Friday, November 20, 2015

Resensi Buku Pilkada Penuh Euforia, Miskin Makna




Buku ini hadir di moemntum yang sangat tepat, saat dalam hitungan bulan Indonesia akan menghadapi pilkada   serentak di Bulan desember. Maka buku yang ditulis oleh Rahmat Hollyson dan Sri Sundari ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan harapan untuk menemukan formula terbaik bagi bangsa untuk memilih calon pemimpin-pemimpinnya di tingkat daerah

Buku terbitan Bestari ini diterbitkan pada september 2015 dan baru bisa di launching di Perpustakaan MPR, Senayan pada  hari Kamis, Tanggal 19 November 2105 yang di hadiri oleh para tokoh-tokoh nasional seperti Adyaksa Daun (Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga),  Husni Kamil manik (Ketua KPU)m Ryaas Rasyid (Mantan Menteri Aparatur Negara dan Otonomi Pemerintah) masa Presiden Abdurrahman Wahid

Buku yang terdiri dari 11 bab ini menggambarkan Perkembangan Peraturan Pilkada, Potensi Konflik Pilkada, Penataan   atribut Kampanye, Ongkos politik Pilkada,  " Pengadilan " PNS pasca Pilakda, Implikasi Pilkada Langsung, Fenomena  Golput, Dinasti Politik Daerah, serta lampiran Undang undang No. * tahun2015 yang berisi tentang pemilihan kepala  daerah secara serentak di Indonesia. Dalam pilkada serentak ini tentu saja menghadirkan banyak kendala mulai dari  ongkos politik sampai dengan potensi kasus kecurangan suara, karena menurut pengamatan Ryaas rasyid, para  peserta calon pemimpin daerah banyak yang tak ikhlas kalah dan potensi kecurangan dan biaya politik yang tinggi   membuat pilkada rawan konflik dan pertumpahan darah

Sedangkan tanggapan Husni kamil Malik, mengatakan KPU tahun 2014 dinilai oleh para pakar politik Indonesia seperti   Prof. William Liddle yang mengatakan pemilu tersebut berhasil secara demokratis. Buku ini bisa menjadi oase  kegelisahan yang ada yang bukan hanya pada penulis saja, tetapi juga pada seluruh masyarakat Indoensia yang menginginkan Pilkada damai, efisien, dan memberikan ruang bagi segenap bangsa untuk berpesta demokrasi dengan    bersahaja.

Survey Elektabilitas dan konsultan politik sudah menjadi tren yang dianggap sebagai bagian dari keharusan dan dianggap sebagai malaikat yang memberi khabar bahagia atau khabar derita karena dianggap mampu memberikan  prediksi kekalahan dan kemenangan para calon kepala daerah. Pilkada memang penuh euforia namun kita   mengharapkan tidak miskin makna

0 comments:

Post a Comment