Fajar pagi mulai merekah. Mentari tersenyum
malu-malu dari ufuk timur. Saya terbangun dan mendengarsayup-sayup kokok ayam
yang begitu merdu ditelinga. Tentu saya tidak akan bisa mendengar itu di sudut
kota Medan atau Jakarta. Pelan-pelan saya menarik nafas dan menghirup udara
pagi yang segar setelah membuka jendela di sisi kiri kamar saya menginap yakni
“Guest Honeymoon House yang berdekatan dengan hamparan sawah menghijau.
Gambar 1 : mengikuti sesi diskusi dengan penulis Amitav Ghosh dalam UWRF 2014. doc Pribadi
Tak
sabar rasanya saya berjalan kaki di
pematang sawah di sebuah desa yang cantik bernama Ubud, Bali. Ubud memang desa
adat di Bali yang begitu asri. Jika berkunjung ke Bali jangan lupa tambahkan
satu destinasi yakni , Ubud. Selain itu juga bisa mencari destinasi objek
wisata menari lainnya di Indionesia di http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia
Gambar 2 : Menjadi relawan voluntourism UWRF 2014.menyenangkan doc Pribadi
Kaki saya bergegas berjalan menuju jalan
raya menanti bus yang siap sedia mengantar peserta menuju restoran Casa Luna, restoran dengan bergaya Bali itu, puluhan penulis dan pembaca
berkumpul dengan topik menarik membedah buku karya penulis. Semua sangat senang
dan antusias mengikuti perhelatan peluncuran antologi dwibahasa bertajuk
Saraswati Wisdom & Knowledge yang menjadi salah satu acara utama pada Ubud
Writers & Readers Festival (UWRF), 1-5 Oktober lalu. Saya beruntung bisa
hadir dalam acara ini. Perhelatan UWRF yang dimulai sejak 11 tahun yang di gagas oleh Janet De Neefe yang juga
Founder and Director of UWRF,.
Gambar 3 : Bersama Janet De Neefe yang juga
Founder and Director of UWRF 2014. doc Pribadi
Lalu apa yang mernarik dari perhelatan ini?
Yang menarik adalah UWRF adalah kegiatan Voluntourism karena banyak orang yang ingin menjadi
relawan dan menjadi bagian event
inspiratif ini dengan mengirimkan aplikasi. Relawan yang diterima akan tergabung dalam UWRF
Volunteer Corp. Mereka adalah pihak-pihak dibalik kesuksesan dan berjalan
Festival Ubud Readers and Writers, mereka berada di tengah-tengah
berlangsungnya diskusi, lokakarya, peluncuran buku, dan menyambut kedatangan para penulis-penulis
Indonesia, mancanegara, media lokal, asing dapat dari tanda pengenal yang
terpasang di sekitar leher mereka dalam berbagai warna untuk mengisi pos
masing-masing mensukseskan acara festival yang selalu ditunggu oleh para
penikmat sastra diseluruh dunia.
Gambar 4 : Voluntourism UWRF sambil berwisata dan relawan mempromosikan buku . doc Pribadi
Voluntourism dalam kegiatan UWRF adalah berwisata sambil melakukan kegiatan relawan di Ubud. Karena kiat juga bisa menikmati banyak
tempat wisata menarik di Ubud seperti berkunjung ke Monkey Forrest, Museum
Marketing 3.O, Museum Antonio Blanco, Pura Ubud dan tempat menarik lainnya
disela-sela acara.
Kegiatan Voluntourism
menyuguhkan aktivitas kerelawanan yang menarik bagi para relawan literasi
karena tergabung dari para relawan dari berbagai daerah di Indonesia bahkan
mancanegara. Mereka berkumpul untuk berkontribusi sesuai kemampuannya. Kehadiran
meraka begitu penting dan memberi arti menyambut para penulis dan pembaca
seluruh Indonesia serta beradaptasi dengan masyarakat ubud mulai dari para
tukang ojek, para pemilik cafe, pemilik took, pasar tradisional untuk
menyemarakkan acara sambal mempromosikan kearifan lokal yanga ada di ubud.
Mereka juga datang dengan menggunakan kocek sendiri. Namun mereka tetap senang
akrena ada fasilitas 4 day pass dan goody bag yang mereka terima sebagai
kenang-kenangan. Juga pengalama berharga tentunya.
Gambar 5 : Bersama teman penulis Erni Aladjai, Widi dan shinta UWRF 2014. doc Pribadi
Seperti
UWRF 2014 yang diadakan pada bulan oktober 2014 kemarin sangat momentum
karena para relawan UWRF juga
mempromosikan upacara saraswati dan menjadikannya tema pengetahuan dan
kebijaksanaan bagi setiap orang yang berkunjung ke ubud.
Para peserta juga diajak agar cinta lingkungan.
Karena manusia hidup dengan harmoni dan keselarasan dengan alam. Peserta tidak
boleh membuang sampah sembarangan karena sudah disediakan tempat sampah kering
dan basah oleh para relawan. Sehingga tempat yang ditinggalkan setelah even
tetap bersih. Peserta juga bisa membaa tumbler dan mengisi air minum dari
penginapan sehingga tidak meninggalkan botol plastic mineral di tempat acara. Really small stuff for green life.
Relawan juga haru menghormati adat dan
budaya masyarakat sekitar. Setiap pagi masyarakat ubud selalu sembahyang dan
relawan sebaiknya tidak berjalan semaunya dipinggir jalan karena mengganggu
masyarakat ubud yang beribadah sebelum membuka tokonya. Kedatangannya para
relawan ke ubud bukan hanya mensukseskan acara UWRF saja tapi juga mendapatkan
pengalaman berharga tentang budaya dan kebijaksanaan hidup masyarakat ubud dan
meninggalkan kesan yang baik dengan berinteraksi dengan masyarakat ubud yang
ramah.
Mereka bukan hanya relawan yang berfungsi
dominan sebagai event organizer tapi kehadiran mereka untuk memberikan
kontribusi pada masayarakat ubud dengan mempromosikan even juga membantu
mendampingi para penulis dan peserta menemukan penginapan dan hotel selama
acara, yang secara tidak langsung juga membantu perekonomian masyarakat lokal.
Ubud berhasil menjadi inspirasi untuk
meningkatkan budaya literasi dan mengangkat para penulis dari seluruh daerah di
Indonesia untuk terus berkarya. Karena
hal yang serupa juga diadakan di Makassar dan tidak menutup kemungkinan
kota-kota lainnya. Bahkan 15 penulis berbakat berhasil dipilih dan
menyemarakkan dunia sastra Indonesia. Dalam acara tersebut terjalin interaksi,
diskusi dan sharing antar penulis dan pembaca.
UWRF juga mengangkat sesi
diskusi lingkungan di Fivelements, Ubud, Bali, terutama pembantaian gajah di
berbagai pelosok dunia, termasuk Asia dan Afrika.Maklum, dengan pembicara Nadya Hutagalung , gadis
berdarah Batak itu merupakan aktivis penyelamatan gajah.
UWRF juga memberikan dampak yang positif bagi
saya sebagai relawan sosial di bidang literasi dengan membangun lentera pustaka
Indonesia. Saya jadi teringat ketika saya berhasil memangkan baby naming elephant gajah berumur 6 bulan di Safari Park, Bali
dengan nama “Maha”. Tentu saya teruinsfirasi karena menyukai perbendaharaan
kata dalam ragam Bahasa daerah dan aksara kuno salah satunya bahasa sanskerta
dimana Maha artinya besar dan kuat. Saya
berhasil lolos dari 500 nama yang ditawarkan para relawan dalam satu milis
untuk nama gajah tersebut. Meskipun tak mendapat hadiah, namun tentu senang
rasanya menyumbangkan nama dengan menggali kemampuan literasi kita terus
menerus. Tentu Kontribusi kecil dalam Voluntourism memang menarik untuk dicoba,
karena membuat hidup berwarna dan juga bisa membantu sesama, mau coba, ayo
silahkah cari aktivitas voluntourism lainnya.
Voluntourism adalah kegiatan positif yang juga dapat membangun diplomasi
budaya dan mempromosikan serta mengakat sastra Indonesia dimata dunia sehingga
relawan jugasudah turut serta berkontribusi untuk masyarakat ubud, dan juga
meningkatkan promosi literasi dalam
budaya membaca dan menulis untuk Indonesia dan dunia. Enjoy Voluntourism.
0 comments:
Post a Comment