Tuesday, August 9, 2016

Kepada Hati itu, Merdekalah


Kepada hati busuk itu, Merdekalah


Kutulis surat ini untukmu
Dalam lembar-lembar tangis
Dari seorang perempuan 
dengan hati teriris
yang kau curi hatinya
Saat seperempat purnama
di astana rajasasana
Aku perempuan yang kau gantung cintanya

Semua mantra-matra puja-puji
Mengalir dari lisanmu berlapis madu
Membuai terbuai
aduhai
aduhai
Engkau piawai
dalam rayu merayu seharum wangi dupa
dalam puitisnya jemari rembulan melukis langit
semua rasa kau bisikkan dalam gemuruh asmara

Peluh
Rusuh
Runtuh
Rubuh
semua kisah terungkap menjelang shubuh

Perempuan yang selalu dipingit di istananya
Terbuka lebar matanya
Melihat dunia hingga merasakan lezatnya madu cinta
Seperti seteguk anggur manis yang 
Membuat raga terbang ke nirwana
Kau tinggal pergi dan memikat perempuan lainnya


Semua misteri dan tabir terkuak sudah
ketiga kisah ini menjadi terlalu naif
Jujur dan dusta beradu wajah
kau bolak balik rasa dan ego meraja

Engkau sang pengelana cinta
yang melempar jala asmara
kepada semua perempuan
para jelita, dewi-dewi cantik rupa 
janda muda dan selir raja
kau puja-puja seluruh rupa
terlenalah meraka dalam pasrah
dan engkau pemutus kisah

Kau berdalih
Kau bersilat kata
Kau menangis
Kau tertawa
Kau memuja
Kau mengalah
Kau bersandiwara
lengkap cerita dan ending skenarionya

Kau pencuri hati para perempuan pepuja satu persatu
Hingga mereka tersadar, terkapar dan terlempar
Berebut pada hati yang satu hatimulah itu
Engkaulah itu sang dalang berwajah rahwana
Buaya darat yang mengobral airmata, tubuh
Aksara, mantra-mantra dan puja puja
Untuk nikmat semata dari nafsu yang kau jadikan raja


Kepada hati busuk itu, Merdekalah
terlalu lama engkau terpasung
Menjadi budak angkara murka
Usiamu berapa lama lagikah
Sang algojo istana akan memenggal kepalamu esok pagi
Sebelum matahari berpijar di atas kepala
Darahmu akan dituang di cawan suci
oleh selir raja yang kau mainkan dalam khianat rasa

Malang nasibmu, menyesal jauh terlalu
Mungkin masih adakah waktu
Kepada hati busuk itu, Merdekalah
Engkau terpenjara dendammu
Saat detik mendulang rindu
Kau terpasung laku mu
tipu-tipu dayamu

Kau tahu
Berakhir kisahmu esok pagi
dipacung dalam kerumun

Dalam keramaian itu
Menarilah mereka
Menangislah mereka
Berteriaklah mereka
Siapakah mereka
Mereka perempuan yang kau mainkan rasa

Lihatlah makammu sudah ditanami mawar hitam
Juga selembar surat maafmu untuk sang mantan
yang meninggalkanmu dalam kelam
hingga engkau balas dendam bagi semua perempuan

Kepada hati itu, Merdekalah sekarang
Jubah hitam, darah segar dan dendam kau bawa mati

Kisahmu menjadi berita hangat di koran pagi
Lelaki itu mati ditangan algojo pengawal selir raja


Senayan, 9 Agustus 2016







0 comments:

Post a Comment