Monday, April 21, 2014

Perempuan Pecinta Senja Edinburg

 Tulisan ini disertakan dalam Lomba Menulis FLASH FICTION ‘Perempuan & Senja’

Perempuan Pecinta Senja Edinburg

Oleh : Edrida Pulungan


Gambar Ilustrasi Perempuan Pecinta Senja Edinburg doc aksaranafas.blogspot.com

Senja terakhir di kastil tua Edinburg. Kulihat wajahmu dengan rona bahagia. Senyummu sehangat musim panas yang akan berakhir. Namun engkau perempuan pertama yang kukenali sejak kakiku melangkah pertama kali di kampus kita University of Edinburg.  Aku pernah menuliskan 100 impian saat usiaku 17 tahun. Salah satunya adalah kuliah di Inggris. Aku ukir namaku di kalender yang terpajang di lemari rumah dekat tumpukan buku-buku tua koleksi kakekku. Namaku Mahesa aku akan kuliah ke Inggris 2011.
Kutuliskan nama perempuan yang akan kujumpai kelak di gerbang library tua.Tempat pertama kelak bersua dengan perempuan pecinta senja. Dugaanku benar. Aku bertemu dnegan perempuan bermata biru dan textbook ditangannya. Engkau anggun seperti puteri yang dilamar pangeran Inggris dengan rambut coklat keemasan. Bagiku engkau menawan.akh andai saja engkau mengepang rambutmu seperti adikku Sahara di kampung. Kamu pasti bersahajadan beraura.
Siapakah namamu?.Aku merasa mati penasaran. Meski tidak sepenasaran membaca teori hubungan internasional dan hipotesa tentang dunia global. Welcome to the world!!
Aku lelaki dusun dengan kegigihan super kilobyte akhirnya menembus eropa karena kemajuan informasi dan teknologi. Didepanku hanya duapuluh lima langkah yang gentle aku bisa saja berkenalan denganmu bukan. Namun aku tak berani. Sumpah.
Oh My Lord give me strength . Ini gayaku menghiba saat membaca kisah hamlet karya shakespeare itu. Apa sih arti sebuah nama eh sebuah doa?Ya jelas berati bagiku. Aku ingin tahu namamu dan berdoa berani berkenalan denganmu.
**
Aku masih saja memandangimu dari jauh dengan textbook dan duduk menepi disekitarmu banyak anak muda nlesteran asia berbaring di bawah pohon oak. Dan kau tak pernah sadar aku menunggumu sekian lama beranjak dari tempat duduk itu.
Tahukah kamu Perempuan pecinta senja yang namamu sampai sekarang aku tak tahu. Aku juga menyukai bayangan  pohon oak yang teduh itu. Aku ingin kelak kita bisa ngobrol soal apa saja. Soal impianmu, hobimu, buku yang kau baca dan bagaimana pandanganmu soal lelaki Asia? Jelas laki Asia itu setia. Maaf tergantung orangnya aku membatin dan menjawab pertanyaanku sendiri.
Aku duduk sudah 50 lembar kertas kutulisi cerita, aku seharian menulis kisah romansa tentang dua insan yang bertemu tanpa di duga di bumi eropa. Aku berharap tulisanku yang berlembar-lembar ini jadi novel perdana di kota Buckingham Palace.
Aku menuliskannya dibawah bayangan pohon oak. Aku rangkai cerita dan terinspirasi sejak mengenalmu perempuan pecinta senja. Apakah warna semburat jingga merahnya membuat hatimu teduh?. Aku berjalan pelan sambil bersembunyi dan berlari kecil menuju keramaian diskusi mahasiswa doktoral. Aku lupa bahwa aku sangat menikmati musim semi dan senyum pencuri hati. Perempuan yang selalu datang dikala senja. sepertinya peranakan Eropa.Aku berpikir kelak pertemuakan kita harus diabadikan menjadi monumen kecil di bawah pohon oak dengan nama monumen “Eurasia” indah ya namanya.
“hai, Namaku Mahesa, dan kamu?”
Kusodorkan tanganku. Engkau diam saja. Namun tersenyum simpul. Tak ada suara.Oh sungguh perempuan yang pemalu. Namun tanganmu begitu hangat.Rasanya senag sekali akhirnya aku bersalaman denganmu.
Aku masih bisa melihat binar matamu yang biru. Seperti telaga. dan aku ingin hanyut dan menuliskan puisi disana. Puisi tentang senja, senja kita. Puisi ini kelak akan kuserahkan untukmu. Jangan takut tulisanku unik dan klasik. Tulisan bertali.

Senja selalu jadi saksi  diantara kita
Engkau  perempuan pertama
yang melangkah, menyapa dan pergi dengan senyuman
Dan masih kulihat punggungmu dari kejauhan
Ingin aku berlari dan memelukmu dari belakang
Mengatakan jangan pergi
Tetaplah duduk di pohon oak itu
aku ingin selalu melihat dan mengenalmu berlama-lama
Hingga mata tak terpejam
Kuhirup wangi rasaku dalam-dalam
**
Permpuan bermata biru
Engkau hilang  berlalu dari pandanganku
Kenapa engkau selalu pergi menjelang senja
Dalam rona langit merah jingga
Mentari  berlomba dengan hembusan angin sepoi
Dengan rambut mu terurai
Terbang terurai dibawa hembusan angin
Panjang coklat keemasan
**
Padahal aku selalu ingin menikmati pesonamu
Ingin kelak berdua denganmu berkisah tentang impian kita dan dunia.
Himgga mentari mengucapkan selamat tinggal
Kurasakan genggaman tanganmu yang hangat hingga kenadi
dan senyumanmu yang menggemuruhkan rasa
rasa manunggal bernama bahagia
**
Aku ingin kelak engkau berkata penuh harap padaku
Menahanku di bandara Heathrow
Datanglah kembali pulang
Bawakan cincin bermata satu
dan toga kebanggaan yang kau nanti
jadi saksi menahan segudang rindu
Untukku saja
Engkau perempuan pertama
yang kukenal dipenghujung senja
**
“Mahesa!!, sudah lama berdiri disana” Teriak Jack sahabatku. Aku terkejut. Namun aku langsung berkata pelan dan sedikit menggoda.
“this is my favorite place, it has occupied by you”
Dia masih tersenyum. Akh masih adakah perempuan eropa yang pemalu seperti siti anak Pak Lurah di kampungku.
Jack menarik tanganku. Aku pun pergi berlalu darimu. Aku terbayang .pertemuan pertama kita.
” i know, sorry just to find the way to know you”
Nice moment of first met. Pertemuan yang berkesan dalam hanya senyuman yang bersahabat. Namun kenapa dia diam dan hanya tersenyum. Apakah aku tidak pantas untuknya. Bathin Mahesa dalam. Kenapa perempuan itu diam membisu.
            Mahesa tersenyum dalam. Mungkin puisi itu akan dia selipkan dibuku textbook Leonna. Bukankah esok ada kelas bersama mata kuliah geopolitic. Mahesa tersenyum penuh arti. Seolah seperti pemenang yang akan memenangkan pertempuran. Seperti seorang matador dalam gelanggang.
            Dia melihat Jack memandangnya penuh arti. Seolah ada yang ingin disampaikan lelaki blesteran inggris lebanon itu. Ada apa bathin Mahesa.
“ Sorry Mahesa, disturbe you, do you like Leonna?”
“yup , I like her smile , and the rainbow”
“ oh reallym, sorry do you know that she is.... she is deaf”
Oh what?? I don’t want to hear that
“tu li....tu li...apakah perempuan pecinta senja itu tuli?
Akh.. sedih menghunus bilik jiwa Mahesa. Senyuman Leonna dan rasa yang kupendam dalam.
            Mahesa melihat  kertas puisinya terjatuh. Bukan karena menyesal mendengar Leonna adalah perempuan tuli yang menyukai senja. Namun tidak berhasil meyerahkan puisi empat bait yang belum sempat dia beri. Namun hatinya berjanji dia harus memberikan puisi tersebut untuk seorang perempuan yang membuatnya jatuh cinta.
**
What? Kamu berhasil meyakinkannya bahwa saya deaf?
“ Leonna mukanya sedih seperti kepiting rebus. Drama keren untuk tahu Mahesa tulus mencintaimu”
“ oh ya”
“ lagian dia lucu banget dan kampungan suka sama perempuan istimewa sepertimu tapi gak berani, yang lebih aneh dan culun lagi, kamu mau dikasih puisi cinta, hehehehehe”
“ stop Jack. tell him I love him!!”

Biodata Diri
Biodata Penulis
Perempuan pecinta puisi dan pendiri Lentera Pustaka Indonesia kagum dengan nama perpaduan  nama ayah dan bundanya yakni Edrida Pulungan yang lahir dikota berbukit yang sejuk bernama Padang Sidimpuan tanggal 25 April 1982. Edrida senang travelling dan pembelajar sejati lulus S1 FE USU, S1 FBS Univ.Negeri Medan (2006) hingga S2 Hubungan Internasional Paramadina dan short course public Speaking di GTNT, Australia (2006) serta lulus beasiswa Community Collage Fulbrigt, Seattle, (Amerika, 2011). Edrida telah menerbitkan buku Antologi Pelangi Jiwa (Mahera Publishing, 2011), 25 Kompasianer Merawat Indonesia (Peniti Media, 2014), Cinta Merah Jambu (Puspa Swara, 2014), Love never fail (Nulisbuku.com, 2014), Puisi Pahlwan dan Valentisiana (Fiksiana Community, 2013), Diatas Langit Eropa Melamarmu (Gramata Publishing, 2014). Alamat  Rumah: Jalan Danau Limboto No. 121 Bendungan Hilir, Jakarta Pusat 10210. No HP :  081361780641 dengan email : edridapulungan1@gmail.com. Twitter: @edrida Facebook: Edrida Pulungan dan Blog : http://edpulungan.blogspot.com.


 

0 comments:

Post a Comment