(Resolusi 2014) The way (to be)
Writer, Speaker and Trainer
Waktu
mungkin adalah sahabat terbaik setiap insan yang menemani dan mengkritisi
kehidupan yang kita jalani dalam rangkaian detik, menit, jam, hari,bulan,hingga
tahun, menjadi bilangan waktu untuk mengenali diri untuk "tumbuh"
dari benih-benih yang kita tanam, karena Tuhan tidak pernah tidur (Refleksi
2013, The Corner Lentera Pustaka Indonesia)
Ada banyak
hal yang terjadi dalam kehidupan kita setiap waktu, terkadang kita melaju
begitu kencang menuju impian, harapan dan cita-cita kita dan lupa mengambil
jeda karena meyakini logika secara berlebihan, seperti kerja keras berkorelasi
kesuksesan, atau pencarian akan menuju titik penemuan, kebaikan berbalas
kebaikan semua seperti hukum positif, sehingga jika hasil yang kita dapatkan
tidak sesuai, maka hasil akhirnya adalah kekecewaan kuadrat plus stagnan
dan merasa gagal.
Terkadang
kita juga berjalan begitu lambat tanpa menyadari banyak hal yang tertunda untuk
kita selesaikan, bisa karena masalah, ujian kehidupan atau mood yang tidak
bersahabat, dan sebagainya. Namun semua adalah bagian dari dinamika kehidupan.
Seperti
mendaki gunung kepuncak tertinggi, saat masih ditengah tak mampu mendaki
kepuncak lalu kita merasa gagal atau memaksakan emergi kita sampai, padahal
sejatinya dalam sebuah proses kehidupan semua menemui takdir kesuksesannya sendiri-sendiri,
baik yang sukses setengah jalan hingga sukses utuh dan paripurna, namun saat
kita merenung dan memetik hikmah selalu ada pesan istimewa untuk kita
didalamnya. Mungkin seperti itu.
Bagi saya
2013 tahun yang penuh cobaan sekaligus kejutan, ketika akhirnya harus setia
pada pilihan yang sudah saya buat dalam profesionalisme kerja dalam ranah
kebijakan yang terkesan serius dan membuat banyak sahabat atau rekan kerja
merasa saya bukan makhluk kreatif karena bagian dari sistem. Namun seiring waktu
berjalan saya menyadari ada talenta yang harus saya syukuri sebagai paket yang
manis dari Tuhan, dan semua talenta tersebut menyeimbangkan kehidupan saya
menjadi indah, sebenarnya saya sadar namun mengabaikannya cukup lama, hingga
akhirnya saya menemukan mata rantai yang utuh sebagai sesuatu yang
"hidup" dalam diri saya.
Dunia
menulis bukan dunia baru sejak SD, hingga SMP saya sering menang lomba nulis
puisi, mengarang bebas hingga guru bahasa Indonesia mengatakan kelak saya akan
jadi penulis dengan legalitas nilai bahasa Indonesia yang selalu bertahan di
angka 9, tapi saya tak menggap itu istimewa sebagai tanda talenta, waktupun
berjalan.
Saat masih
kelas V SD juga, saya tanpa sengaja ikut lomba pidato dengan naskah yang
terpaksa saya tulis sendiri karena gengsi minta tolong Bapak yang sering
membuat pidato walikota dalam ranah pekerjaannya sebagai birokrat. Namun
akhirnya beliau juga yang menjadi editor dan mentor pertama saya menyempurnakan
penampilan saya berpidato dimuka umum, meski pada dasarnya saya adalah seorang
anak yang pemalu yang lebih bebas berekspresi di diary daripada di hadapan
umum.
Hingga
akhirnya saya kuliah dan aktif mengikuti organisasi kampus internal dan
ekternal, organisasi kepemudaan serta komunitas debat dan kuliah di dua universitas
negeri berbeda "memaksa" saya harus komunikatif dengan banyak teman
kampus dan dosen untuk merampugkan kuliah dengan jadwal yang hampir bersamaan.
Dan saya melupakan semua itu.
Waktu
berputar lagi, saya berkenalan dengan kompasiana tanpa sengaja karena diundang
dalam Fokus Group Discussion Research and Developmen Harian Kompas dan
mendaftarkan akun saya pada hari yang bersejarah itu juga, hingga saya harus
kembali berdiri didepan publik karena diminta menjadi Host Moderator
Kompasianival 2013 dengan topik musik dan TKI kontras sekali bukan? Tetapi show
has go on and successfully indeed. Dan semua berlalu, hingga saya terpilih lagi
jadi finalist kompetisi Public Speaking Rene Suhardono and Friends di at
America setelah memenangkan tiga sesi "circle of talking"untuk story
terbaik, hingga performance saya menghadirkan banyak sahabat baru yang
terinspirasi dan tersentuh dengan cerita saya, mungkin karena story tersebut
sangat emosional dan personal sekali. Dan dititik ini saya berhenti ketika saya
mendapatkan banyak ucapan apresiasi, senyuman, pelukan dan titik bening disudut
mata mereka, saya merasa inilah dunia saya.
Akhir
desember yang cukup sibuk, saya memenuhi undangan organisasi pemuda di cianjur,
dan lagi-lagi rasanya begitu berbeda ada rasa bahagia melihat semangat dan
motivasi dalam tatapan optimis mereka, kali ini saya akan beresolusi, ada satu
amanah sosial yang akan saya emban yang kelak menjadi dunia saya untuk belajar,
bertumbuh dan berkembang bersama, 2014 saya akan mencoba menenun talenta itu
menjadi penulis, pembicara dan pelatih, semoga tidak terlambat, dan kelak saya
akab bercerita pada anak cucu saya, "nak, Ibu pernah bersua dengan anak
seusiamu nun jauh di pulau terluar di Indonesia bagian timur sana, mereka tetap
semangat belajar dan berkarya meski dalam keterbatasan, dan kata-kata adalah
mantra ajaib yang membawa ibu kesana, semoga kelak engkau menemukan panggilanmu
dan duniamu juga dunia yang kau cintai segenap jiwa"
So, This becoming 2014, I'll do my way to be writer, speaker
and trainer, this is the one of my contribution as human being in accepted my
talent as the best give of God, Bismillah
0 comments:
Post a Comment