Jika Pendidikan adalah Suluh Bangsa, Maka Biarkan
Terangnya tak Pernah Padam*
Edrida Pulungan, SE., SPd., M.HI
Negara harus hadir, harus efektif. Dan birokrasi
pendidikan dan kebudayaan adalah motor dalam gerakan semesta ini. Birokrasi di
tingkat pusat harus menjadi contoh bagaimana mesin birokrasi bekerja secara
efektif. Kemendikbud sadar,
untuk itu perlu pelibatan publik serta perbaikan tata kelola. Reformasi birokrasi, khususnya perbaikan tata kelola,
yang selama ini didengungkan memang penting. Tapi, untuk mendorong efektivitas
birokrasi lebih jauh, cara terbaiknya adalah membuka luas pelibatan publik.
(Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, Ph.D)
Pendidikan adalah hak azasi manusia yang tertera dengan jelas dalam
konstitusi bangsa yakni pasal 31 UUD 1945. Yakni Tiap warga negara berhak
mendapat pendidikan dansetelah diamanademen menjadi Tiap-tiap warga negara
berhak mendapat pengajaran. Tentu ada evaluasi yang mendasar tentang makna
pendidikan dan pengajaran nasional dalam refleksi perjalanan pendidikan anak
bangsa di tanah air. Bukan hanya itu bahkan pendidikan juga bertujuan untuk
mencerdaskan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang tertulis secara
historis, sakral dan diplomatis sebagai tujuan dari pendididikan di Indonesia. Namun
benarkah pendidikan kita sudah bisa diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia?
Benarkah Pendidikan kelak menjadi gerakan semesta?
Terinspirasi dengan ungkapan dari Menteri Pendidikan dan kebudayaan diatas tentang
keterlibatan negara, perbaikan birokrasi pendidikan dan perbaikan tata kelola
sebagai formula untuk gerakan pendidikan untuk semesta adalah formula yang
menarik untuk di terapkan dalam sistem pendidikan bangsa.
Sebagai contoh untuk daerah Bandung Barat yang tak jauh dari Ibukota,
berdasar berita yang dirilis dari Republika.co.id tanggal 21 Januari 2016
menyebutkan bahwa sekitar 3.000 siswa lulusan SMP dan sederajat dari total
sekitar 12 ribu lulusan pada 2015 lalu tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang
berikutnya. Faktor ekonomi menjadi penyebab utama orang tua siswa enggan
menyekolahkan anaknya hingga tingkat SMA. Tentu jika diretas terdapat lost generation dan gap yang jauh yakni sebelumnya dari jenjang SD ke SMP hingga antar
SMP ke SMU dan begitu juga jenjang SMU ke Universitas. Hal ini perlu
mendapatkan perhatian juga. Konon hal yang sama terjadi di berbagai daerah dan
pelosok di Indonesia. Jadi Sinergi dan kolaborasi semua pihak adalah kata kunci
untuk pendidikan semesta. Mungkin begitulah makna dari konsep yang ditawarkan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai leading sector dalam pendidikan dan kecerdasan bangsa.
Mutu Pendidikan di Daerah yang berkualitas
Setelah berlakunya UU No 22 th. 1999 tentang
otonomi daerah yang salah satunya melimpahkan wewenang bidang pendidikan ke daerah.
Tentu dengan dasar konstitusi diatas perlu pengawasan dari Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia (DPD RI) untuk mengawasi apakah terjadi kesenjangan
mutu pendidikan antardaerah maka dalam UUD ditetapkan 20 % dari APBD digunakan
untuk kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Sehingga perli ketrlibatan
semua pihak bahkan selain negara yang hadir dibutuhkan juga peran swasta berupa
perusahaan yang peduli dengan pendidikan dengan memberikan bantuan dana dan
fasilitas melalui dana CSR ( Coorporate
Social Responsinility). Disamping itu perlu juga peran komunitas-komunitas
penggiat pendidikan yang berada dalam masyarakat sebagai akses pendidikan
alternatif yang bisa mmebantu pendidikan dasar informal yang merupakan swadaya
masyarakat dengan dukungan dan perhatian dari Pemerintah
Dalam meningkatkan mutu pendidikan sejalan dengan
teknologi juga, maka Pemerintah juga harus membangun konsep e-learning sebagai
metode pendidikan jarak jauh, dan tentu saja butuh akses dukungan teknologi
internet yang memadai. E-learning juga sangat cocok di kembangkan di
pulau-pulau di Indonesia. Karena disadari atau tidak, pendidikan untuk semesta
bermakna keadilan dan pemerataan. Hal tersebut diatas belum merupakan upaya
jika kita mengacu pada riset Global
Competitiveness Index yang dirilis World
Economic Forum (WEF) tahun 2015 daya saing Indonesia di bidang teknologi
dalam pilar ke 9 menduduki posisi ke 85 dari 140 negara di dunia. Sehingga
dengan kondisi ini setiap elemen bangsa bahu membahu menjadi bagian pendidikan
bangsa menuju insan yang berkarakter, beriman dan berdaya saing.
Program Indonesia Mengajar sebagai Gerakan
inisiatif dibidang pendidikan bisa dijasikan inspirasi yang dinilai sukses
membangun gerakan semesta di level mikro, sedangkan dilevel meso lebih pada
pemerataan sistem pendidikan yang bisa menjangkau masyarakat tak mampu melalui
program pemerintah yang masih dijalankan yakni melalui Kartu Indonesia Pintar.
Sedangkan dalam level Makro Indonesia harus memposisikan diri dengan tingkat
IPM teratas minimal untuk negara ASEAN dan
mengejar ketertinggalam dalam kelompl G20
Universitas
Negeri dan Swasta di Daerah harus Berdaya Saing
Bagaimana kondisi Universitas daerah di seluruh
Indonesia?, Seperti dirilis hanya ada 10 peringkat universitas negeri yang diakui
berdasar QS world University Rankings dan Times Higher Education dan tergolong world class university di
Indonesia yakni Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas
Gajah Mada, Universitas Airlangga, IPB, Universitas Diponegoro, ITS, UMS dan
Universitas Brawijaya. Namun ironisnya berdasarkan berita di Kompas.Com
tertanggal 9 Mei 2016. Jumlah siswa pendaftar SNMPTN mencapai 645.202 dan
pendaftar program Bidikmisi sebanyak 143.819. Adapun siswa lolos SNMPTN hanya
sebanyak 115.178 dan Bidikmisi 24.506 orang. Artinya masih ada lima ratus lebih
calon mahasiswa yang belum tertampung dan harus mencari peruntungannya di
universitas swasta favorit ataupun universitas swasta biasa yang konon dengan
biaya yang mahal. Adapun universitas swasta yang masuk peringkat
webometric antara urutan 10-36 di
Indonesia dan setara dengan urutan 2000 hingga 3500 dunia adalah Unpad,
Unsyiah, UPI, UNS, Unhas, UNY, Udayana, dan lain sebagainya yang tersebar di
seluruh daerah Indoensia.
Namun mengingat persaingan semakin tinggi baik lembaga pendidikan maupun
kualitas mahasiswa yang akan memasuki perguruan tinggi swasta. Hal ini tentu
perlu mendapatkan perhatian yang baik dari setiap pemangku kepentingan baik
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Rektor Universitas dan juga swasta. Pendidikan
yang bermutu dan baik juga berkolearsi terhadap kulitas kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat. Menurut data BPS tahun 2013 dari sisi distribusi
pendapatan juga terlihat makin melebarnya penduduk kelas terbawah sebanyak 40
persen dari 20 persen penduduk terkaya. Artinya sebanyak 20% penduduk terkaya
menguasai hampir separuh pendapatan nasional. Untuk itu pendidikan juga alat
untuk membunuh kemiskinan.
Beberapa universitas di daerah juga harus berdaya saing dan kreatif
mencetak generasi unggul dan potensi pemimpin dalam masyarakat, perusahaan,
bangsa dan negara. Seperti yang
disampaikan oleh Rektor Universitas Lambung Mangkurat, Prof. Dr Sutarto Hadi,
M.Si., M.Sc mengatakan Universitas di
daerah harus mampu bersaing dan berinovasi dalam membangun kualitas dan
terjangkau oleh masyarakat. Hal tersebut lah yang mendorong dirinya untuk
berinovasi sebagai wakil rektor saat itu untuk membuat kerjasama dengan IDBG terkait proyek education fund untuk peningkatan pembangunan kampus Universitas
Lambung Mangkurat akhirnya mendapatkan kucuran dana sebesar 500 Milyar rupiah
yang bertujuan memajukan pendidikan di dan pembangunan capacity building dan Kegiatan non-akademik berupa proyek
pembangunan gedung (civil work) di Universitas Lambung Mangkurat.
Kedepan proses perjalanan bangsa masih
berjalan, Pendidikan bagaikan eskalator yang membawa segenap masyarakat
Indonesia kepada impian yang dicita-citakan para pendahulu bangsa yakni
Founding fathers, Bapak Soekarno Hatta agar menjadi bangsa mandiri dan bisa
sejajar dengan bangsa-bangsa yang maju lainnya sesuai dengan proses lahirnya
bangsa ini dari hasil tekat kuat dan intelektualitas para pemikir bangsa.
Begitu juga dengan ungkapan Ki Hajar
Dewantara ” setiap kita adalah Guru”, dan setiap kita wajib berbagi ilmu dan
pengetahuan dimanapun kita berada sehingga pendidikan untuk semesta bukan
fatamorgana namun sejatinya adalah suluh yang memberikan terang bagi bangsa
menjadi bangsa yang besar dan diakui oleh dunia dan dicatat oleh sejarah.
Semoga
*Penulis
adalah Staf Calon Fungsional Peneliti
Biro Pusat data dan Informasi Setjen DPD RI
0 comments:
Post a Comment