Tuesday, October 4, 2016

Berbagi Inspirasi saat Dies Natalis D3 Kesekretariatan USU



  
Gambar 1 : Memberikan materi untuk acara dies natalis D3 Kesekretariatan USU, doc. Edrida

Saat akhir september, saya mendapat telepon dari adik-adik junior untuk menghadiri acara Dies Natalis D3 Kesekretariatan USU di Medan yakni tanggal 30 September. Sayapun mengiyakan setelah acara sebagai pembicara di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta diundur pelaksanaannya dalam memperingati hari literasi internasional yang bekerjasama dengan American Corner. 

Mahasiswa kesekretariatan yang hadir cukup ramai dan ada sekitar lima angkatan. Mereka masih muda dan terlihat semangat hinga semua kursi terisi meski awalnya malau-malu duduk di depan. Saya mendapat giliran berbicara tentang Semangat Kebersamaan dengan teman Survive, Berprestasi dan Menginspirasi setelah rekan senior saya yang juga hadir sebagai Pembicara yang bertugas di PAM Tirtanadi, BUM di Medan. 

Saya mengisahkan bagaimana saya  mulai  duduk di bangku kuliah D3 Kesekretariatan  pada tahun 2000 yang terkenal dengan generasi milenium saat itu.Kemudian saya melanjutkan  kuliah S1 Fakultas Ekonomi juga tidak mudah, karena saat itu saya harus jauh dari orangtua dan harus hidup mandiri apalagi anak pertama harus jadi contoh untuk empat orang adik. Namun saat kuliah di D3 Kesekretariatan, banyak mata kuliah yang bermanfaat yang saya dapatkan seperti pengantar kesekretariatan, korespondensi, humas, pengantar bisnis dan sebagainya hingga saya nyambi kerja sebagai penulis di kolom manajemen dan bisnis harian medan bisnis hingga mendapat honor 500.000 rupiah perbulan saat itu plus 5 kilo beras, namun saya senangnya bukan main, apalagi saat itu saya masih kost. Saat sore saya mengajar bahasa Inggris di kursus bahasa Inggris yang tak jauh dari rumah. Akhirnya kegiatan saya sebagai mahasiswa cukup padat , meski D# saya juga aktif organisasi mahasiswa jurusan dan organisasi ekskul lainnya dan jadi penggiat USD ( Usu Society For Debating) , yakni komunitas debat bahasa Inggris, awalnya beberapa rekan menganggap saya hanya D3 dan bukan s1 bahkan saat ada lomba debat antar universitas saya ditinggalkan dan di telpon agar tak berangkt ke Yogyakarta mungkin karena saya D3 dan lain sebaginya. Saya menangis, tapi tetap semangat dan alm, ayah saya bilang " berangkat, Bapak carikan tiket" itulah penerbangan pertama saya, dan rekan saya yang ikut lomba hanya heran melihat saya sudah tiba dengan wajah capek karena tiba di umbul harjo dengan ditemani sahabat satu kampung. Pertama kali saya naik pesawat dan survive. Jadi rumus pertama positif thinking .

lalu adik junior bertanya apa kunci sukses saya hingga akhirnya bisa menyelesaikan kuliah doble di S1 dan S2, Padahal saat itu saya sempat terpuruk karena di usia 23 tahun ayah saya wafat, sementara saya belum bekerja dan adik adik masih SMU dan akan kuliah di kedokteran, namun kunci sukses saya adalah menanamkan kesadaran pada diri sendiri dengan membaca diri,  tekun, serius tapi sambil kembangkan hobi  dan ikut organisasi biar tak jenuh. Memang akhirnya saya wisuda dengan berprestasi dan mendapat IPK tiga koma dan merasakan wisuda sama-sama di bulan april di bulan kelahiran saya pada dua universitas negeri yang berbeda. Namun untung saya pernah kuliah D3, jadi merasakan alm. Bapak mendampingi hari istimewa itu.

Kebanyakan mahasiswa D3 memang kurang inisitif dan kadang merasa akan jadi pekerja dan minder dengan anak S1, padahal menuntut ilmu tiada yang sia-sia. saya juga mengambil sampel beberapa mahasiswa tidak tahu setelah wisuda mau jadi apa. Namun intinya saya katakan begitu kita wisuda, kita harus siap mental jadi pengangguran terdidik, namun harus ada upaya mencari, menggali dan melihat peluang yang ada, apalagi zaman sekarang teknologi serba canggih, bekerja tak perlu kirim lamaran dan ikut test dengan online.


   Gambar 2 : Meberima Plakat Pembicara dari Ketua Alumni D3 USU 
   untuk acara dies natalis D3 Kesekretariatan USU, doc. Edrida

Bagi saya, berbagi semangat itu menyenangkan, karena bermanfaat untuk dua belah pihak, saling belajar dan bercermin. Pihak yang berbagi akan bersyukur bahwa sudah melewati perjalanan yang sulit, dan pihak yang dibagi akan menjadikannya pelajaran. Menyenangkan sekali bukan.


Acara seminar tersebut saya tutup dengan puisi karena kebetulan saya menyukai seni dan sastra mungkin karena efek banyak perjalanan berliku yang saya lewati yang terkadang puitis untuk dituliskan. saya akhirnya membagikan buku pada ibu ketua Jurusan Sekretaris yakni bu Beby dan menutup seminar dengan puisi saya' aku adalah jalan-jalan panjang" yang akhirnya berakhir dengan tepukan tangan yang penuh haru biru dan juga puisi saya " Nyanyian Sinabung Setelah Hening " dibaca seorang junior yang kebetulan bermarga Milala sama dengan korban sinabung yang mengabadikan sinabung waktu meletus. 



              
Gambar 3 : Soft Launching Buku Kumpulan Puisi " Perempuan yang dikeningnya Kutanam Mawar dan Kamboja pada acara dies natalis D3 Kesekretariatan USU, doc. Edrida

Berbagi adalah satu keniscayaan dalam kehidupan insan
karena selalu ada keberkahan di dalamnya
yang sedikit jadi tergenapkan
karena diawali dengan ketulusan dan diakhiri dengan keikhlasan

( Edrida Pulungan, Pecinta Puisi dan Ilmu Sosial, 
menulis 22 buku tunggal dan Antologi, Host Kompasianival 2013/2014)

0 comments:

Post a Comment