Writting Competition : "Letter Of Happiness" With @nulisbuku.com dan thebaybali.com
Sent Me Love Seattle
Oleh : Edrida Pulungan
Rasya menarik
nafas dalam. Klik. Perempuan bermata coklat itu mematikan
ponselnya dan diam terpaku. Wajahnya yang selalu ceria terdiam dan
duduk membisu. “ Rasya, maafkan aku, pernikahan ini harus kita batalkan, aku
masih punya impian yang ingin kukejar”
“ maksutmu apa
ga?, bukankah semua bisa berjalan beriringan? Cita-citamu dan cinta kita” isak
Rasya
“bye” telepon
dimatikan oleh Rangga.
Telepon Rangga
membuat dunianya seperti kiamat. Rangga membatalkan pernikahan seminggu sebelum
hari H dengan kondisi undangan sudah disebar tempat resepsi pernikahan dengan konsep romantis di sebuah Villa sederhana sudah di booking di bali www.thebaybali.com. Rangga dan Rasya memang suka tempat yang romantis dan privacy. Mereka sudah menacari berbagai tempat di hotel nusa dua untuk resepsi pernikahan. Keduanya memang senang dengan suasana santai dan romantis yang membuat nyaman semua persahabatan dan kedua keluarga besar mereka berkumpul. Mereka jatuh hati dengan suasana cozy di Nusa Dua Bali
The Opera yang romantis
Suasana garden dengan konsep green wedding party idaman
Tempat para undangan untuk para undangan
Menu makan malam yang nyaman dengan bebek bangil
Menu makanan penutup yang lezat
Semua rencana sudah matang mulai dari sewa gedung, tempat para tamu menginap, menu makanan dan juga tempat santai para tamu yang datang dari kedua keluarga besar. Rasya memang tipikal perempuan yang serba perfeksionis dan Rangga tipe yang suka seni. Jadi keduanya sudah mantap menikah dan melangkah. Namun semua lenyap sudah. Semua sia-sia. Pernikahan batal.Welcome to the real life Rasya! Bathin Rasya berontak.Akankah luka dan kecewa berakhir bahagia. "God, please give me strenght and your sign". Rasya membathin dan berdoa dalam-dalam sambil memejamkan matanya. bulir bening disudut matanya. Air mata Rasya jatuh dna tak kuasa dia menahan tangis.
The Opera yang romantis
Suasana garden dengan konsep green wedding party idaman
Tempat para undangan untuk para undangan
Menu makan malam yang nyaman dengan bebek bangil
Menu makanan penutup yang lezat
Semua rencana sudah matang mulai dari sewa gedung, tempat para tamu menginap, menu makanan dan juga tempat santai para tamu yang datang dari kedua keluarga besar. Rasya memang tipikal perempuan yang serba perfeksionis dan Rangga tipe yang suka seni. Jadi keduanya sudah mantap menikah dan melangkah. Namun semua lenyap sudah. Semua sia-sia. Pernikahan batal.Welcome to the real life Rasya! Bathin Rasya berontak.Akankah luka dan kecewa berakhir bahagia. "God, please give me strenght and your sign". Rasya membathin dan berdoa dalam-dalam sambil memejamkan matanya. bulir bening disudut matanya. Air mata Rasya jatuh dna tak kuasa dia menahan tangis.
Rasya perempuan
berkepala tiga pekerja LSM yang easy going dan selalu happy itu kehilangan
semangat hidupnya. Rasya seperti kehilangan semua asa. Rangga
telah mengambil keputusan sendiri atas hubungan mereka. Hubungan
jarak jauh selama 5 tahun berakhir begitu saja. Entah apa
yang ada di kepala Rangga. Apakah Rangga telah lupa kenangan dan perjuangan mereka
selama ini untuk meyakinkan kedua belah pihak keluarga.
Semua kenangan mereka
akan jadi sejarah. Kini yang tersisa hanya kebencian. Komunikasi
terputus dengan Rangga. Lelaki itu meninggalkan Jakarta demi obsesinya. Menjadi
seorang seniman dunia menuju Prancis. Ia bersikeras menyalahkan keluarga Rasya
karena
tersinggung dengan keputusan Ayah Rasya agar menunda rencana pameran tunggalnya
di luar negeri. Karena undangan sudah terlanjur disebar. Rangga merasa itu
kesempatan berharga yang lama ditunggu-tunggunya.
Rasya kini
sendiri. Tiada tempat yang bisa dia datangi untuk mencurahkan kecewa dan luka hatinya. Pilihan
melabuhkan hatinya menuju lantai atasrumahanya bermain piano tua. Piano
yang sering menemaninya saat kecil menunggu Bapak pulang kerja.Rasya perempuan
yang romantis dan ceria.
**
Namun Rangga
dan keluarganya sendiri tidak ada yang mengerti dirinya.Semua menyalahkannya.
Menyalahkan pilihan Rasya yang tidak menyukai Rangga sejak awal, dan kini
Rangga meninggalkannya karena alasan impian masa depan.
Rena sekeretaris
kantornya datang membawakan bunga mawar putih kesukaanya dan kue keju
kesukaannya. Melihat rasya begitu defresi. Dia mendekati sahabat yang sudah
dikenalnya sejak kecil itu.
“ Rasya maafkan aku, aku baru tahu khabar dari ibumu,
Sudahlah.life
must goes on. mungkin kamu butuh waktu, bukankah hari baru selalu memberi
harapan” Rena duduk disampingnya
“ Terimakasih
Rena” tangis rasya pecah dan terisak dan menyambar pelukan hangat sahabatnya
itu.
*
Sore meninggalkan
senja. Rasya terbangun. Matanya masih sembab. Wangi mawar putih membuatnya
merasa tenang. Teh hangat sudah tersedia di meja riasnya. Tiba-tiba matanya
tertuju pada koper Abu-abu yang sudah berdebu diatas lemari sudah lama
tidak dipakai. Terakhir kalinya almarhum ibunya memakainya saat
berangkat ke Nias untuk penugasan dinas terakhirnya.
Rasya tiba-tiba
merindukan kakek. Sahabat dan mentornya yang sejati. Kakek selalu hadir
dibalik suaranya ditelpon yang bersemangat dan riuh disusut
gagang telpon dan surat-suratnya yang berisi petuah laksana laporan jurnal. Kakek memilih
jogjakarta untuk menikmatimasa pensiunnya dengan nenek.
Sungguh
Rasya begitu merindukan sosok itu. Sosok yang selalu bercerita tentang negara-negara
yang dikunjunginya. Dan kadang dengan bangga Rasya dikenalkan dengan sahabatnya
sesama diplomat. Kakek juga sering membawakan oleh-oleh berupa buku dongeng,
coklat dan tas jika pulang dari luar negeri.
Rasya meraih
koper itu dan membersihkan abunya. Abunya setebal 3 senti dan sudah tujuh tahun
waktu berlalu, pelan-pelan Rasya menyusun pakaian, kaus kaki tebal dan beberapa
buku text book, dan syal merah hati milik kakek. Setidaknya
bisa menemaninya di musim dingin nanti.
Rasya akan
memulai hari baru hidupnya. Keputusan yang akan diambilnya menuju
masa depan. Keputusan itu adalah mengambil beasiswa S2 Fulbright menuju Seattle, US yang sempat
diabaikannya. Acceptance letter itu
tergeletak di meja. Rasya fokus menikah dan mengabaikan impiannya sejak kecil
untuk menjadi diplomat agar bisa seperti kakek keliling dunia dan
mengaplikasikan ilmu diplomasinya. Rasya adalah program manager paling jago
untuk bagian kerjasama dan MOU di kantornya. Semua mengacungkan jempol
untuknya.
Soekarno Hatta, 15.00 wib
***
Bandara tempat
yang sangat historis setidaknya bagi Rasya.Perempuan itu memeluk Kakek dan
bapaknya danmemandangnya lama satu persatu. Begitu sulit
perpisahan ini.
“ jaga diri
baik-baik sya, you can make it, I proud of you”
“ siap eyang”
Rasya menunjukkan tangan kanan di pelipis kanan keninggnya dengan gaya
menghormat ala militer
Lalu Bapak
tertawa renyah disusul kakek mengacak rambutnya.
Dia memeluk dua
lelaki istimewa itu satu-satu dan berlalu.
Rasya mencoba
tegar menuju waiting room. Rasya tahu
begitu berat memulai semua ini. Tangisnya tertahan dalam dan akhirnya
pecah. Namun untuk sebuah impian dan cita- cita terkadang harus ada yang
dilepaskan. Rasya akhirnya memilih duduk paling pojok membenamkan wajahnya
dalam sweater merah hati. AC bandara begitu dingin menusuk tubuhnya yang mulai kurus. Ia meperhatikan
pergelangan tangannya. Quartz nya menunjukkan angka 14.25 wib. Dua puluh lima menit lagi pesawat
boarding.
Pikiran Rasya
jauh berkelana. Seolah De Javu. Bandara Soeta adalah tempatnya bersua
pertama kali dengan Rangga. Pertemuan mereka
selalu menghadirkan bahagia saat bersua dan bersedih saat melepasnya ke
kotanya di Solo. Seolah sosok itu begitu susah hilang dari benaknya dan
mengontarak tahunan dipikirannya. Konfrensi hak azasi manusia di Solo
yang mempertemukan mereka. Rasya jadi pembicara dan Rangga menggelar pameran
lukisannya dengan aliran abstact humanis. Kenangan itu menyusup kekepalanya
perlahan.
Rasya tak pernah
mengerti kapan cinta yang utuh menjadi miliknya. tiada yang
diharapkan lagi dari siapapun. Untuk pertama kalinya Rasya berpikir
tentang apa makna kebahagiaan baginya. Rasya
pergi.Meninggalkan keluarga dan kota masa kecilnya. Memutus ruang dan waktu. Berkelana.
Mengembara. Berpesta dengan asing.
Dia menulis
sesuatu di kertas note kecil
Kuingin datang kesatu tempat yang menyapaku dengan
hangat meski aku orang asing adalh pilihan yang lebih baik sekarang daripada aku
tinggal di satu temoat yang mengenaliku dalam namun menaburiku luka.
Bantu aku melupakan semua kenangan bahagia yang
berakhir luka Tuhan.
Rasya akhirnya memulai sesuatu
yang baru dengan harapan menuntut ilmu di negeri seberang karena prestasinya. Bukan
dengan menepi ke Solo atau mencari Rangga ke ujung dunia. Namun
rasya memilih jalan sendiri
disebuah sudut kota Seattle yang sepi namun menenngkannya.
**
Pesawat mendarat
dengan soft landing. Penerbangan 2 hari tiga
malam yang melelahkan. Rasya mengambil bagasi dan setengah mengantuk menarik troli di depannya. Tangannya
menyenggol sosok tinggi jangkung di sampingnya
” ups, sorry” rasya tak
sengaja menyenggol lengan seorang sosok jangkung disampingnya.
”no worries”? senyum simpul sosok lelaki
bule oriental didepannya
Rasya bergergas menuju
ruang declare bagasi.
Melihat sekilas
alamat dormitory di kartu nama roommate
nya. Hari ini bakal menyenangkan. Rasya berbenah untuk
hari baru pikirnya.
Taksi didepannya
dengan senyuman ramah driver menujunya, dengan sigap Rasya mendorong kopernya
ke depan. Tiba–tiba sosok laki-laki itu
lagi dengan seenaknya melengos dan mendahuluinya. Sambil membuka pintu taksi,
apa-apaan ini pikirnya..
” excuse me, I have
ordered first”
“Sorry , my name Rush,
maybe some problem in order”
Oh logis juga. mungkin
spelling saya tak sempurna
”oke sorry for that” ucap Rasya mengalah
“ where are you going?”
“Dormitory Avenue street 7”
“ oh we have same address, let’s go together”
“ what?! Really”?
“ are you also new students? “
“ yup, next two days will be my first class in Public Policy”
Rasya bergumam dalam hatinya.
Oh Tuhan
terimakasih pertolongan dan kejutan manismu
setidaknya aku tidak
sendirian menghadapi hari pertama, “ bathin Rasya
Rush mengangkat
Koper Rasya. Lelaki ini terlihat peduli untuk perempuan asia sepertinya.
Taksi melaju
menuju avenue Street. Pemandangan hijau pepohonan dikiri kanan
jalan dengan pohon pinus menjulang dan awan biru nan cerah menghiasi
sepanjang jalan menuju dormitory. Hatinya mekar memandang view baru
dimatanya. Bukan lagi hutan gedung beton menjulang di Jakarta. Sepanjang jalan
Rush banyak bercerita joke cerdas. Rush ternyata sosok smart dan punya
selera humor yang baik.
Rasya tersenyum
simpul. Perempuan itu mencoba mengambil hikmah kegelisahan dan kegagalan
hubungannya. Bukankah semua keadaan dan kekecewaan itu mengantarkannya
pada keputusan yang utuh. Akhirnya mimpinya melanjutkan study ke negeri paman
Sam terwujud. Dia yakin akan menyelesaikan s2 hingga
menyelesaikan doktornya di kampus idaman yang tertunda 3 tahun yang lalu.
Dia berpikir
almarhum Ibunya pasti bahagia melihatnya melakukan
sesuatu yang dicintainya hingga dia menemukan dan membuka hati untuk cita, cinta dan harapan baru.
Rush sedari tadi
memandangi Rasya yang melamun, tersenyum dan termenung.
Tiba-tiba dia
mengeluarkan sket, wah ada karikatur lucy dari Rush
Wajahnya lucu,
dengan telunjuk dikepala dan tersenyum aneh.
”
Welcome for Rasya Thinker Extrovert in Dream Land”
mereka tertawa
dan tergelak, hingga tax driver melirik mereka kekaca depan, mungkin aneh
baginya melihat dua anak manusia yang sebelumnya berselisish dibandara dan
akhirnya bisa tertawa bersama
Hari ini indah,
Rasya tersenyum simpul dihatinya. Sayup-sayup lagu
Jason Miraz mengalun merdu ditaksi menemani hari pertama
Rasya di negeri asing yang menyapanya hangat.
Selamat datang
bahagia. Peluk aku dalam rindu. Bathinnya bergumam dengan senyum simpul yang
kembali hadir di wajah bulat telurnya.
Ceritanya bagus... Semua pasti ada hikmahnya....
ReplyDeleteTerimakasih My self, semoga tulisan ini beruntung dan jadi pemenang ya :)
Delete