Monday, December 15, 2014

Jalan-jalan ke Ubud sambil mencari inspirasi jadi penulis hebat



Fajar pagi mulai merekah. Mentari tersenyum malu-malu dari ufuk timur. Saya terbangun dan mendengarsayup-sayup kokok ayam yang begitu merdu ditelinga. Tentu saya tidak akan bisa mendengar itu di sudut kota Medan atau Jakarta. Pelan-pelan saya menarik nafas dan menghirup udara pagi yang segar setelah membuka jendela di sisi kiri kamar saya menginap yakni “Guest Honeymoon House yang berdekatan dengan hamparan sawah menghijau. 

Gambar 1 : mengikuti sesi diskusi dengan penulis Amitav Ghosh dalam UWRF 2014. doc Pribadi



Tak sabar rasanya saya berjalan kaki di pematang sawah di sebuah desa yang cantik bernama  Ubud, Bali. Ubud memang desa adat di Bali yang begitu asri. Jika berkunjung ke Bali jangan lupa tambahkan satu destinasi yakni , Ubud. Selain itu juga bisa mencari destinasi objek wisata menari lainnya di Indionesia di http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia



Gambar 2 : Menjadi relawan voluntourism UWRF 2014.menyenangkan doc Pribadi


Kaki saya bergegas berjalan menuju jalan raya menanti bus yang siap sedia mengantar peserta  menuju restoran Casa Luna, restoran  dengan bergaya Bali itu, puluhan penulis dan pembaca berkumpul dengan topik menarik membedah buku karya penulis. Semua sangat senang dan antusias mengikuti perhelatan peluncuran antologi dwibahasa bertajuk Saraswati Wisdom & Knowledge yang menjadi salah satu acara utama pada Ubud Writers & Readers Festival (UWRF), 1-5 Oktober lalu. Saya beruntung bisa hadir dalam acara ini.  Perhelatan  UWRF yang dimulai sejak 11 tahun  yang di gagas oleh Janet De Neefe yang juga Founder and Director of UWRF,.


Gambar 3 : Bersama Janet De Neefe yang juga Founder and Director of UWRF 2014. doc Pribadi


Lalu apa yang mernarik dari perhelatan ini? Yang menarik adalah UWRF adalah kegiatan Voluntourism  karena banyak orang yang ingin menjadi relawan  dan menjadi bagian event inspiratif ini dengan mengirimkan aplikasi. Relawan  yang diterima akan tergabung dalam UWRF Volunteer Corp. Mereka adalah pihak-pihak dibalik kesuksesan dan berjalan Festival Ubud Readers and Writers, mereka berada di tengah-tengah berlangsungnya diskusi, lokakarya, peluncuran buku,  dan menyambut kedatangan para penulis-penulis Indonesia, mancanegara, media lokal, asing dapat dari tanda pengenal yang terpasang di sekitar leher mereka dalam berbagai warna untuk mengisi pos masing-masing mensukseskan acara festival yang selalu ditunggu oleh para penikmat sastra diseluruh dunia.




Gambar 4 : Voluntourism UWRF sambil berwisata dan relawan mempromosikan buku . doc Pribadi



Voluntourism dalam kegiatan UWRF adalah berwisata sambil melakukan kegiatan relawan di  Ubud. Karena kiat juga bisa menikmati banyak tempat wisata menarik di Ubud seperti berkunjung ke Monkey Forrest, Museum Marketing 3.O, Museum Antonio Blanco, Pura Ubud dan tempat menarik lainnya disela-sela acara.  



Kegiatan Voluntourism menyuguhkan aktivitas kerelawanan yang menarik bagi para relawan literasi karena tergabung dari  para relawan  dari berbagai daerah di Indonesia bahkan mancanegara. Mereka berkumpul untuk berkontribusi sesuai kemampuannya. Kehadiran meraka begitu penting dan memberi arti menyambut para penulis dan pembaca seluruh Indonesia serta beradaptasi dengan masyarakat ubud mulai dari para tukang ojek, para pemilik cafe, pemilik took, pasar tradisional untuk menyemarakkan acara sambal mempromosikan kearifan lokal yanga ada di ubud. Mereka juga datang dengan menggunakan kocek sendiri. Namun mereka tetap senang akrena ada fasilitas 4 day pass dan goody bag yang mereka terima sebagai kenang-kenangan. Juga pengalama berharga tentunya.



Gambar 5 : Bersama teman penulis Erni Aladjai, Widi dan shinta UWRF 2014. doc Pribadi


Seperti  UWRF 2014 yang diadakan pada bulan oktober 2014 kemarin sangat momentum karena  para relawan UWRF juga mempromosikan upacara saraswati dan menjadikannya tema pengetahuan dan kebijaksanaan bagi setiap orang yang berkunjung ke ubud.

Para peserta juga diajak agar cinta lingkungan. Karena manusia hidup dengan harmoni dan keselarasan dengan alam. Peserta tidak boleh membuang sampah sembarangan karena sudah disediakan tempat sampah kering dan basah oleh para relawan. Sehingga tempat yang ditinggalkan setelah even tetap bersih. Peserta juga bisa membaa tumbler dan mengisi air minum dari penginapan sehingga tidak meninggalkan botol plastic mineral di tempat acara. Really small stuff for green life.


Relawan juga haru menghormati adat dan budaya masyarakat sekitar. Setiap pagi masyarakat ubud selalu sembahyang dan relawan sebaiknya tidak berjalan semaunya dipinggir jalan karena mengganggu masyarakat ubud yang beribadah sebelum membuka tokonya. Kedatangannya para relawan ke ubud bukan hanya mensukseskan acara UWRF saja tapi juga mendapatkan pengalaman berharga tentang budaya dan kebijaksanaan hidup masyarakat ubud dan meninggalkan kesan yang baik dengan berinteraksi dengan masyarakat ubud yang ramah.



Mereka bukan hanya relawan yang berfungsi dominan sebagai event organizer tapi kehadiran mereka untuk memberikan kontribusi pada masayarakat ubud dengan mempromosikan even juga membantu mendampingi para penulis dan peserta menemukan penginapan dan hotel selama acara, yang secara tidak langsung juga membantu perekonomian masyarakat lokal.



Ubud berhasil menjadi inspirasi untuk meningkatkan budaya literasi dan mengangkat para penulis dari seluruh daerah di Indonesia untuk terus berkarya.  Karena hal yang serupa juga diadakan di Makassar dan tidak menutup kemungkinan kota-kota lainnya. Bahkan 15 penulis berbakat berhasil dipilih dan menyemarakkan dunia sastra Indonesia. Dalam acara tersebut terjalin interaksi, diskusi dan sharing antar penulis dan pembaca.



UWRF juga mengangkat sesi diskusi lingkungan di Fivelements, Ubud, Bali, terutama pembantaian gajah di berbagai pelosok dunia, termasuk Asia dan Afrika.Maklum,  dengan pembicara Nadya Hutagalung , gadis berdarah Batak itu merupakan aktivis penyelamatan gajah.



UWRF juga memberikan dampak yang positif bagi saya sebagai relawan sosial di bidang literasi dengan membangun lentera pustaka Indonesia. Saya jadi teringat ketika saya berhasil memangkan baby naming elephant  gajah berumur 6 bulan di Safari Park, Bali dengan nama “Maha”. Tentu saya teruinsfirasi karena menyukai perbendaharaan kata dalam ragam Bahasa daerah dan aksara kuno salah satunya bahasa sanskerta dimana Maha artinya besar dan kuat.  Saya berhasil lolos dari 500 nama yang ditawarkan para relawan dalam satu milis untuk nama gajah tersebut. Meskipun tak mendapat hadiah, namun tentu senang rasanya menyumbangkan nama dengan menggali kemampuan literasi kita terus menerus. Tentu Kontribusi kecil dalam Voluntourism memang menarik untuk dicoba, karena membuat hidup berwarna dan juga bisa membantu sesama, mau coba, ayo silahkah cari aktivitas voluntourism lainnya.


Voluntourism adalah kegiatan  positif yang juga dapat membangun diplomasi budaya dan mempromosikan serta mengakat sastra Indonesia dimata dunia sehingga relawan jugasudah turut serta berkontribusi untuk masyarakat ubud, dan juga meningkatkan promosi  literasi dalam budaya membaca dan menulis untuk Indonesia dan dunia. Enjoy Voluntourism.




0 comments:

Post a Comment