Friday, April 11, 2014

Sent Me Love Seattle

                  Writting Competition : "Letter Of Happiness" With @nulisbuku.com dan thebaybali.com


Sent Me Love Seattle


Oleh : Edrida Pulungan


Rasya menarik nafas dalam. Klik. Perempuan bermata coklat itu mematikan ponselnya dan diam terpaku. Wajahnya yang selalu ceria terdiam dan duduk membisu. “ Rasya, maafkan aku, pernikahan ini harus kita batalkan, aku masih punya impian yang ingin kukejar”
“ maksutmu apa ga?, bukankah semua bisa berjalan beriringan? Cita-citamu dan cinta kita” isak Rasya
“bye” telepon dimatikan oleh Rangga.

Telepon Rangga membuat dunianya seperti kiamat. Rangga membatalkan pernikahan seminggu sebelum hari  H dengan kondisi undangan sudah disebar tempat resepsi pernikahan  dengan konsep romantis di sebuah Villa sederhana sudah di booking di bali www.thebaybali.com.  Rangga dan Rasya memang suka tempat yang romantis dan privacy.  Mereka sudah menacari berbagai tempat di hotel nusa dua untuk resepsi pernikahan. Keduanya memang senang dengan suasana santai dan romantis  yang membuat nyaman semua persahabatan dan kedua keluarga besar mereka berkumpul. Mereka jatuh hati dengan suasana cozy di Nusa Dua Bali


                                                                    The Opera yang romantis

                                          Suasana garden dengan konsep green wedding party idaman



                                                  Tempat para undangan untuk para undangan
                                            
                                             Menu makan malam yang nyaman dengan bebek bangil
     
                                                                  Menu makanan penutup yang lezat
                                     

Semua rencana sudah matang mulai dari sewa gedung, tempat para tamu menginap, menu makanan dan juga tempat santai para tamu yang datang dari kedua keluarga besar. Rasya memang tipikal perempuan yang serba perfeksionis dan Rangga tipe yang suka seni. Jadi keduanya sudah mantap menikah dan melangkah. Namun semua lenyap sudah. Semua sia-sia. Pernikahan batal.Welcome to the real life Rasya! Bathin Rasya berontak.Akankah luka dan kecewa berakhir bahagia.  "God, please give me strenght and your sign". Rasya membathin dan berdoa dalam-dalam sambil memejamkan matanya. bulir bening disudut matanya. Air mata Rasya jatuh dna tak kuasa dia menahan tangis.

Rasya perempuan berkepala tiga pekerja LSM yang easy going dan selalu happy itu kehilangan semangat hidupnya. Rasya seperti kehilangan semua asa. Rangga telah mengambil keputusan sendiri atas hubungan mereka. Hubungan jarak jauh selama 5 tahun berakhir begitu saja. Entah apa yang ada di kepala Rangga. Apakah Rangga telah lupa kenangan dan perjuangan mereka selama ini untuk meyakinkan kedua belah pihak keluarga.

Semua kenangan mereka akan jadi sejarah. Kini yang tersisa  hanya kebencian. Komunikasi terputus dengan Rangga. Lelaki itu meninggalkan Jakarta demi obsesinya. Menjadi seorang seniman dunia menuju Prancis. Ia bersikeras menyalahkan keluarga Rasya karena tersinggung dengan keputusan Ayah Rasya agar menunda rencana pameran tunggalnya di luar negeri. Karena undangan sudah terlanjur disebar. Rangga merasa itu kesempatan berharga yang lama ditunggu-tunggunya.
Rasya kini sendiri. Tiada tempat yang bisa dia datangi untuk  mencurahkan kecewa dan luka hatinya. Pilihan melabuhkan hatinya menuju lantai atasrumahanya bermain piano tua. Piano yang sering menemaninya saat kecil menunggu Bapak pulang kerja.Rasya perempuan yang romantis dan ceria.
**
Namun Rangga dan keluarganya sendiri tidak ada yang mengerti dirinya.Semua menyalahkannya. Menyalahkan pilihan Rasya yang tidak menyukai Rangga sejak awal, dan kini Rangga meninggalkannya karena alasan impian masa depan.

Rena sekeretaris kantornya datang membawakan bunga mawar putih kesukaanya dan kue keju kesukaannya. Melihat rasya begitu defresi. Dia mendekati sahabat yang sudah dikenalnya sejak kecil itu.
“ Rasya  maafkan aku, aku baru tahu khabar dari ibumu,
Sudahlah.life must goes on. mungkin kamu butuh waktu, bukankah hari baru selalu memberi harapan” Rena duduk disampingnya
“ Terimakasih Rena” tangis rasya pecah dan terisak dan menyambar pelukan hangat sahabatnya itu.
*
Sore meninggalkan senja. Rasya terbangun. Matanya masih sembab. Wangi mawar putih membuatnya merasa tenang. Teh hangat sudah tersedia di meja riasnya. Tiba-tiba matanya tertuju pada koper Abu-abu yang sudah berdebu diatas lemari sudah lama tidak dipakai. Terakhir kalinya almarhum ibunya memakainya saat berangkat ke Nias untuk penugasan dinas terakhirnya.

Rasya tiba-tiba merindukan kakek. Sahabat dan  mentornya yang sejati. Kakek selalu hadir dibalik suaranya ditelpon yang bersemangat dan riuh disusut gagang telpon dan surat-suratnya yang berisi petuah laksana laporan jurnal. Kakek memilih jogjakarta untuk menikmatimasa pensiunnya dengan nenek.

Sungguh Rasya begitu merindukan sosok itu. Sosok yang selalu bercerita tentang negara-negara yang dikunjunginya. Dan kadang dengan bangga Rasya dikenalkan dengan sahabatnya sesama diplomat. Kakek juga sering membawakan oleh-oleh berupa buku dongeng, coklat dan tas jika pulang dari luar negeri.

Rasya meraih koper itu dan membersihkan abunya. Abunya setebal 3 senti dan sudah tujuh tahun waktu berlalu, pelan-pelan Rasya menyusun pakaian, kaus kaki tebal dan beberapa buku text book, dan syal merah hati milik kakek. Setidaknya bisa menemaninya di musim dingin nanti.

Rasya akan memulai hari baru hidupnya. Keputusan yang akan diambilnya menuju masa depan. Keputusan itu adalah mengambil beasiswa  S2 Fulbright menuju Seattle, US yang sempat diabaikannya. Acceptance letter itu tergeletak di meja. Rasya fokus menikah dan mengabaikan impiannya sejak kecil untuk menjadi diplomat agar bisa seperti kakek keliling dunia dan mengaplikasikan ilmu diplomasinya. Rasya adalah program manager paling jago untuk bagian kerjasama dan MOU di kantornya. Semua mengacungkan jempol untuknya.

Soekarno Hatta, 15.00 wib
***
Bandara tempat yang sangat historis setidaknya bagi Rasya.Perempuan itu memeluk Kakek dan bapaknya danmemandangnya lama satu persatu. Begitu sulit perpisahan ini.

“ jaga diri baik-baik sya, you can make it, I proud of you”
“ siap eyang” Rasya menunjukkan tangan kanan di pelipis kanan keninggnya dengan gaya menghormat ala militer
Lalu Bapak tertawa renyah disusul kakek mengacak rambutnya.
Dia memeluk dua lelaki istimewa itu satu-satu dan berlalu.

Rasya mencoba tegar menuju waiting room. Rasya tahu begitu berat memulai semua ini. Tangisnya tertahan dalam dan akhirnya pecah. Namun untuk sebuah impian dan cita- cita terkadang harus ada yang dilepaskan. Rasya akhirnya memilih duduk paling pojok membenamkan wajahnya dalam sweater merah hati. AC bandara begitu dingin  menusuk tubuhnya yang mulai kurus. Ia meperhatikan pergelangan tangannya. Quartz nya menunjukkan angka  14.25 wib. Dua puluh lima menit lagi pesawat boarding. 

Pikiran Rasya jauh berkelana. Seolah De Javu. Bandara Soeta adalah tempatnya bersua pertama kali dengan  Rangga. Pertemuan mereka selalu menghadirkan bahagia saat bersua dan bersedih saat melepasnya ke kotanya di Solo. Seolah sosok itu begitu susah hilang dari benaknya dan mengontarak tahunan dipikirannya. Konfrensi hak azasi manusia di Solo yang mempertemukan mereka. Rasya jadi pembicara dan Rangga menggelar pameran lukisannya dengan aliran abstact humanis. Kenangan itu menyusup kekepalanya perlahan.

Rasya tak pernah mengerti kapan cinta yang utuh menjadi miliknya. tiada yang diharapkan lagi dari siapapun. Untuk pertama kalinya Rasya berpikir tentang apa makna kebahagiaan baginya. Rasya pergi.Meninggalkan keluarga dan kota masa kecilnya. Memutus ruang dan waktu. Berkelana. Mengembara. Berpesta dengan asing.

Dia menulis sesuatu di kertas note kecil
Kuingin datang kesatu tempat yang menyapaku dengan hangat meski aku orang asing adalh pilihan yang lebih baik sekarang daripada aku tinggal di satu temoat yang mengenaliku dalam namun menaburiku luka.
Bantu aku melupakan semua kenangan bahagia yang berakhir luka Tuhan.

Rasya  akhirnya memulai sesuatu yang baru dengan harapan menuntut ilmu di negeri seberang karena prestasinya. Bukan dengan menepi ke Solo atau mencari Rangga ke ujung dunia. Namun  rasya memilih jalan sendiri disebuah sudut kota Seattle yang sepi namun menenngkannya.

**
Pesawat mendarat dengan soft landing.  Penerbangan 2 hari tiga malam yang melelahkan. Rasya mengambil bagasi dan setengah mengantuk  menarik troli di depannya. Tangannya menyenggol sosok tinggi jangkung di sampingnya

” ups, sorry” rasya tak sengaja menyenggol lengan seorang sosok jangkung disampingnya.
”no worries”?  senyum simpul sosok lelaki bule oriental didepannya
Rasya bergergas menuju ruang declare bagasi.
Melihat sekilas alamat dormitory di kartu nama roommate nya. Hari ini bakal menyenangkan. Rasya berbenah untuk hari baru pikirnya.
Taksi didepannya dengan senyuman ramah driver menujunya, dengan sigap Rasya mendorong kopernya ke depan. Tiba–tiba sosok laki-laki  itu lagi dengan seenaknya melengos dan mendahuluinya. Sambil membuka pintu taksi, apa-apaan ini pikirnya..

” excuse me, I have ordered first”
“Sorry , my name Rush, maybe some problem in order”
Oh logis juga. mungkin spelling saya tak sempurna
”oke sorry for that” ucap Rasya mengalah
“ where are you going?”
“Dormitory Avenue street 7”
“ oh  we have same address, let’s go together”
“ what?! Really”?
“ are you also new students? “
“ yup, next two days will be my first class in Public Policy”
 Rasya bergumam dalam hatinya.
Oh Tuhan terimakasih pertolongan dan kejutan manismu
setidaknya aku tidak sendirian menghadapi hari pertama, “ bathin Rasya
Rush mengangkat Koper Rasya. Lelaki ini terlihat peduli untuk perempuan asia sepertinya.

Taksi melaju menuju avenue Street. Pemandangan hijau pepohonan dikiri kanan jalan dengan pohon pinus menjulang dan awan biru nan cerah menghiasi sepanjang jalan menuju dormitory. Hatinya mekar memandang view baru dimatanya. Bukan lagi hutan gedung beton menjulang di Jakarta. Sepanjang jalan Rush banyak bercerita joke cerdas. Rush ternyata sosok smart dan punya selera humor yang baik.
Rasya tersenyum simpul. Perempuan itu mencoba mengambil hikmah kegelisahan dan kegagalan hubungannya. Bukankah semua keadaan dan kekecewaan itu mengantarkannya pada keputusan yang utuh. Akhirnya mimpinya melanjutkan study ke negeri paman Sam terwujud. Dia yakin akan menyelesaikan s2 hingga menyelesaikan doktornya di kampus idaman yang tertunda 3 tahun yang lalu.
Dia berpikir almarhum Ibunya pasti bahagia melihatnya melakukan sesuatu yang dicintainya hingga dia menemukan dan membuka hati untuk cita, cinta  dan harapan baru.
Rush sedari tadi memandangi Rasya yang melamun, tersenyum dan termenung.
Tiba-tiba dia mengeluarkan sket, wah ada karikatur lucy dari Rush
Wajahnya lucu, dengan telunjuk dikepala dan tersenyum aneh.

 ” Welcome for Rasya Thinker Extrovert in Dream Land”
mereka tertawa dan tergelak, hingga tax driver melirik mereka kekaca depan, mungkin aneh baginya melihat dua anak manusia yang sebelumnya berselisish dibandara dan akhirnya bisa tertawa bersama
Hari ini indah, Rasya tersenyum simpul dihatinya. Sayup-sayup lagu Jason Miraz mengalun merdu ditaksi menemani hari pertama Rasya di negeri asing yang menyapanya hangat.

Selamat datang bahagia. Peluk aku dalam rindu. Bathinnya bergumam dengan senyum simpul yang kembali hadir di wajah bulat telurnya.




2 comments:

  1. Ceritanya bagus... Semua pasti ada hikmahnya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih My self, semoga tulisan ini beruntung dan jadi pemenang ya :)

      Delete