Friday, December 27, 2013

(Resolusi 2014) The way (to be) Writer, Speaker and Trainer Waktu mungkin adalah sahabat terbaik setiap insan yang menemani dan mengkritisi kehidupan yang kita jalani dalam rangkaian detik, menit, jam, hari,bulan,hingga tahun, menjadi bilangan waktu untuk mengenali diri untuk "tumbuh" dari benih-benih yang kita tanam, karena Tuhan tidak pernah tidur (Refleksi 2013, The Corner Lentera Pustaka Indonesia) Ada banyak hal yang terjadi dalam kehidupan kita setiap waktu, terkadang kita melaju begitu kencang menuju impian, harapan dan cita-cita kita dan lupa mengambil jeda karena meyakini logika secara berlebihan, seperti kerja keras berkorelasi kesuksesan, atau pencarian akan menuju titik penemuan, kebaikan berbalas kebaikan semua seperti hukum positif, sehingga jika hasil yang kita dapatkan tidak sesuai, maka hasil akhirnya adalah kekecewaan kuadrat plus stagnan dan merasa gagal. Terkadang kita juga berjalan begitu lambat tanpa menyadari banyak hal yang tertunda untuk kita selesaikan, bisa karena masalah, ujian kehidupan atau mood yang tidak bersahabat, dan sebagainya. Namun semua adalah bagian dari dinamika kehidupan. Seperti mendaki gunung kepuncak tertinggi, saat masih ditengah tak mampu mendaki kepuncak lalu kita merasa gagal atau memaksakan emergi kita sampai, padahal sejatinya dalam sebuah proses kehidupan semua menemui takdir kesuksesannya sendiri-sendiri, baik yang sukses setengah jalan hingga sukses utuh dan paripurna, namun saat kita merenung dan memetik hikmah selalu ada pesan istimewa untuk kita didalamnya. Mungkin seperti itu. Bagi saya 2013 tahun yang penuh cobaan sekaligus kejutan, ketika akhirnya harus setia pada pilihan yang sudah saya buat dalam profesionalisme kerja dalam ranah kebijakan yang terkesan serius dan membuat banyak sahabat atau rekan kerja merasa saya bukan makhluk kreatif karena bagian dari sistem. Namun seiring waktu berjalan saya menyadari ada talenta yang harus saya syukuri sebagai paket yang manis dari Tuhan, dan semua talenta tersebut menyeimbangkan kehidupan saya menjadi indah, sebenarnya saya sadar namun mengabaikannya cukup lama, hingga akhirnya saya menemukan mata rantai yang utuh sebagai sesuatu yang "hidup" dalam diri saya. Dunia menulis bukan dunia baru sejak SD, hingga SMP saya sering menang lomba nulis puisi, mengarang bebas hingga guru bahasa Indonesia mengatakan kelak saya akan jadi penulis dengan legalitas nilai bahasa Indonesia yang selalu bertahan di angka 9, tapi saya tak menggap itu istimewa sebagai tanda talenta, waktupun berjalan. Saat masih kelas V SD juga, saya tanpa sengaja ikut lomba pidato dengan naskah yang terpaksa saya tulis sendiri karena gengsi minta tolong Bapak yang sering membuat pidato walikota dalam ranah pekerjaannya sebagai birokrat. Namun akhirnya beliau juga yang menjadi editor dan mentor pertama saya menyempurnakan penampilan saya berpidato dimuka umum, meski pada dasarnya saya adalah seorang anak yang pemalu yang lebih bebas berekspresi di diary daripada di hadapan umum. Hingga akhirnya saya kuliah dan aktif mengikuti organisasi kampus internal dan ekternal, organisasi kepemudaan serta komunitas debat dan kuliah di dua universitas negeri berbeda "memaksa" saya harus komunikatif dengan banyak teman kampus dan dosen untuk merampugkan kuliah dengan jadwal yang hampir bersamaan. Dan saya melupakan semua itu. Waktu berputar lagi, saya berkenalan dengan kompasiana tanpa sengaja karena diundang dalam Fokus Group Discussion Research and Developmen Harian Kompas dan mendaftarkan akun saya pada hari yang bersejarah itu juga, hingga saya harus kembali berdiri didepan publik karena diminta menjadi Host Moderator Kompasianival 2013 dengan topik musik dan TKI kontras sekali bukan? Tetapi show has go on and successfully indeed. Dan semua berlalu, hingga saya terpilih lagi jadi finalist kompetisi Public Speaking Rene Suhardono and Friends di at America setelah memenangkan tiga sesi "circle of talking"untuk story terbaik, hingga performance saya menghadirkan banyak sahabat baru yang terinspirasi dan tersentuh dengan cerita saya, mungkin karena story tersebut sangat emosional dan personal sekali. Dan dititik ini saya berhenti ketika saya mendapatkan banyak ucapan apresiasi, senyuman, pelukan dan titik bening disudut mata mereka, saya merasa inilah dunia saya. Akhir desember yang cukup sibuk, saya memenuhi undangan organisasi pemuda di cianjur, dan lagi-lagi rasanya begitu berbeda ada rasa bahagia melihat semangat dan motivasi dalam tatapan optimis mereka, kali ini saya akan beresolusi, ada satu amanah sosial yang akan saya emban yang kelak menjadi dunia saya untuk belajar, bertumbuh dan berkembang bersama, 2014 saya akan mencoba menenun talenta itu menjadi penulis, pembicara dan pelatih, semoga tidak terlambat, dan kelak saya akab bercerita pada anak cucu saya, "nak, Ibu pernah bersua dengan anak seusiamu nun jauh di pulau terluar di Indonesia bagian timur sana, mereka tetap semangat belajar dan berkarya meski dalam keterbatasan, dan kata-kata adalah mantra ajaib yang membawa ibu kesana, semoga kelak engkau menemukan panggilanmu dan duniamu juga dunia yang kau cintai segenap jiwa" So, This becoming 2014, I'll do my way to be writer, speaker and trainer, this is the one of my contribution as human being in accepted my talent as the best give of God, Bismillah



(Resolusi 2014) The way (to be) Writer, Speaker and Trainer




Waktu mungkin adalah sahabat terbaik setiap insan yang menemani dan mengkritisi kehidupan yang kita jalani dalam rangkaian detik, menit, jam, hari,bulan,hingga tahun, menjadi bilangan waktu untuk mengenali diri untuk "tumbuh" dari benih-benih yang kita tanam, karena Tuhan tidak pernah tidur (Refleksi 2013, The Corner Lentera Pustaka Indonesia)

Ada banyak hal yang terjadi dalam kehidupan kita setiap waktu, terkadang kita melaju begitu kencang menuju impian, harapan dan cita-cita kita dan lupa mengambil jeda karena meyakini logika secara berlebihan, seperti kerja keras berkorelasi kesuksesan, atau pencarian akan menuju titik penemuan, kebaikan berbalas kebaikan semua seperti hukum positif, sehingga jika hasil yang kita dapatkan tidak sesuai, maka hasil akhirnya adalah  kekecewaan kuadrat plus stagnan dan merasa gagal.

Terkadang kita juga berjalan begitu lambat tanpa menyadari banyak hal yang tertunda untuk kita selesaikan, bisa karena masalah, ujian kehidupan atau mood yang tidak bersahabat, dan sebagainya. Namun semua adalah bagian dari dinamika kehidupan.

Seperti mendaki gunung kepuncak tertinggi, saat masih ditengah tak mampu mendaki kepuncak lalu kita merasa gagal atau memaksakan emergi kita sampai, padahal sejatinya dalam sebuah proses kehidupan semua menemui takdir kesuksesannya sendiri-sendiri, baik yang sukses setengah jalan hingga sukses utuh dan paripurna, namun saat kita merenung dan memetik hikmah selalu ada pesan istimewa untuk kita didalamnya. Mungkin seperti itu.

Bagi saya 2013 tahun yang penuh cobaan sekaligus kejutan, ketika akhirnya harus setia pada pilihan yang sudah saya buat dalam profesionalisme kerja dalam ranah kebijakan yang terkesan serius dan membuat banyak sahabat atau rekan kerja merasa saya bukan makhluk kreatif karena bagian dari sistem. Namun seiring waktu berjalan saya menyadari ada talenta yang harus saya syukuri sebagai paket yang manis dari Tuhan, dan semua talenta tersebut menyeimbangkan kehidupan saya menjadi indah, sebenarnya saya sadar namun mengabaikannya cukup lama, hingga akhirnya saya menemukan mata rantai yang utuh sebagai sesuatu yang "hidup" dalam diri saya.

Dunia menulis bukan dunia baru sejak SD, hingga SMP saya sering menang lomba nulis puisi, mengarang bebas hingga guru bahasa Indonesia mengatakan kelak saya akan jadi penulis dengan legalitas nilai bahasa Indonesia yang selalu bertahan di angka 9, tapi saya tak menggap itu istimewa sebagai tanda talenta, waktupun berjalan.
Saat masih kelas V SD juga, saya tanpa sengaja ikut lomba pidato dengan naskah yang terpaksa saya tulis sendiri karena gengsi minta tolong Bapak yang sering membuat pidato walikota dalam ranah pekerjaannya sebagai birokrat. Namun akhirnya beliau juga yang menjadi editor dan mentor pertama saya menyempurnakan penampilan saya berpidato dimuka umum, meski pada dasarnya saya adalah seorang anak yang pemalu yang lebih bebas berekspresi di diary daripada di hadapan umum.

Hingga akhirnya saya kuliah dan aktif mengikuti organisasi kampus internal dan ekternal, organisasi kepemudaan serta komunitas debat dan kuliah di dua universitas negeri berbeda "memaksa" saya harus komunikatif dengan banyak teman kampus dan dosen untuk merampugkan kuliah dengan jadwal yang hampir bersamaan. Dan saya melupakan semua itu.
Waktu berputar lagi, saya berkenalan dengan kompasiana tanpa sengaja karena diundang dalam Fokus Group Discussion Research and Developmen Harian Kompas dan mendaftarkan akun saya pada hari yang bersejarah itu juga, hingga saya harus kembali berdiri didepan publik karena diminta menjadi Host Moderator Kompasianival 2013 dengan topik musik dan TKI kontras sekali bukan? Tetapi show has go on and successfully indeed. Dan semua berlalu, hingga saya terpilih lagi jadi finalist kompetisi Public Speaking Rene Suhardono and Friends di at America setelah memenangkan tiga sesi "circle of talking"untuk story terbaik, hingga performance saya menghadirkan banyak sahabat baru yang terinspirasi dan tersentuh dengan cerita saya, mungkin karena story tersebut sangat emosional dan personal sekali. Dan dititik ini saya berhenti ketika saya mendapatkan banyak ucapan apresiasi, senyuman, pelukan dan titik bening disudut mata mereka, saya merasa inilah dunia saya.

Akhir desember yang cukup sibuk, saya memenuhi undangan organisasi pemuda di cianjur, dan lagi-lagi rasanya begitu berbeda ada rasa bahagia melihat semangat dan motivasi dalam tatapan optimis mereka, kali ini saya akan beresolusi, ada satu amanah sosial yang akan saya emban yang kelak menjadi dunia saya untuk belajar, bertumbuh dan berkembang bersama, 2014 saya akan mencoba menenun talenta itu menjadi penulis, pembicara dan pelatih, semoga tidak terlambat, dan kelak saya akab bercerita pada anak cucu saya, "nak, Ibu pernah bersua dengan anak seusiamu nun jauh di pulau terluar di Indonesia bagian timur sana, mereka tetap semangat belajar dan berkarya meski dalam keterbatasan, dan kata-kata adalah mantra ajaib yang membawa ibu kesana, semoga kelak engkau menemukan panggilanmu dan duniamu juga dunia yang kau cintai segenap jiwa"

So, This becoming 2014, I'll do my way to be writer, speaker and trainer, this is the one of my contribution as human being in accepted my talent as the best give of God, Bismillah

0 comments:

Post a Comment