Gambar 1 : Ilustrasi Jalan raya
dan pembangunan tiang monorail Kota jakarta
doc www.metrotvnews.com
Siapa suruh
datang Jakarta
Siapa Suruh
datang Jakarta
Sendiri Suka,
Sendri rasa
Eh doe Sayang
Lirik lagu tersebut sangat menggelitik
bagi setiap orang yang datang ke jakarta baik untuk mereka yang berjuang mencari
rezeki di Jakarta atau sekedar mengadu nasib dan peruntungannya.
Coba
bayangkan jika lagu ini didendangkan pada saat kita mengeluhkan kemacetan Jakarta
dalam macet yang berjam-jam untuk tiba di tempat tujuan. Dengan tingkat stres
akut tanpa solusi. Bisa dimaklumi Jakarta memang kota yang menarik bagi
para perantau. ibukota negara Indonesia yang bersinar, anggun, seksi, menarik
dan menyihir orang untuk datang. Disamping Jakarta menjadi pusat pemerintahan,
bisnis dan investasi di Negara Asia Tenggara setelah Singapura.
Gambar 2 : Acara Nangkring dipandu Laksono Hari Wiwowo (Editor
Megapolitan KOMPAS.com) dengan para Pembicara antara lain Jhon Aryananda
(Dirut PT Jakarta Monorail), Dharmaningtyas
(Pengamat Transportasi), Prof. Tjipta Lesmana
(Pakar Komunikasi politik), dan Lukas Hutagalung
(Ditjen Kerjasama infrastruktur BAPPENAS) doc pribadi.
Namun dibalik segudang permasalahan yang
masih tersimpan dibelakangnya. Semua yang datang ke Jakarta memang harus
menerima konsekwensi tinggal, kerja atau menetap di Jakarta dan akrab ditelinga mendengarkan jargon” Kalau Gak macet
Bukan Jakarta” agar mahfum dengan kondisi Jakarta.
Setiap tahun penduduk Jakarta semakin
bertambah. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 penduduk DKI berjumlah dan 9,78
juta dan pada tahun 2013 berjumlah 10, 09 juta Jakarta mencapai 9,6 juta orang.
Jumlah itu diperkirakan bertambah menjadi sekitar 12,5 juta orang pada siang
hari karena ada penduduk komuter yang berasal dari kota sateli seperti dari
wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang bekerja di Jakarta. Sehingga bertambahlah
kemacetan Jakarta.
Jadi bagaimana solusi mengurangi
kemacetan Jakarta? Selama ini solusi yang sudah menjadi wacana adalah Pindah
Ibukota, Pembatasan jumlah kendaraan pribadi dan pengaturan sistem
transportasi, dan untuk yang terakhir mearik untuk dibincangkan dalam acara
nangkring bareng bertajuk “Jakarta
Monorail: Persoalan Infrastruktur atau Politik?” bersama PT
Jakarta Monorail bertempat di Outback Steak House, Kuningan City yang dipandu
oleh acara tersebut dipandu oleh Laksono Hari Wiwowo (Editor
Megapolitan KOMPAS.com) dengan para Pembicara antara lain Jhon Aryananda
(Dirut PT Jakarta Monorail), Dharmaningtyas
(Pengamat Transportasi), Prof. Tjipta Lesmana
(Pakar Komunikasi politik), dan Lukas Hutagalung
(Ditjen Kerjasama infrastruktur BAPPENAS). Karena setiap pembicara secara
esensi semua setuju bahwa monorail adalah solusi untuk macet namun siapakah
yang bertanggung jawab terhadap solusi.
Jhon Aryananda (PT. JM) mewakili
swasta mengatakan seluruh kota Jakarta itu harus memiliki transportasi yang terintegrasi
dan bisa diakses publik mulai dari rumah,
ke arteri hinga ke tempat tujuan. Untuk proyek Monoroil sendiri sudah berjalan
hampir 10 tahun dan Adhi karya sudah membangun tiang-tiangnya dan
sudah dibayarkan oleh PT JM dan untuk proyek ini sudah memiliki koncortium
dengan perusahaan Singapura dan China namun semua terkendala karena masalah
kepercayaan
Dari sisi Pemerintah yang
diwakili oleh Lukas Hutagalung mengatakan bahwa pembangunan monorail sebenarnya adalah
bagian dari PPP (Public Private
Partnership) antara Pemerintah dan swasta termasuk pengdaan infrastruktur
yang dibutuhkan orang banyak termasuk transportasi, Namun dalam hal ini perlu
ada penjajagan yang baik diantara kedua pihak dalam prosesnya karena tujuannya
untuk jangka panjang (long term). Menurut Lukas,
anggaran proyek yang tahun 2008/2009 hanya 4,5 miliar kini menjadi Rp12
triliun. Anggaran kian membengkak jika negosiasi tidak usai. Karena semakin tertunda, semakin tinggi biaya infrastrukturnya.
Sedangkan pengamat transportasi Dharmanintyas
mengatakan, lebih menekankan pada kegunaan dan prinsip monorail sebgai
transportasi massal kelak harus bisa menampung penumpang secara effisien dan
efektif untuk menghubungkan antara daerah asal dan tujuan.
Nada
kritis disampaikan oleh Prof. Tjipta Lesmana yang mengangap kelemahan
birokrasi pemerintah yang harus
direformasi karena terkait banyak korupsi dan juga mengatakan Ahok memperlambat
pembangunan monorail. Padahal menurutnya di Bangkok dan Malaysia, monorail berjalan
lancar. Pertanyaan
dari floor lebih pada bagaimana agar nyaman dan tidak macet berjam-jam menuju
tujuan dan kesiapan Indonesia menghadapi Asean Economic Community 2015. Jhon mengatakan pembangunan monorail sama dengan pembangunan sebuah sistem yang dibutuhkan di jangka panjang dalam
mengembangkan kota Jakarta sehingga kelak nyaman untuk tinggal seperti BSD
Antara kebijakan, teori dan pengaruh
transparansi dalam menyikapi macet Jakarta melalui pembangunan transfortasi
massal monorail
Terlepas dari pro dan kontra diskusi pembangunan
monorail diatas, hal ini merupakan satu hal dan kajian yang menarik jika kelak Jakarta akan menjadi kota yang
tertib, nyaman dengan fasilitas transpartasi publik yang bisa diwujudkan
pemerintah seperti pembangunan monorail sehingga mengurangi kenderaan seperti
mobil pribadi oleh kalangan menengah keatas yang memenuhi sisi jalan yang
semakin sempit dan kita lihat pohon-pohon dibahu jalan sudah ditebangi padahal
pohon tersebut bisa mengurangi debu dan menyerap air tanah agar tidak banjir
seperti yang dialami Jakarta bertahun-tahun.
Kita bisa bandingkan dengan negara
Brunai yang menjaga pohon tumbuh dibahu dan tengah jalan, bahkan masih bisa melihat
burung belibis lewat disisi jalan besar karena rimbunnya pepohonan yang hijau dan mirip “kota
hutan” dan bukan “hutan kota” tentunnya. Semoga Jakarta bukan kota yang terang
dengan lampu namun gersang tanpa pohon. Menjulang dengan bangunan Mall tapi
banjir karena tiada serapan air dan tata ruang yang sudah “stag”.
Dilihat dari sisi kebijakan Pemerintah yang
ada memang butuh waktu karena semua harus diperhitungkan dengan terencana baik
dari sisi anggaran, efeknya pada masyarakat dan juga tenaga ahlinya.Sehingga tidak
yang mengakibatkan kerugian negara. Sementara disisi lain pihak swasta yang
menegjar target dan waktu harus deal
dengan MOU (Kesepakatan) yang sudah ditandatangani.
Untuk itu dalam teori triple helix hubungan antara masyarakat, swasta dan pemerintah akan
selalu ada dinamika didalamnya namun pemerintah harus membaca isu tersebut dengan
baik dan cermat untuk mendapat trust dari masyarakat urban karena merupakan kebutuhan
transfortasi merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar untuk kota yang sudah mendekati megapolitan sebesar Jakarta. Hal ini
ada juga hubungannya dengan kepercayaan investor terhadap Jakarta sebagai
parameter Indoensia.
Untuk itu kedepan perlu komunikasi dan transparansi antara beberapa pihak yang
terkait untuk saling “mendengarkan “ dan duduk bersama baik dalam mekanisme “Focus Group Discussion, Musyawarah Perencanaan Pembangunan, dan sebagainya
Komunikasi dan transfaransi sangat berkontribusi untuk mengurangi
perbedaan dan meraih komunikasi yang baik dalam conteks “ common ground “yang
sama” sehingga bisa saling mempengaruh perkembangan yang positif mengenai
transparansi dinatara keduanya seperti Pengaruh politik yakni transparansi
memperbaiki aliran informasi dari pengatur dan yang diatur, Pengaruh ekonomi
berupa transparansi
meningkatkan kredibilitas suatu negara diantara investor luar negeri dan
masyarakat perbankan internasional dan Pengaruh sosial berupa pengaruh positif
politik dan ekonomi dapat membawa banyak pengaruh sosial yang positif ditengah
masyarakat.
Benar sekali jika pandangan para futurolog yang mengatakan “ Jika
Ingin Melihat negara yang beradab, maka lihatlah trasfortasinya”. Apakah jalan
raya kita masih semraut?. Lobang di mana-mana, pengendara motor dan mobil
semakin banyak melaju sesukanya bahkan mengabaikan pejalan kaki. Semua solusi
bisa dijalankan dengan baik jika diniatkan serius dan kerjasama yang baik dari segi
perencanaan dan pelaksana infrastruktur, pengguna jalan dan pengelola, pembangun
dan juga pengaturnya (pemerintah).Kita lihat saja. Semoga Jakarta
menjadi kota yang nyaman, tertib dan kebanggaan kita, Indonesia dan juga dunia.
Selamat malam Jakarta.
0 comments:
Post a Comment