperti apakah yang dikehendaki rakyat? Apakah rakyat akan memilih pemimpin yang sudah terkenal di media karena kekayaannya, dinastinya atau kontribusi nyatanya pada masyarakat? Perjalanan memilih seorang pemimpin adalah perjalanan hati. Perjalanan chemistry yang dibangun kuat dan tidak serta merta kepercayaan itu hadir, Untuk itu seorang pemimpin memang harus bekerja kerasa dalam berbagai investasi mulai dari track record yang baik, modal sosial dan komitmen yang tinggi terhadapa jalan yang dipilih. Karena pemimpin sejatinya adalah pengayom dan pelayan.
Ada satu konsep yang menarik tentang Kepemimpinan Kenabian  (prophetic leadership) sebagai bentuk kepemimpinan model Rasulullah saw. Jenis kepemimpinan ini juga bisa dibaca dan diulas tuntas dalam bukunya Parni Hadi tentang Profetic Leadership yang juga menggambarkan bebrapa contoh pemimpin yang dinilai memiliki karakteristik kepemimpinan kenabian tersebut.
Hal senanda juga disampaikan oleh Prof. Dr. Kuntowijoyo dengan mengambil intisari dari QS. Ali-Imron 110, beliau menyebut profetik memiliki 3 (tiga) misi: humanisasi, liberasi, dan transendensi. Dengan pengertian Humanisasi adalah usaha untuk memanusiakan manusia dengan mengangkat derajat mereka dengan menyerukan risalah kebenaran yakni Alqur’an dan hadis.
 Liberasi adalah usaha membebaskan masyarakat dari nafsu pememnuhan materi dan kerakusan karena kepemimpinan propetic mencotohkan kesederhanaan dan sikap cukup (qonaah) menuju penghambaan kepada Allah. Sedangkan transendensi adalah usaha untuk menghubungkan semua dimensi kehidupan yang fana dengan dimensi ke-Ilahiah-an yang abadi agar memberikan kontribusinya untuk bermanfat hidupmya bagi sesama manusia.
Makna lain profetik bisa diperoleh dari intisari QS. Al-Baqarah 151, bahwasanya pemimpin profetik  harus memurnikan niatnya dengan mensucikan jiwanya bahwa tugas kepemimpinan yang dia emban semata-mata dikarenakan niat karena Allah karena Pemimpin profetik harus memiliki visi jangka panjang serta dan nilai-nilai yang dianutnya sebagai prinsip hidup dalam mencapai tujuan masyarkat dan rakyat yang menagamanahinya jadi pemimpin. Seorang pemimpin harus berani mengambil resiko dan keputusan yang tidak populer demi kepentingan rakyat. Disinilah porsi kepemimpinannya dinilai karena perlu ketauladanan yang terus diuji.

0 comments:

Post a Comment