Monday, December 28, 2015

Impian memiliki sebuah rumah idaman di tahun 2015

  Perjalanan menemukan rumah idaman dengan lingkungan yang baik, nyaman dan harga terjangkau bukan       hal yang mudah. Pengalaman pertama beli rumah di Medan dengan cash tunai bertahap meninggalkan           kecewa yang dalam di tahun 2009, padahal terlanjur suka daerahnya masih sejuk, dekat dengan kolam         pemancingan "Bana" dan disepanjang jalan adalah tanaman jagung yang mulai menguning, hawa yang sejuk,
  namun rumah pertama saya terbengkalai. Developernya lari entah kemana

  Pengalaman kedua lihat rumah, ada ketemu daerah kalisuren sudah saya kasih DP sekitar 1 juta, namun         akhirnya lenyap.karena tak pernah lihat kondisi rumah tersebut, hanya model karena promo dan pameran 
  rumah yang saya ikuti di JCC tahun 2012, gagal lagi untuk punya rumah

 Pengalaman ketiga, ada rumah daerah tangerang di tawarkan oleh paman sendiri sudah di DP sebesar 4 juta
dan katanya saya belum bisa masuk dulu karena anaknya harus ujian, lalu saya juga masih sibuk merampungkan kuliah tak bisa pindahin barang, dan akhirnya kecewa lagi, pemilik rumah itu mantan anggota dewan bernama suwardi yang tidak mengembalikan uang saya, ketika saya bilang mau beli dia bilang sudah jual, dan uang saya diambil

saya berdoa dan membatin dalam hati, " Ya Allah semoga dalam waktu dekat,saya dapatkan rumah saya dengan mudah dan semua langkah saya jadi amal". saya bawa kemabali barang saya yang sudah kebanyakan paket dus buku-buku dan sebagian sudah berayap.sedih rasanya. Namun akhirnya saya tetap berusaha mencari-cari info rumah dengan sisa tabungan yang mulai menipis. saya ingin bangun taman bacaan di rumah saya kelak ( reading corner). Saya pernah buka di Medan dan saya titip koleksi buku saya di TK binaan PKS namun saat saya hijrah ke jakarta untuk melanjutkan S2, TK itu pun mulai bubar, untuk sementara buku-buku saya dititipkan di rumah adik di Medan, entah bagaimana nasibnya tapi kebanyakan buku top up book :) yang saya bawa dari Australi dengan sisa uang yang saya miliki dan donasi dari konjen India. 

Akhrnya saya tidak menyerah, saya cari lagi di Jakarta, namun rata-rata suratnya AJB dan tidak lengkap. Hingga akhirnya menemukan satu rumah mungil di depok, hasil pencarian adik junior saya. Sebenarnya melelahkan dengan pengalaman yang tidak begitu menggembirakan dan jadi pelajaran, Penjual rumah itu seorang nenek yang membutuhkan dana untuk berobat karena kakinya sakit, harganya lumayan mahal di kantong, namun karena niat membantu saya mencari pinjaman, dan nenek itu selalu minta panjar untuk beli rumah lagi dan panjarnya diminta dua kali, saya mulai berpirasat tak baik, hingga akhirnya saya maju terus dan didampingi sahabat SD saya yang tahu seluk beluk jual rumah secara hukum, dan proses ke notaris juga lumayan panjang, karena notaris dari pihak penjual, dan dia sempat mau membatalkan dengan notaris tersebut. Hingga akhirnya semua berantakan. Tapi saya maju terus dan akhirnya rumah tersebut dalam proses balik nama ke SHM, alhamdulillah berhasil dan tinggal mengurus pajaknya atas nama saya pribadi.

Di rumah mungil dengan luas 104 meter itu, oleh pemilik pertama Pak Kholid dibangun pada tahun 1995, jadi lumayanlah usia rumah itu sudah 20 tahun, namun saya suka ornamen melengkung di lorong rumah menuju dapur, dan  teranya lumayan luas. ada sedikit tanah di depan untuk menanam bunga dan tanaman, juga ada sedikit tanah kosong di belakang untuk menjemur dan menanam bawang dan sayuran dalam pot. Di lantai dua ada satu kamar, bisa untuk ruang tamu dan ruang sholat. Cuma masalahnya tidak ada toilet, jikapun dipasang harus buat satu lagi, senang sekali mensyukuri hal 0hal sederhana


Minggu pertama : Memperbaiki 



0 comments:

Post a Comment