Wednesday, November 11, 2015

250 Hari Menyemai Mimpi# Kisah Klasik Anak Kuliahan di Kampus UI #

Hidup Rumondang akan berubah. namun kali ini lebih dramatis, dia akan siap -siap dengan kesibukannya yang baru yakni keluar masuk Ruang ruang kampus,  Perpustakaan, bergulat dengan buku-buku text,
tugas-tugas, seminar, diskusi, reading course, ujian mid test, final test, proposal thesis, sidang, wisuda
adalah prosesi hidup yang akan kualami 250 hari kedepan, Anggap saja 1 semester , dihitung kotor 6 bulan
maka kalikan empat jika tepat waktu 4 kali 6 bulan 240 hari, belum menanti wisuda katakan sebulan dan genapkan saja 250 hari biar sejoli dengan tanggal lahirku di tanggal 25, hehehhe. Oh ya yang paling penting lagi agenda berikut baginya adalah menemukan PW, alias pendamping wisuda yang semoga memperindah prosesi wisuda dan juga  Rumondang bisa melanjutkannya menuju masa depan menemukan teman hidup. baginya.
Tentu setelah perkuliahan usai aku  pernah bertanya padanya apa yang akan kau lalukakan
" ya aku akan akan kembali ke dunia nyata, sebagai pekerja, sebagai calon istri, calon ibu untuk anak-anakku kelak, juga sebagai anggota masyarakat dan warga negara tercinta Indonesia :). Merdeka!!!!.

Uppps , belum selama cita-cita belum terwujud, pantang hati untuk goyah dan surut begitu kata Rumondang.

oh ya, ini pertama kali aku menuliskan kisah Rumondang, adalah seizinnya diatas kertas materai. Kisahnya sebagai seorang  perempuan perantau dari Medan berusia 33 tahun serta bekerja sebagai penulis pidato di Gedung Rakyat Senayan, ini adalah kisah nyata. Dia lumayan beruntung kuliah di Kampus UI atas nama beasiswa, dan UI adalah almamaternya yang keempat dan program masternya yang kedua. saya juga sampai binggung, sebenarnya apa cita-citanya yang paling agung sampai jadi anak kuliahan sepanjang usianya:)

Konon Rumondang yang memang bersifat nasionalis romantis pernah berkata padaku " tentulah aku ingin mengabdikan ilmuku untuk bangsa dan negara, dan jadi guru sejati buat anak-anakkku kelak dan pendamping setia untuk suamiku tercinta"

waddduuuuh, sungguh mulia hati si Rumondang, meski kutahu perjalanan hidup rumondang tak gampang untuk kuliah dan mendapatkan pekerjaan untuk menyambung hidup di Jakarta. Waduh ingat Rumondang pernah berteriak karena saat dia cari kost di jakarta, di pusat kota dengan fasilitas lemari dan tempat tidur saja seharga 1juta.

Benarlah, " Jakarta Hamatean" katanya dengan wajah serius. Akupun hanya tergelak melihat mimiknya. Dia perempuan batak yang tegar dan semangat namun terkadang melankolis


0 comments:

Post a Comment