Wednesday, March 18, 2020

Proses berkarya sang penulis bernama Edrida Pulungan



Perjalananku berkarya dalam dunia kepenulisan sangat berliku, proses untuk menuangkan ide, gagasan dan pengalamanku menjadi suatu karya tidaklah mudah dan  masih memiliki sedikit pengalaman. Namun aku  mencoba merawat dalam ingatanku saat aku menulis dan terus berkarya, misalnya saat pertama kali aku mulai menulis karena ada permintaan penulisan puisi oleh tim kampanye seorang tokoh dan mulailah aku kembali menulis puisi, dan puisiku berjudul " Narasi Pemimpin Muda Untuk Indonesia" kubcakan di depan media di sela-sela diskusi terkait pemilihan presidenatas  undangan dari tim Dino Patti Djalal yang akan mendaftar sebagai calon Presiden kala itu. Acaranya  dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki. Sosok yang mengapresiasi karya saya saat itu adalah sejarawan Indonesia yakni " Anhar Gong Gong. Beliau senang dengan puisi saya  terutama saat membaca pada bait kelima yakni kalimat " lalu apa yang kamu takutkan, bukankah kamu terlahir dari rahim keberanian"



Gambar 1 : Pertemuan yang kedua dengan Pak Anhar Gong Gong saat acara Kongres Kebudayaan doc. edrida Pulungan


Lalu saya juga bergabung dengan komunitas ruang sastrra atas rekomendasi bang Asrizal Nur yang tinggal di depok dan punya studio untuk penampilan puisi audionya, serta saat saya menghadiri acara festival sastra di Meulaboh,Aceh Barat dan bersua dengan bang Fikar W Eda, Bang Syaparuddin, bang Acep,Pak LK Ara dan penyair yang lainnya


Beberapa sastrawan yang pernah bertemu dengan saya, ada Pak Sapardi Djoko Damono yang saat itu hadir sebagai pembicara pada acara Kompasianival dan saya membawa buku " jejak Damai di Tanah Barus" kemudian kami berphoto bersama




Gambar 2 : Bertemu dengan Pak Sapardi Djoko Damono saat acara Kompasianival doc. edrida Pulungan

Saya sudah tahu komunitas penulis satu pena sejak ikut acara Bekraf dan ketemu dengan Pak Nasir
di stand  Bekraf namun saya belum bergabung. tetapi bang Fakhrunnas sudah bergabung dalam komunitas itu, hingga akhirnya sayabersua lagi dengan Pak Nasir di kedutaaan Prancis saat beliau sedang mempresentasikan karya-karya NH Dini yang semua karyanya saya koleksi.  Mungkin juga karena NH dini menikah dengan seorang diplomat berkebangsaan Prancis yang diapresiasi juga oleh Kedutaan Prancis dengan karya-karyanya yang ferminis dan judul -judul yang mengabadikan kota.

1 comments: