Mentari april
mulai memancarkan sinarnya. Tabuh gendang dan peesta demokrasi akan segera
dimulai. Riuh gemuruh dengan warna-warni bendera partai. Ada yang berwarna
merah, kuning, putih, biru, hijau semuanya mengatakan merekalah yang terbaik
yang akan membawa kesejahteraan bagi rakyat.
Sehingga banyak
partai yang mengirimkan pendekatan melalui surat cinta kepada para pemilih
melalui ragam media, mulai dari poster, iklan TV sampai sms. Semua bertujuan
agar memilih kader-kader politik untuk menajdi perwakilan rakyat dan calon
pemimpin bangsa. Bahkan ada yang menuliskan puisi sebagai komunikasi politik
yang diramu dalam rangkaian metaforik
dan indah. Semua tentu bagian dari dialog dan komunikasi untuk mendapat
dukungan dari masyarakat.
Sekilas tentu
tidak ada yang salah. Karena proses komunikasi politik sejatinya harus dibangun ditengah masyarakat sehingga
kepercayaan itu selalu terjaga. Parta i
tentu akan menampilkan kader terbaiknya untuk dipilih sebagai perwakilan di lembaga
perwakilan negara dan juga dipilih sebagai pemimpin nasional alias Presiden.
Sebagai posisi pucuk pimpinan tertinggi duatu negara republik.
Namun pemimpin
seperti apakah yang dikehendaki rakyat? Apakah rakyat akan memilih pemimpin
yang sudah terkenal di media karena kekayaannya, dinastinya atau kontribusi
nyatanya pada masyarakat? Perjalanan memilih seorang pemimpin adalah perjalanan
hati. Perjalanan chemistry yang
dibangun kuat dan tidak serta merta kepercayaan itu hadir, Untuk itu seorang
pemimpin memang harus bekerja kerasa dalam berbagai investasi mulai dari track
record yang baik, modal sosial dan komitmen yang tinggi terhadapa jalan yang
dipilih. Karena pemimpin sejatinya adalah pengayom dan pelayan.
Ada satu konsep
yang menarik tentang Kepemimpinan Kenabian
(prophetic leadership) sebagai
bentuk kepemimpinan model Rasulullah saw. Jenis kepemimpinan ini juga bisa dibaca
dan diulas tuntas dalam bukunya Parni Hadi tentang Profetic Leadership yang
juga menggambarkan bebrapa contoh pemimpin yang dinilai memiliki karakteristik
kepemimpinan kenabian tersebut.
Hal senanda
juga disampaikan oleh Prof. Dr. Kuntowijoyo dengan mengambil intisari dari QS.
Ali-Imron 110, beliau menyebut profetik memiliki 3 (tiga) misi: humanisasi,
liberasi, dan transendensi. Dengan pengertian Humanisasi adalah usaha untuk
memanusiakan manusia dengan mengangkat derajat mereka dengan menyerukan risalah
kebenaran yakni Alqur’an dan hadis.
Liberasi adalah usaha membebaskan masyarakat
dari nafsu pememnuhan materi dan kerakusan karena kepemimpinan propetic
mencotohkan kesederhanaan dan sikap cukup (qonaah) menuju penghambaan kepada
Allah. Sedangkan transendensi adalah usaha untuk menghubungkan semua dimensi
kehidupan yang fana dengan dimensi ke-Ilahiah-an yang abadi agar memberikan
kontribusinya untuk bermanfat hidupmya bagi sesama manusia.
Makna lain
profetik bisa diperoleh dari intisari QS. Al-Baqarah 151, bahwasanya pemimpin
profetik harus memurnikan niatnya dengan
mensucikan jiwanya bahwa tugas kepemimpinan yang dia emban semata-mata
dikarenakan niat karena Allah karena Pemimpin
profetik harus memiliki visi jangka panjang serta dan nilai-nilai yang
dianutnya sebagai prinsip hidup dalam mencapai tujuan masyarkat dan rakyat yang
menagamanahinya jadi pemimpin. Seorang pemimpin harus berani mengambil resiko
dan keputusan yang tidak populer demi kepentingan rakyat. Disinilah porsi
kepemimpinannya dinilai karena perlu ketauladanan yang terus diuji.
0 comments:
Post a Comment