Monday, December 14, 2015

Derasnya Sungai Mahakam Mengalir di hati Ibu

Derasnya Sungai Mahakam Mengalir di hati Ibu

Oleh : Edrida Pulungan*




Laras sangat bahagia dia terbilang perempuan muda dan sukses. Bekerja sebagai dokter muda di rumah sakit kabupaten,  telah menikah dan dikarunia seorang anak dan suami yang setia dan mengantar jemputnya mengobati pasien. Laras juga mendapatkan kesempatan izin belajar di Jakarta, sesuatu yang tak pernah dibayangkannya sebelumnya. Usia 26 tahun sukses dan sudah punya rumah komplek elit di daerah komplek Dharma Praja, Banjarmasin

Laras memang sudah tekun sejak masa remaja dan masa kuliahnya. Sikapnya yang ramah, lembut dan aktif membuat dia memiliki banyak sahabat, Hingga akhirnya berkenalan dengan Pras, sosok aktifis kampus yang terlihat bersahaja dan sering ikut komunitas pecinta alam. Mereka bertemu saat ada acara bakti sosial bencana alam di daerah inggi banjarmasin yang sering banjir

Pertemuan mereka semakin sering hingga akhirnya Laras dan Pras Menikah. Banyak sekali tamu yang hadir. Pesta berjalan lancar. Ibu pun mengundang katering dan menjual emasnya demi menutupi biaya pesta. Kebesaran jiwa ibu menikahkan puteri yang disayanginya dengan seorang lelaki yang baru dikenalnya suaranya melalui telpon. Lelaki itu terkesan ramah di telpon. Sering menyanyakan khabranya. Ibu Naning senang dan simpati dengan pemuda itu, hingga dia bertemu pertama kalinya, hatinya luluh. Pembawaan lelaki itu terlihat lembut namun murah senyum. Ada keraguan di hatinya. Mampukah lelaki itu membahagiakan anaknya. Namun karena puterinya Laras mengatakan sejumlah kebaikan dan kelebihan lelaki itu, ibu hanya meluluskan permohonan puterinya. Namun hati dan bathin seorang ibu selalu kuat. Namun dia berusah menepis perasaanya. Membayangkan anaknya akan bahagia.

Saat  menjelang pernikahan Bu Naning mencarikan uang untuk membiayai pesta. Tak mungkin dia meminta pada saudaranya, dia pasti dicibir dalam kelurga besar. Karena keluarganyapun tidak rukun semua, Terkadang ia ingat suaminya yang selalu mendukungnya dengan setia, akhirnya mereka berdua membesarkan anak-anak dengan segala karakternya. Namun Bu Naning tetap optimis dan semangat menjalani kehidupan.
**

Kelopak bening mengalir dimatanya saat menuliskan angka lima puluh juta rupiah untuk hutangnya.Dia menanggung sendiri, demi ingin melihat kebahagiaan puterinya. Maklum Bu Naning hanya seorang pegawai administrasi di kantor camat, memilki anak seorang dokter suatu prestasi baginya. Sehingga dia ingin membesarkan hati anaknya meskipun menikah dikala suaminya sudah tak ada. Namun dia yakin suaminya pasti bahagia disana.
Terkadang tetangganya heran sekaligus salut, begitu kuatnya dia membesarkan anak-anaknya seorang diri. Keempat anaknya semua mengenyam pendidikan tinggi dan jadi sarjana, namun yang lebih membanggakan adalah Bu Naning memiliki seorang anak dokter. Di zamannya hanya anak seorang pejabat dan tuan tanah yang bisa menyekolahkan anaknya menjadi dokter.

Pesta pernikahan berjalan dengan lancar. Para tamu undangan nampak senang, makanan tersaji lengkap dan enak-enak. Bahkan ada hiburan musik tradisional Banjarmasin mengalun syahdu. Pengantin bersanding dengan mesra. Ibu Naning terlihat terdiam disudut ruangan.

***
Bu Naning  sosok perempuan tegar baginya perempuan memang harus selalu kuat. Harus selalu ada kemewahan dalam kebersahajaan.  Namun kebahagiaan sejati ada dalam setiap kesyukuran dalam menghadapi semua cobaan. Itulah pelajaran bahagia yang selalu menjadi prinsip hidupnya.

Saat Bu Naning mendampingi suaminya sebagai Kepala Sekolah, Ia selalu saja dia setia meskipun suaminya pernah ditugaskan di daerah terpencil di daerah lebak, dia tetap setia mendampingi. Itulah Bu Naning, selalu tabah dalam kondisi, dia mengetahui betul tugasnya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Bahkan di kantornyapun dia tak berambisis sikut-sikutan untuk meraih jabatan atau cari muka untuk atasan, Menurutnya menghabiskan waktu mendidik anak-anak di rumah lebih utama. Bu Naning sosok yang supel dan ramah, meski keluarga suaminya banyak yang cemburu padanya, karena suaminya memiliki karir yang baik dan khawatir Bu Naning menjadi kaya dan membujuk suaminya agar menjauhi keluarga besarnya, namun Bu Naning selalu tersenyum menghadapi perangai keluarga suaminya, sosok perempuan yang tegar di era modern

**
Selembar surat terjatuh dari Kamus Sobota, kamus lengkap kedokteran  tentang anatomi tubuh manusia

Buat Ibunda tercinta

Asslamu alaikum ibku tersayang.,

Bagaimana khabar dan keadaan Ibu. Semoga selalu sehat dan dalam lindungan Allah Swt. Maafkan Ninda tak bisa selalu menelpon ibu lebih sering, padahal di masa pensiun Ibu, pasti ibu butuh teman bicara dan bercerita. Apalagi Bapak sudah tak ada sejak sepuluh tahun lalu. Engkau mendampingi dan membiayai kuliah saya, abang dan kakak hingga selesai seorang diri. Sunggu engkau wanita kuat. Aku selalu ingin sepertimu. Meski dibalik senyummu yang bersahaja dan suaramu yang terdengar hangat dan ceria ditelpon, namun aku tahu banyak sekali pikiranmu tercurah untuk kami yang selalurepotkanmu.

Ibu, andai aku bisa mengulang waktu, aku a ingin bijaksana sepertimu saat memilih Bapak jadi suami, aku salah memilih Ibu, Seorang lelaki yang seharusnya jadi pelindung dan menafkahiku lahir bathin sebagai istrinya tidak terwujud. Aku memang beruntung secara akademis memiliki profesi sebagai seorang  dokter muda di salah satu rumah sakit daerah harus menahan semua kegetiran ini. Disaat aku harusnya hanya menjadi seorang istri dan ibu bagi anakku  Tiara  yang berusia tiga tahun namun harus ikut membanting tulang membayar hutang suamiku karena keluarganya yang tidak mampu, semula ku hanya ingin mengurangi beban suamiku, namun aku terjebak jauh. Semua barang berharga sebagai mahar dan cincinnya dulu sudah aku jual demi menutupi hutang keluarganya. Mas pri bahkan sering mentransfer uang untuk keluarganya dari rekeningku tanpa sepengetahuanku. Belum lagi kondisinya yang bekerja sebagai freelance di bengkel temanya, maafkan aku yang menutupi profilnya agar ibu melihatnya sebagai menantu dulu. Jujur bu, bahkan mahar yang dia berikan untukku berasal dari uang yang kupinjam hingga sekarang hutang itu belum lunas.

Ibu..  aku baru sadar betapa polosnya diriku memaknai cinta, tanggung jawab dan pengorbanan. Semua menjadi bom waktu sekarang. Aku ingin keluar dari semua ini. aku tidak bisa fokus study dengan baik, karena spesialis menjadi dokter spesialis membutuhkan uang yang sangat banyak, sementara aku harus memikirkan seorang diri. Ibu doakanlah agar aku bisa bertahan. Ibu mengurus lima orang anak, namun kuat menjalani semua ini, sementara aku mengurus satu anak saja rasanya sudah erat sekali. Aku berharap masalahku selesai dan Mas Pras sadar akan tanggung  jawabnya, Ternyata menikah itu bukan hanya modal cinta serta janji yang terucap saat akad nikah namun juga tanggung jawab dan komitmen yang tinggi ya bu. Saya tersadar dan terhempas, namun curahan hatiku ini hanya dalam beberapa kalimat yang mungkin akan meresahkan hatimu dan membuatmu luka. Belum lagi Kakak dan abang yang ikut menanggung beratnya masalah finasial yang aku rasakan, semoga kami tetap rukun ya bu. Mereka sudah ikut membantu biaya kuliahku, sepeserpun tak ada bantuan dana dari mas pri atau keluarganya. Tapi aku berjanji kelak melunasi hutang-hutangku pada kakak dan abang jika sudah selesaiu studi.


Ibu aku menuliskan surat ini, saat jam istirahat makan siang , sebentar lagi dosen akan datang dan ujian akhir akan dimulai minggu depan, doakan aku lulus ya bu. Agar kelak bisa pulang dan berkumpul dengan ibu, Sungguh aku rindu masakan ibu juga peluakn ibu yang menguatkanku.

Aku tak tahu apakah suratku ini, akan sampai ketangan ibu atau hanya kusimpan saja, Aku takut bu, maafkan aku anakmu. Aku hanya ingin jadi Ibu dan istri yang baik.

Ibu aku menyayangimu.

Salam sayang dari Pamulang


Laras

Seorang wanita mengusap matanya membaca tulisan tangan tersebut. Buku Sobota masih tergeletak di meja Dia melipat kembali suart itu dan meletakkannya diatas meja. Semua buku-buku masih terbungkus rapi di beberapa kotak. Semua barang baru sampai hari ini di rumahnya. Puterinya menjual rumah untuk melunasi hutang-hutangnya dan mengirimkan sebagian barangnya ke rumah Ibu tersebut. Mereka memang sangat dekat, dan sering saling curhat. Namun wanita tersebut tidak tahu harus iba atau marah membaca suart itu, di satu sisi dia kasihan atas surat perempuan itu, disatu sisi dia kecewa akan kebohongan dan juga marah akan sikap laki-laki yang tertulis dalam surat tersebut. Namun dia harus lapang dada, tenag serta berdoa bahwa segala kemudahan akan tiba pada saatnya. Dia hanya mengirimkan doa dan nasihat. Meski wanita selalu tersudut dan terluka dalam setiap penderitaan, namun dia harus kuat menghadapi cobaan dan menguatkan dirinya.

Nak, teruslah yakin pertolongannya dekat, dan aku ibumu akan sellau mendoakan dan mengharapkan yang terbaik untukmu.

Banjarmasin

Ibundamu yang selalu menyayangimu
Naning

Tangannya perempuan tua itu yang sudah mulai keriput itu hanya menuliskan beberapa lembar kalimat. Dan itu cukup membuatnya diampenuh takzim. Tak percaya namun begitulah adanya

Sayup-sayup azan magrib terdengar syahdu dan riuh. Seperti riuhnya perasaan hati seorang Ibu bernama Naning yang kuat dan tegar. Ia menerima segala takdirnya dengan tawakkal dan mengalir, seperti mengalir dan derasnya sungai Mahakam yang membelah kota Banjarmasin. Begitu juga harapan Bu Naning yang terus memanjaatkan doa yang  terus mengalir deras di hatinya untuk kebahagiaan puterinya*


*  Tulisan ini adalah Kisah nyata seperti  pengalaman yang dituturkan oleh seorang dokter muda kepada penulis. Tulisan ini ditulis atas seizinnya.


Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Writing Project #DearMama yang diselenggarakan Nulisbuku.com dan Storial.co






* Penulis 21 Buku, Pembicara Publik, Pemenang Lomba Poetry Slam, Gothe Institute, Jerman dan Pendiri Reading Corner Lentera Pustaka Indonesia ”.

0 comments:

Post a Comment