Monday, March 2, 2020

Ayana Jihye Moon, Selebram asal Korea : Muallaf Pecinta Bahasa Indonesia, Ayam Penyet, dan Politik


 


Ayana Jihye Moon, Selebram asal Korea : Muallaf Pecinta Bahasa Indonesia, Ayam Penyet, dan Politik



         Gambar 1 : Buku Ayana Journey To Islam bertanda tangan kepada pembaca 
                                                   doc. edrida pulungan
Perjalanan kehidupan setiap insan di muka bumi memang beragam dan penuh warna, demikian juga dengan Sosok Ayana, perempuan korea yang mencari ilmu dan islam hingga merantau ke negeri Malaysia dan Indonesia serta dalam proses mencari jati diri ditengah keterbatasan teman, uang dan informasi akhirnya menemukan cita-cita hidupnya. Menemukan teman-teman yang mendukungnya serta menjalani silang budaya di tempat yang baru

Hal tersebut terangkum dengan indah dalam buku Ayana Journey to Islam telah di launching tanggal 1 Maret 2020 pada event Jakarta Book Fair di Jakarta Convention Center. Sebelum dirilis untuk publik, buku ini telah mendapatkan respons baik dari pembaca, dengan mencatatkan penjualan 1.650 eksemplar pada pre-order di salah satu aplikasi belanja online, awal Februari lalu, Launching tersebut juga dihadiri ibu dan adik laki-lakinya,  sahabatnya Dian Pelangi serta istri gubernur, Athalia Ridwan Kamil serta para fansnya

Buku ini dimulai dengan cerita tentang Ayana kecil yang dilahirkan sebagai seorang anak perempuan yang sempat mengecewakan ibunya, namun Ayana adalah cucu dari neneknya yang sangat cerdas bahkan tertarik dengan politik dan Ayana terlahir dari keluarga mapan dan begitu terpelajar di Korea. Sejak sekolah dasar, ia menjadi murid terpandai yang sangat kompetitif. Melalui kakeknya, ia pertama kali mendengar cerita tentang dunia Islam di Timur Tengah. Cerita itu begitu menarik hatinya sehingga Ayana berusaha mencari tahu lebih jauh tentang Islam.

Ketika mempelajari Islam, ia merasakan kedamaian yang selama ini tidak pernah ia rasakan sebagai remaja yang hidup penuh tuntutan. Ia pun memutuskan untuk menjadi mualaf. Keputusan besar ini mengejutkan keluarga dan teman-temannya. Saat Ayana ingin belajar lebih jauh tentang Islam di luar Korea, keluarganya memutus dukungan finansial. Ia pun harus bekerja di beberapa tempat sambil tetap sekolah untuk mewujudkan cita-citanya. Ayana akhirnya berhasil pergi ke Malaysia, namun keadaan begitu berbeda dari yang ia bayangkan. Ia hampir menyerah dan memutuskan akan kembali ke Korea. Sebelum pulang Ayana sempat singgah di Indonesia, dan di negeri inilah hidup Ayana berubah.

Dalam buku tersebut, Ayana bertutur “Kakekku merupakan sosok yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas. Tidak hanya kakekku, pamanku juga sering bepergian keluar negeri untuk bisnisnya. Karena pekerjaan, mereka pun sering melanglang buana. Ketika kembali ke Korea, mereka sering bercerita tentang apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar, dan apa yang mengejutkan mereka. Salah satu hal yang berkesan, meskipun bukan dalam arti positif, adalah impresi mereka tentang negara-negara Islam, yang pada saat itu menjadi topik hangat di Amerika dan Korea karena adanya Perang Irak,”

Ayana teringat, kakeknya bercerita tentang perempuan-perempuan muslim dan bagaimana mereka berpakaian dan merasa, itu adalah kali pertama dalam hidupnya punya kesadaran tentang konsep agama dan semakin penasaran dan mulai mencari tahu tentang dunia islam, Pencarian Ayana mengenai Islam kemudian dilanjutkannya dengan membaca buku, menonton berita atau dokumenter, dan juga mencari di internet. Sampai duduk di bangku SMP, ia masih terus berusaha mempelajari budaya Islam dengan usahanya sendiri. Hingga suatu saat, Ayana menemukan buku-buku tentang studi Islam di Korea yang ditulis oleh seorang Profesor. Ia pun membaca semua buku tersebut, dan bahkan, mulai menghadiri acara-acara seminar atau kuliah umum yang menampilkan profesor itu sebagai pembicara. Semakin besar keyakinannya untuk memperdalam studi tentang Islam.


 Gambar 2 : Athalia penggerak Jabar membaca memmeberikan ucapan selamat  kepada Ayana atas launching Buku Ayana Journey To Islam di dampingi keluarga dan sahabat

                                                                 doc. edrida pulungan

Di usia 16 tahun, Ayana memutuskan untuk masuk Islam dan menjadi mualaf. Ia ingin serius menjadi seseorang yang terpelajar dalam studi Islam, sehingga dengan masuk Islam, ia berharap akan bisa melakukannya dengan lebih sungguh-sungguh. Ayana juga memutuskan untuk pindah ke negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, karena ia sadar bahwa ambisinya mempelajari Islam tidak akan terpenuhi di Korea. Malaysia menjadi pilihannya. Publik Indonesia mulai mengenal Ayana setelah wawancaranya di sebuah acara televisi menjadi viral di media sosial. Ayana meman seorang selebram yang akhirnya menjadi bintang iklan satu brand kosmetik kecantikan Indonesia


Dalam launching tersebut Ayana menjelaskan kepada pengunjung bahwa orang mungkin mengenalnya sebagaimualaf Korea’, ‘selebgram’, atauinfluencer. Namun menurutnya apapun sebutannya, dia merasa bukan siapa-siapa.  Namun memahami bahwa pekerjaannya dalam industri kreatif tersebut adalah bagian dari  rencana Allah untuknya. Sedikit demi sedikit,  Ayana semakin nyaman dengan dirinya dan iman serta pilihan hidupnya. “Allah menghendakinya, perjalananku masih jauh dari selesai. Justru perjalanan ini baru saja dimulai,” tutur Ayana.

Bahkan saat diatanyakan oleh para pembaca bukunya, Ayana mengatakan makanan favoritnya di Indonesia adalah ayam penyet yang membuat para pembaca tersenyum serta ketika ayana menangis tertahan saat mengingat masa-masa berat dalam hidupnya dan mengatakan “saya takut terlihat jelek” dengan bahasa indonesia yang fasih yang membuat para pembaca tertawa. Namun dukungan para teman-temanlah yang membuat Ayana bangkit

Silahkan simak obrolan kami, inspiring talked with Ayana yang fasih bahasa Indonesia, namun agar komunikasi lebih cepat kami berbahasa inggris. Ayana sebelumnya kuliah S1 Politik di Malaysia sebelum menjadi selegram dan menjadi bintang iklan wardah. dia tertarik memberikan perspektif baru di negara asalnya, korea dan ingin memperjuangkan kepentingan muslimah namun disertai niat yang murni


   Gambar 3 :  Ayana berphoto bersama penulis setelah wawancara   doc. edrida pulungan       

Dalam obrolan kami, Ayana mengatakan dia sempat kuliah mengambil jurusan politik di International Islamic University Malaysia (IIUM) serta sempat terhenti karena tak punya uang melanjutkan sekolah, namun rencananya kan melanjutkan kuliah lagi, tujuannya kuliah adalah tertarik dengan kebijakan pemerintah terhadap kaum muslim di negaranya dan ingin berkontribusi di bidang kebijakan kelak, namun didasari niat yang murni untuk kepentingan masyarakat muslim meskipun bukan harus jadi politisi, sungguh menarik dibalik kecantikan Ayana sebagai perempuan Asia namun tersimpan energi pencarian ilmu pengetahuan

Bagi para penggemar pecinta biogrami semi novel, silahkan membaca buku : Ayana Journey to Islam tentang kisah perjuangan seorang mualaf Korea yang menemukan makna cinta, arti keluarga, dan jalan hidup dalam Islam. Satu lagi penjualan buku sebesar 50 juta akan di donasikan untuk rumah baca rengganis di Jawa Barat, senang bukan sambil membaca bisa beramal. Salam booklovers :)






0 comments:

Post a Comment