Run to remember
Jangan pernah lupa,
kenang, kenang, kenanglah semua
Ingat,ingat, ingatlah semua
Jika engkau berlari
Jangan lari untuk lupa
Larilah untuk mengingat
Semua yang pernah terjadi
Segala yang kau lihat,
Ingat,ingat, ingatlah semua
Jika engkau berlari
Jangan lari untuk lupa
Larilah untuk mengingat
Semua yang pernah terjadi
Segala yang kau lihat,
kau dengar, kau cium, kau rasa
di sekitarmu
di sekitarmu
**
Tolak lupa akan semua kisah kita yang menjadi sejarah
Jangan pernah menyerah dari semua janji yang menyatukan kita
Jangan pernah mengalah dan lengah atas mimpimu yang tertunda
Menolak lupa adalah menyemai semua ingatan tentang impian kita
Tolak lupa akan semua kisah kita yang menjadi sejarah
Jangan pernah menyerah dari semua janji yang menyatukan kita
Jangan pernah mengalah dan lengah atas mimpimu yang tertunda
Menolak lupa adalah menyemai semua ingatan tentang impian kita
**
Sendiri memang butuh nyali
Namun bukankah kita bersama
Karena awalnya kebenaran yang menyatukan jiwa kita
Ketidakadilan yang kita anggap tak biasa dan takkan pernah ada
Sejatinya ada disekitar kita seperti wangi bunga
Harum setelah bertapa dari kuncupnya
Sendiri memang butuh nyali
Namun bukankah kita bersama
Karena awalnya kebenaran yang menyatukan jiwa kita
Ketidakadilan yang kita anggap tak biasa dan takkan pernah ada
Sejatinya ada disekitar kita seperti wangi bunga
Harum setelah bertapa dari kuncupnya
**
Dan
aku disini mencoba mnegingat lagi semua
Bersamamu
Dalam genggaman tangan
Dalam barisan
Berlari
Berlari
Jauh
Bersamamu
Dalam genggaman tangan
Dalam barisan
Berlari
Berlari
Jauh
Run
to remember
Puisi
ini kugoreskan di Damang kafe disela-sela acara deklarasi yang digelar barisan pengingat yang
merupakan gerakan budaya yang
bertujuan untuk memperjuangkan masalah-masalah hak azasi manusia dan
ketidak adilan yang terjadi ditengah masyarakat atas kesadaran bersama generasi
muda.
Barisan Pengingat memilih penyair Wiji
Thukul sebagai ikon gerakan. Wujud dari aktivitas terkait Wiji Thukul sendiri,
disebut antara lain akan dilakukan dengan menyebar puisi dan sosok Wiji Thukul
kepada masyarakat luas. Baik itu melalui media sosial, media massa, maupun
berbagai bentuk kegiatan lainnya, termasuk dengan membangun "Dinding
Berpuisi" di sudut-sudut kota Jakarta. Selain itu, Barisan Pengingat juga
dinyatakan mendukung penulisan skenario film Wiji Thukul, serta penerbitan buku
kumpulan puisi lengkap sang ikon.
Puisi-puisi widji Tukul memang
menggetarkan jiwa. Bahasanya sederhana, tajam dan mampu membuat kita merenung
akan hal sederhana yang kadang kita lupakan, tentang kesadaran dan kebenaran,
seperti beberapa kutipan puisi nya yang menurut saya inspiratif dan penuh
semangat juang seperti dibawah ini :
P E N Y A I R
jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika aku menulis dilarang
aku akan menulis dengan
tetes darah!
sarang jagat teater
19 januari 1988
jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika aku menulis dilarang
aku akan menulis dengan
tetes darah!
sarang jagat teater
19 januari 1988
Dan juga dalam ”Sajak kepada Bung Budi”
Ini tanah
airmu
di sini kita bukan turis
Barisan Pengingat juga akan
dideklarasikan secara terbuka pada 2 Februari 2014, melalui kegiatan "Run
to Remember", sebuah kegiatan lari yang bertujuan untuk mengingat korban
pelanggaran HAM dan ketidakadilan di Indonesia. Sebelum lari dimulai, secara
terbuka akan dibacakan Piagam Deklarasi Barisan Pengingat oleh generasi muda
dari beragam profesi, diwakili oleh Dinda Kanya Dewi (aktris), Timothy Marbun
(jurnalis/anchor), serta Tiga Setiagara
0 comments:
Post a Comment